Skip to main content

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI DI DUSUN PANAIKANG DESAN BONTOLOHE KEC. RILAU ALE KAB. BULUKUMBA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Pengoptimalan produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional yang sangat prospektif. Hal tersebut sangat mungkin dilakukan mengingat produktivitas padi pada agroekosistem masih beragam antar lokasi dan belum mencapai tingkat yang optimal. Rata-rata produktivitas hanya mencapai 4,7 ton/ha,sedangkan potensi yang ada dapat mencapai 6—7 ton/ha. Belum optimalnya produktivitaspadi di lahan sawah disebabkan oleh (a) rendahnya efisiensi pemupukan; (b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; (c) penggunaan benih yang kurang bermutu serta varietas yang dipilih kurang adaptif; (d) kadar hara K dan unsur mikro; (e) sifat fisik tanah yang tidakoptimal; dan (f) pengendalian gulma yang kurang optimal. Peningkatan produktivitas padi memerlukan berbagai dukungan.

De Datta (1981) menyatakan bahwa agar varietas tanaman padi memberi hasil maksimal, selama pertumbuhan Penerapan Teknologi Tepat Guna Padi Sawah  Spesifik  Lokasidi  Dusun Panaikang Desa Bonto Lohe Kab. Bulukumba, harus menerima pengaruh rangsangan secara terus menerus dari lingkungan sekitarnya.Varietas tersebut memiliki keragaman sifat internal, seperti umur, bentuk tajuk, bentuk akar,dan kepekaan atau ketahanan terhadap kekurangan atau kelebihan air, hara, radiasi surya, suhu,hama, dan penyakit tertentu. Selain pentingnya pemilihan varietas, produktivitas padi juga sangat ditentukan oleh lingkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh dapat dipilah menjadi lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan abiotik meliputi (1) radiasi surya serta suhu udara yang berkaitan erat dengan tinggi tempat (dataran rendah, sedang, dan tinggi), curah hujan, dan musim tanam; (2) kecukupan air; dan (c) kondisi tanah (kesuburan fisik, biologi tanah). Adapun lingkungan biotik adalah jenis dan intensitas serangan hama dan penyakit.

Penerapan teknologi dalam budi daya bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tumbuh sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang optimal. Cara budi dayapun perlu disesuaikan karena kondisi lingkungan dan varietas yang digunakan juga berbeda antar lokasi. Sebagian besar permasalahan dalam peningkatan hasil disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak tepat. Keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah perlu disebarluaskan kepada para petani melalui penyuluhan. Salah satu metode penyuluhan pertanian adalah enyebarluasan inovasi baru melalui demonstrasi Plot (demplot). Implementasi demplot diharapkan dapat merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku petani serta keluarganya. Dengan adanya adopsi terhadap inovasi teknologi padi melalui demplot,perilaku petanidan keluarganya dalam melakukan usaha tani yang pada awalnya bersifat tradisional dan belum menerapkan teknologi pertanian yang baik dan benar diharapkan akan berubah. Petani diharapkan akan memberikan perubahan yang nyata dalam hal perbaikan produksi, memperbaiki mutu gabah padi sawah, dan menerapkan inovasi atau teknologi baru budi daya padi sawah secara kontinu.

Program demplot inovasi pertanian akan efektif dan berdampak signifikan padakawasan dan petani yang ada di kawasan tertentu jika potensi keberhasilan demplot cukup besar. Oleh karena itu, demplot perlu dilakukan melalui kemitraan dengan kelompok tani yang sudah cukup mapan dan memiliki kemampuan kelompok yang cukup baik. Salah satu kelompok tani yang sudah maju dan sering digunakan sebagai lokasi uji varietas baru adalah Kelompok Tani Macca La Macca. Kelompok Macca La Macca melakukan percobaan tanam padi varietas pepe bersama Balai Benih Pertanian (BBP) dan menghasilkan panenan sekitar 9 ton/ha GKP. Akan tetapi, setelah pelaksanaan uji coba selesai, para petani kembali ke kebiasaan semula. Oleh karena itu, pelibatan petani/kelompok tani dalam teknologi pertanian harus disertai pendampingan secara terus menerus. Faktor yang menjadi kendala adopsi teknologi dari masyarakat tani sebagai kelompok masyarakat dalam kegiatan ini adalah usia yang sudah lanjut, interaksi yang jarang dilakukan dengan petani lain yang sudah maju, dan intensifikasi padi sawah yang dicanangkan oleh pemerintah membuat petani mengandalkan pupuk mineral dan pestisida buatan pabrik. Selain itu, mereka tidak melaksanakan tanam serentak;tidak mengembalikan jerami ke lahan; masih melakukan carabertani padi sawah secarakonvensional, yaitu di sawah yang terus menerus tergenang; pindah tanam setelah umur padilebih dari tiga minggu; dan menanam dengan jarak tanam yang rapat.

Dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi sekarang ini, cara-cara tersebut terbukti tidak dapat meningkatkan hasil produksi. Dalam beberapa dekade terakhir, intensifikasi padi sawah dengan menggunakanvarietas unggul yang rakus pupuk dan dengan hanya menerapkanpupukanorganik telahmenjadi bagian dari upaya peningkatan produksi padi sawah diIndonesia. Hal tersebut menyebabkan tanah kekurangan bahan organik hingga jasad renik berupa kapang dan bakteriyang berfungsi menyuburkan tanah menjadi punah. Kekurangan bahan organik sedikitbanyak akan teratasi dengan menumpuk jerami hingga membusuk lalumenaburkannya kelahan sawah pada musim tanam berikutnya. Paling sedikit, bobot jeramidari tiap hektar lahansawah akan setara dengan bobot gabah yang dihasilkannya, yakni sekitar 4—5 ton. Untukmemulihkan kesuburan tanah yang sudah rusak berat idealnya diperlukanbahan organiksampai 20 ton (4 truk kapasitas 5 ton). Suplai bahan organik tersebutkemudian dikurangisecara bertahap hingga stabil pada volume 5 ton per hektar per musim tanam.

Salah satu strategi untuk memperbaiki kondisi dan pengelolaan budi daya padi sawah yang ramah lingkungan dan berpotensi lestari (sustainable) adalah introduksi teknologi spesifik lokasi. menjelaskan bahwa teknologi spesifik lokasi merupakan teknologi yang sumber dayanya bisa berasal dari petani sendiri dan atau introduksi dari luar petani yang diinternalisasi secara terus-menerus sehingga menjadi kreativitas tani; memiliki daya adaptasi tinggi dengan kondisi agro ekosistem dan sosial budaya setempat; mampu mengatasi permasalahan lokal yang muncul; dan luarannya lebih unggul dari pada teknologi umum serta bertumpu pada kepentingan masyarakat setempat.

1.      Masalah

Kelompok Tani di Dusun Panaikang Macca La Macca yang maju dan relatif tidak sulit menerima inovasi teknologi baru di bidang pertanian. Selama ini, budi daya padi sawah masih menjadi mata pencaharian utama mereka. Dalam melakukan budi daya, mereka masih menggunakan teknologi konvensional, seperti menanam bibit padi dengan jarak yang rapat, irigasi tergenang, dan penggunaan bibit yang kurang baik mutunya. Hal itu dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa teknologi tersebut telah dilakukan secara turun-temurun dan hasilnya cukup bisa menjadi sandaran hidup mereka selama ini. Akantetapi, dengan luas kepemilikan lahan yang terbatas, padi yang dipanen hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri (subsistence) sehingga tidak ada yang disisakan sebagai bibit yang lebih baik maupun surplus panen yang dijual untuk kebutuhan komersial.Terkait dengan hal diatas, mengembangkan inovasi teknologi budi daya padi sawah yang telah mengalami pengujian selama bertahun-tahun dan terbukti menghasilkan panenan lebih banyak, yaitu (1) benih varietas unggul; (2) tanam dengan jarak lebih lebar (legowo); (3) dan irigasi yang macak-macak. Selain itu, Penerapan Teknologi Tepat Guna Padi Sawah Spesifik Lokasidi Dusun Panaikang Desa Bonotolohe  Kec. Rilau Ale Kab. Bulukumba, pupuk organik perlu digunakan untuk mengurangi jumlah pupuk mineral (anorganik).

 

2.      Metode

Metode yang digunakan dalam introduksi inovasi baru oleh Tim Kelompok Tani adalah demontrasi plot (demplot) di lahan milik kelompok tani dengan rangkaian pelaksanaan pengkajian yang terdiri atas berbagai tahapan, yaitu (a) koordinasi dengan dinasdan pemerintahdesa untuk menentukan lokasi; (b) penyuluhan dan dialog; (c) persiapandemplotdilahan milik kelompok tani; (d) pelaksanaan kegiatan di lapangan; (e) pengamatandan pengumpulan data; (f) pertemuan lapang/mini field day; (g) studi banding serta praktik pertanian; dan (h) pelaporan. Data-data teknis agronomik yang dikumpulkan meliputi (a)

tinggi tanaman, (b) jumlah butir isi/malai, (c) jumlah butir hampa/malai, (e) berat 1000 biji,(f) hasil ubinan 2,5 m x 2,5 m, dan (g) jumlah anakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Berbagai inovasi teknologi budi daya padi telah dikembangkan dan disebarluaskankepada parapetani. Namun, hal tersebut sering menghadapi kendala, baik dari sisi daya serap atau pengetahuan petani maupun faktor lingkungan setempat. Pendekatan secara langsung dengan membuat suatu demplot perlu dilakukan agar para petani lebih memahami dan segera dapat mengadopsi inovasi teknologi dalam rangka peningkatan produksi padi. Dengan pendekatan pengelolaan usaha tani padi secara terpadu, yaitu mulai dari pengelolaan budi daya persiapan lahan, pesemaian, penanaman, pemupukan, pengaturan air,pengendalian gulma)sampai pengelolaan hama penyakit diharapkan mampu meningkatkan produktivitas danefisiensi usaha tani padi yang kemudian berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Gambar. Persiapan Pembuatan Pupuk Hayati/Organik

Salah satu komponen teknologi yang diintroduksi kepada anggota kelompok taniadalah pupuk hayati. Pupuk hayati tersebut tidak hanya digunakan untuk pembibitan danpemeliharaan padi sawah, tetapi dapat juga digunakan untuk tanaman lain. Teknologi bibit sehat yang diterapkan antara lain mencakup (1) penyortiran benih dengan larutan garam;(2) membuang benih yang mengapung; (3) mencampur benih dengan pupuk hayati yang kemudian ditebar di lahan pesemaian yang sudah dilengkapi dengan tutup (kerodong) sehingga tanaman akan relatif lebih sehat dan aman dari serangan benih hama serta penyakit sejak dalam bentuk bibit; dan (4) menebar benih dalam petak pesemaian yang kemudian diberi kerodong kelambu berukuran >50 mesh agar bibit padi terlindung dari bibit hama danpenyakit selama dalam pesemaian.

Gambar Benih Padi di Pesemaian dengan Kelambu

Budi daya tanaman padi melalui teknologi ramah lingkungan perlu dikembangkan karena masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Inovasi yang dikembangkan oleh tim pengabdian Dalam beberapa percobaan di lapangan diketahui bahwa produksi padi meningkat secara signifikan dengan sistem “tapak macan”. Sistem penanaman bibit padi dengan pola “tapak macan” mirip dengan pola System RiceIntensification,tetapi dengan tiga benih yang ditata dalam bentuk segitiga sehingga mirip tapak macan. Dengan sistem ini, akar akan berkembang lebihleluasa dan rumpun tanaman yang lebih banyak pun akan terbentuk.

Gambar Tim IBM Terjun Langsung ke tempat Pelaksanaan Pindah Tanam

 

Tenaga kerja pindah tanam adalah ibu-ibu buruh tani, sedangkan yang datang pada saat penyuluhan adalah petani. Hal itu menyebabkan perlunya pendampingan agar pelaksanaan di

lapangan sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar Ibu-Ibu yang Bertugas Menanam Bibit Padi dan Asisten Supervisi

Gambar Alat Cetak Siste

 

 

 

 

 

 

 

Gambar  Tim IBM Meninjau Padi Sawah yang Telah Menguning

Pada sistem “tapak macan” dan tajarwo tidak terlihat adanya perbedaan nyata dalamperkembangan tanaman padi pada awal fase vegetatif. Namun, pada fase pembentukananakan,jumlah anakan yang terbentuk pada penanaman dengan sistem “tapak macan” jauh lebih banyak dari pada penanaman dengan sistem tajarwo. Dengan jumlah yang semakin banyak diharapkan bulir padi yang terbentuk juga akan banyak sehingga dapat meningkatkan produksi.Pada fase vegetatif awal, keberadaan keong emas menjadi salah satu kendala utama karena keong emas tersebut memakan bibit padi yang barusaja ditanam. Oleh karena itu, pengendalian keong emas secara manual pun dilakukan untuk menekan populasinya. Selain itu, penyulaman pada bibit padi yang mati karena dimakan keong juga dilakukan. Selanjutnya, pada fase generatif muncul penyakit busuk pelepah yang disebabkan jamur rhizoctonia solani dan penyakit garis pada daun yang disebabkan jamur cercospora oryzae. Kedua penyakit tersebut biasa muncul pada tanaman padi, yaitu pada fase-fase generatif. Akan tetapi, penyakit penyakit tersebut tidak begitu merugikan apabila serangannya ringan. Hama sundep/beluk juga dijumpai pada tanaman padi meskipun dalam tingkatan yang rendah. Namun, tindakan pengendalian tetap perlu dilakukan karena serangan sundep/beluk dapat menyebab kankematian tanaman pada fase vegetatif dan membuat bulir tidak berisi (gabuk)sehingga menurunkan produksi.

Pemahaman yang mendalam tentang seluruh rangkaian proses budi daya padi menjadihal penting bagi para petani anggota kelompok tani. Budi daya merupakan serangkaian kegiatan untuk menumbuhkan (dari penanganan benih hingga panen) tanaman agar tanaman tumbuh lebih baik dari pada di habitat aslinya. Dengan demikian, indikator budi daya yangbaik adalah budidaya yang membuat tanaman tumbuh maksimal menurut atau mendekati potensi genetiknya. Komponen budi daya tanaman padi sawah meliputi (a) perawatan benih,(b) pemilihan varietas, (c) penyiapan pesemaian, (d) penyiapan lahan atau pengolahan tanah,(e) tanam bibit/benih (transplanting), (f) pengaturan jarak tanam, (g) pemberian pupuk dan/ataubahan organik, (h) pengelolaan air, (i) pengelolaan gulma, (j) pengendalian hama danpenyakit, dan (k) panen. Pada setiap komponen budi daya terdapat keragaman atau alternative cara yang dilakukan petani berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor berupa (1) kondisi lingkungan (lahan, air, abiotik, biotik), (2) ketersediaan tenaga kerja, (3) ketersediaan modal, (4) keinginan petani, dan (5) kondisi pasar (Anggraini, 2013). Pada praktik budi daya padi, selain memperhatikan varietas padi, pencapaian produktivitas juga sangat ditentukan oleh lingkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh dapat dipilah ke dalam lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan abiotik meliputi (a) radiasi surya, suhuudara yang berkaitan erat dengan tinggi tempat (dataran rendah, sedang, dan tinggi), curahhujan, dan musim tanam; (b) kecukupan air; dan (c) kondisi tanah, seperti kesuburan fisik serta biologi tanah. Adapun lingkungan biotik adalah jenis dan intensitasserangan hama danpenyakit.Penerapan teknologi dalam budi daya dimaksudkan untuk menyesuaikan tanaman padi terhadap lingkungan tumbuh sehingga diperoleh pertumbuhan danhasil yang optimal. Oleh karena itu, kondisi lingkungan dan varietas yang digunakan juga berbeda antarlokasi sehingga perlu dilakukan penyesuaian cara budi daya. Masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan hasil sebagian besar disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak tepat, termasuk varietas yang ditanam, padahal ketepatan pemilihan komponen teknologi diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Beberapa contoh hal tersebut adalah penanaman varietas yang tidak unggul, tidak tahan genangan, tidak tahan kekeringan, atau menggunakan varietas yang samasecara berturut-turut sehingga memacu kehadiran organisme pengganggu (OPT). Berdasarkan seluruh rangkaian demplot, respons serta keterlibatan petani, dan hasil serta produktivitas padi di lahan petani teridentifikasi dan terbukti bahwa inovasi teknologibudi daya padi yang diintroduksi oleh timFakultas Pertanian UGM telah meningkatkan hasil panen. Meningkatnya hasil panen tersebut berarti dapat juga meningkatkan pendapatan petani sehingga jumlah petani dan luas sawah yang menerapkan teknologi tepat guna akan bertambah pada musim tanam selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Penerapan inovasi teknologi dalam budi daya padi bertujuan untuk membantu para petani agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan tumbuh dalam proses budi daya sehingga pertumbuhan tanaman dan hasil yang optimal dapat diperoleh. Karena kondisi lingkungan dan varietas yang digunakan berbeda antar lokasi, cara budi dayanya pun perlu disesuaikan. Selanjutnya, permasalahan dalam peningkatan hasil panen padi sebagian besar disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak tepat, termasuk varietas yang ditanam. Salah satu strategi untuk mencapai hasil panen padi yang maksimal adalah ketepatan pemilihan komponen inovasi teknologi. Meningkatnya hasil panen tersebut berarti dapat juga meningkatkan pendapatan petani sehingga jumlah petani dan luasan sawah yang menerapkan teknologi tepat guna akan bertambah.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. et al. 2013. “Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah

(Oryza Sativa L.) Varietas INPARI 13” dalam Jurnal Produksi Tanaman.

Vol.1. No. 2. ISSN: 2338—3976.

 

Bojong, Cikembar Sukabumi” dalam Buletin Teknik Pertanian 9 (1). Suhendrata, T.

2008. “Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Peningkatan Produktivitas

Padi Sawah untuk mendukung Ketahanan Pangan” dalam Prosiding Seminar

Nasional.

 

De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. The International

Rice Pahruddin, A. et al. 2004. “Cara Tanam Padi Sistem Legowo

Mendukung Usaha Tani di Desa.

 

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa