BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa “Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.” (Undang-Undang RI No 20, 2003:44). Oleh karena itu, salah satu potensi yang harus dikembangkan adalah menulis. Pencapaian kompetensi keterampilan menulis tertuang dalam standar kompetensi menulis mahasiswa. Dalam hal ini, pencapaian yang dimaksud adalah mahasiswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan yang terdapat dalam berbagai ragam tulisan nonsastra serta menuliskannya dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, eksposisi, dan argumentasi).
Kegiatan menulis merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penulis dan tulisan dunia ke penulisan. Suparno dan Yunus (2006: 3) menambahkan menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Menulis merupakan sebuah proses dari hasil membaca yang kemudian dituangkan ke dalam ide dan diwujudkan dalam wacana. Standar kompetensi menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan upaya untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pribadi yang mampu karena mahasiswa akan mampu menuangkan ide/gagasannya, perasaannya dan pendapatnya dalam bentuk tulisan sesuai dengan keinginannya.
Keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa produktif merupakan suatu hal yang paling kompleks yang membutuhkan beberapa syarat penguasaan kosakata, ketatabahasaan, kemampuan menyusun dan merangkai gagasan, serta mengembangkan gagasan dalam suatu kebutuhan yang logis, padat dan mudah dipahami. Oleh karena itu, mahasiswa sangat dituntut dapat menguasai aspek-aspek yang termuat dalam keterampilan menulis agar dapat menuangkan gagasannya secara terpadu dan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pembacanya.
Kegiatan berbahasa tulis merupakan kegiatan berkomunikasi yang sangat penting, karena pada hakikatnya yang mendasari pengajaran bahasa Indonesia adalah kompetensi komunikatif, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran pada jurusan bahasa Indonesia selain untuk pengetahuan teori, juga untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, kemampuan berkomunikasi yang dimaksud adalah kemampuan mahasiswa mengungkapkan dan memahami pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, informasi tentang sesuatu peristiwa (kegiatan), secara lisan atau tulisan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik mengembangkan pembelajaran keterampilan menulis. Salah satu pengembangan yang dilakukan ialah dengan merancang model pembelajaran aktif dalam pengajaran bahasa Indonesia berbasis workshop. Model pembelajaran aktif dalam pengajaran bahasa Indonesia berbasis workshop, penulis terapkan seiring pula dengan kebijakan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar dari pemaparan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mengembangkan model pembelajaran menulis karya ilmiah berbasis workshop pada mahasiswa semester IV Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar?
2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran menulis karya Ilmiah bahasa Indonesia workshop pada mahasiswa semester IV Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan mengembangkan suatu model pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah khususnya pada mahasiswa dengan berbasis workshop. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengembangkan paket pembelajaran pendukung dalam bentuk buku ajar dan perangkat pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah.
1.4 Urgensi Penelitian
Pembelajaran menulis yang dilakukan oleh dosen saat ini umumnya masih berorientasi pada pendekatan menulis tradisional. Dalam pembelajaran menulis menurut pendekatan tradisional, dosen menerapkan suatu pola pembelajaran yang mementingkan hasil daripada proses. Hal ini sejalan dengan pendapat Tomkins dan Hoskinson (1994:227) bahwa penyebab rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis adalah karena pembelajaran dosen lebih mengutamakan hasil daripada proses sehingga mahasiswa tidak belajar, tetapi dihadapkan pada tugas yang sulit dan tidak jelas. Dalam pembelajaran menulis, dosen diharapkan mampu menentukan model pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa.
Pembelajaran menulis berdasarkan survei di lapangan, dosen mengalami hambatan di dalam melaksanakannya. Hambatan yang dihadapi dosen/guru adalah rendahnya minat mahasiswa dalam menulis. Model pembelajaran kurang bervariasi. Kurang terencana, terstruktur dan terarah dalam membelajarkan mahasiswa. Belum ada alat untuk menguji kompetensi menyusun karangan ilmiah yang objektif dan memuaskan. Dengan model pembelajaran yang didominasi oleh dosen dan materi ajar serta strategi pembelajaran yang tidak bervariasi tersebut menyebabkan mahasiswa merasa jenuh dan kurang tertantang untuk menulis karya ilmiah disebabkan karena materi, metode dan strategi pembelajaran keterampilan menulis belum efektif.
Pada dasarnya, upaya-upaya perbaikan yang dilakukan sebaiknya mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student-centered, learning-oriented), pendekatan ini dimaksudkan dapat memberikan pengalaman belajar yang menantang dan sekaligus menyenangkan. Lebih jauh, mahasiswa diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar, bukan sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Yang terakhir itu sering disebut dengan pendekatan permukaan (surface approach), atau belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan para mahasiswa dewasa ini.
Berdasarkan hal diskusi dengan dosen pengampuh mata kuliah yang sama pada kelas paralel, ditemukan beberapa masalah yang menghambat keberhasilan perkuliahan, permasalahan pertama bersumber dari kurangnya kreativitas dosen pengampu mata kuliah dalam memilih strategi pembelajaran. Hal ini terpicu dari beratnya melakukan koreksi tulisan mahasiswa sehingga umpan balik dari dosen pada kesempurnaan tulisan memilih metode ceramah untuk penguasaan teori dan tugas untuk materi praktek. Porsi 40 % teori dan 60% praktek kadang-kadang terjadi sebaliknya atau bahkan kegiatan praktik hanya dijadikan tugas dan dikumpulkan langsung pada dosen untuk dinilai.
1.5 Spesifikasi Produk yang Ditargetkan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang ditetapkan, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Sebuah penelitian pengembangan akan berorientasi pada produk, sehingga proses pengembangannya melalui uji-coba dan revisi sampai menghasilkan produk yang berkualitas baik atau yang memenuhi kriteria kefalidan, kepraktisan, dan keefektivan. Dengan demikian produk penelitian ini adalah model pembelajaran keterampilan menulis di perguruan tinggi sebagai pedoman untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih optimal.
Buku model pembelajaran keterampilan menulis yang akan dihasilkan dari kegiatan penelitian ini oleh para dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Menulis; (2) mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai kader tenaga pendidikan, (3) guru-guru bahasa dan sastra Indonesia, baik di tingkat SMP maupun SMA; (4) LPMP dalam merancang kegiatan pelatihan penggunaan pembelajaran berbasis e-learning bagi bagi dosen.
1.6 Pembatasan Masalah Penelitian
Penelitian ini secara umum diorientasikan untuk memfasilitasi proses
pembelajaran. Bentuk pemfasilitasan yang dilaksanakan adalah merancang model
pembelajaran keterampilan menulis mahasiswa dengan mengembangkan aspek
isi, retorika, dan kebahasaan. Berkaitan dengan luasnya ruang lingkup
penelitian ini, untuk menjaga kedalaman analisis agar dapat
dipertanggungjawabkan, berikut dilakukan pembatasan masalah penelitian.
Pembatasan penelitian dilakukan pada pengembangan perangkat pembelajarann yang
berupa rencana pembelajaran (RPP), materi ajar (MAM), dan lembar kegiatan
keterampilan Menulis untuk mahasiswa
(LKKMM).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Keterampilan Menulis
Menurut Hayon (2007: 5) menulis adalah segala kegiatan yang berkaiatan dengan kepenulisan atau perihal menulis. Menulis ada hubungannnya dengan orang yang menulis, bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisan yang saling berkaiatan satu sama lainnya. Hayon menambahkan menulis mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional secara berlebihan, realistis, dan tidak menghambur-hamburkan kata secara tidak perlu. Pengungkapan mesti jelas dan teratur, sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksudkan penulis.
Suparno dan Yunus (2006: 3) mendefinisikan penulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat dan medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Selanjutnya, Wiyanto (2006:2) menambahkan menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.
Menulis merupakan keterampilan mengomunikasikan pikiran, gagasan, informasi yang harus dilatihkan semenjak dini. Semenjak di sekolah Dasar, hendaknya mahasiswa dibiasakan untuk menulis, mengemukakan ide-idenya tanpa pembatasan-pembatasan yang dapat menjerat kreativitas mereka. Mahasiswa perlu dilatih untuk mengemukakan pesan atau gagasannya secara
23 |
a. Menulis menolong seseorang merangsang pemikiran untuk menemukan kembali pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam memorinya.
b. Menulis berarti menghasilkan ide-ide baru, mencari pertalian dan hubungan, serta menarik persamaan (analogi) tentang topik-topik yang relevan dengan ide tulisan.
c. Menulis berarti membantu menggorganisasikan pikiran, menjernihkan konsep yang kurang jelas.
d. Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi, dan ide-idenya lebih objektif.
e. Menulis membantu seseorang menyerap dan menguasai informasi baru dan menyimpannya lebih lama.
f. Menulis akan membantu seseorang memecahkan masalah dengan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkan dalam sebuah konteks visual sehingga dapat diuji.
Pada prinsipnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis menolong para pembelajar berpikir kritis, memperdalam daya tanggap atau persepsi, membantu menjelaskan pikiran, dan sebagainya.
2.2 Konsep Pembelajaran Menulis
Dalam pembelajaran hendaklah peserta didik diarahkan ke pengembangan potensi diri sendiri. Segala masalah kebahasaan yang perlu dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernunsa kekinian. Sumber bahasa yang digunakan oleh dosen juga harus mengacu ke minat dan harapan mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa dapat tertarik dengan pembelajaran menulis bahasa Indonesia.
Dosen berperan dalam menentukan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut menguasai bahasa Indonesia dan pembelajarannya segingga mata pelajaran menarik bagi mahasiswa. Kemenarikan ini akhirnya membawa siswa ke tingkat komunikasi yang lancar. Komunikasi yang didasari oleh minat yang kuat dari mahasiswa. Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa banyak strategi pembelajaran yang tersedia. Namun, mengapa banyak guru bahasa Indonesia yang masih kesulitan dalam memvariasikan strategi pembelajaran bahasa Indonesia. Mereka banyak berkutat dengan ceramah, diskusi dan penugasan. Padahal hal tersebut merupakan teknik pengelolaan kelas. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Dosen dapat berganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Adapun strategi meliputi pendekatan, metode dan teknik. Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang dapat yang fokuskan kepada pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikasi. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
Belajar menulis adalah belajar mengembangkan pemikiran secara unit dan rapi. Pikiran yang unit dan rapi sangat penting dalam penyampaian pesan kepada orang lain. Kemahiran mengurutkan dan kerapihan pemikiran dapat dipelajari dan dapat dilatih. Berikut ini contoh tahapan belajar menulis.
Tahapan Imeliputi: (1) membuat resume (ikhtisar) mangenai suatu bacaan, (2) mengutip definisi yang didapat dari bacaan, (3) menjelaskan gambar, tabel, diagram, atau peta. Tahapan IImeliputi: (1) menuliskan sebuah gagasan dengan membuat daftar mengenai ciri atau sifat yang terdapat dalam gagasan tersebut, membuat kalimat dengan menjelaskan gagasan tersebut, dan mempererat antara kalimat satu dengan yang lainnya, (2) menuliskan definisi bedasarkan sebuah gagasan dengan cara mengenbangkan gagasan berdasarkan penalara yang sesuai dengan usia mahasiswa. Tahapan III meliputi: (1) menuliskan kesan yang didapat melalui indera pengelihatan, penciuman, pendangaran, peradaban, dan pengecapan, (2) menuliskan kesan dan ditambahkan dengan tanggapan pribadi tentang senang-tidak senang, setuju- tidak setuju, dan sebagainya. Tahapan IV meliputi: (1) mengatur paragraf yang terberai, (2) mengembangkan paragraf, dan (3) membuat wacana. TahapanV meliputi: (1) membuat laporan, (2) membuat karangan bebas, dan (3) membuat karya tulis singkat.
2.3 Model Pembelajaran Keterampilan Menulis yang Dikembangkan
Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa dalam penelitian ini dikembangkan dengan model pembelajaran keterampilan menulis yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme dan pandangan kooperatif. Dari kajian teori tentang pandangan konstruktivisme, dapat disarikan enam karakteristik model e-learning dalam pembelajaran keterampilan menulis dengan demikian perangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran keterampilan yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada enam karakteristik model pembelajaran keterampilan menulis yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme dengan pandangan kooperatif sebagai berikut.
1) Karakteristik Pertama
Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki mahasiswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi mahasiswa secara bermakna. Hal ini dapat menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa (Novak,1985;)
2) Karakteristik Kedua
Mengintegrasikan dengan situasi yang realistik dan relevan, sehingga mahasiswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan demikian, diharapkan keterampilan menulis menjadi menarik baginya dan mereka termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara menyediakan tugas-tugas keterampilan menulis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Brooks dan Brooks, 1999).
3) Karakteristik Ketiga
Menyediakan berbagai alternatif pengalaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar (Brooks dan Brooks, 1999).
4) Karakteristik Keempat
Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkungannya. Mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari (Brooks dan Brooks, 1999).
5) Karakteristik Kelima
Mendorong penggunaan berbagai representasi/media (Brooks dan Brooks, 1999).
6) Karakteristik Keenam
Mendorong peningkatan kesadaran mahasiswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bahwa mahasiswa perlu didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka mengonstruksi pengetahuan, demikian juga mengomunikasikan baik lisan maupun tulisan tentang apa yang sudah dan apa yang belum diketahuinya (Brooks dan Brooks, 1999).
2.4 Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman be lajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Soekamto, 1996: 78). Menurut Joice (1992: 4) model pembeljaaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan dalam perencanaan pembelajrann dalam tutorial dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan laian-lain. Joice menyatakan pula bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan pembelajaran. ,
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya (1) tujuan – tujuan pembelajaran, (2) tahap – tahap (sintak) dalam kegiatan pembelajaran, (3) lingkungan pembelajaran, dan (4) pengelolaan kelas (Joice dan Weil, 1992). Hal ini sesuai dengan pendapatan Joice (1992: 4) Bahwa Each model guides us as we design intrustruction to help students achieve various objective. Maksud tersebut adalah setiap model mengarahkan siswa dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
2.5 Model Pembelajaran Workshop
Pada dasarnya workshop telah mulai diterapkan sejak tahun 1970-an (Waller & Wilson, 2001 dalam Wena, 2009). Secara umum terdapat beberapa hal penting sebagai persyaratan pelaksanaan workshop, sebagai berikut.
1) Kegiatan proses pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan bila mengalami kesulitan belajar.
2) Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu siswa apabila mengalami kesulitan belajar.
3) Adanya lembaga penyelenggara/pengelola workshop.
4) Adanya sikap positif dari mahasiswa dan tenaga pendidik terhadap teknologi komputer dan internet.
5) Tersedianya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap mahasiswa.
6) Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan belajar mahasiswa dan mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Peran dosen dan mahasiswa di
dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan
objek yang berperan secara aktif, dinamik, dan interaktif, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Dosen dan mahasiswa
sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge berjalan
menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu, penataan peran dosen dan
maha siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu
dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada era pendidikan berbasis TIK, peran dosen tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi maha siswa. Untuk itu, dosen dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada mahasiswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran dosen sebagaimana dimaksud, maka peran mahasiswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi dalam pembelajaran. Di sisi lain, mahasiswa juga dapat belajar secara individu dan melakukan kolaboratif dengan mahasiswa lain.
2.6 Web Based Learning sebagai Media Pembelajaran Menulis
Menurut Rouf dan Sofyan (2007:2),
web based learning (WBL) adalah suatu situs online yang berfungsi sebagai media
jurnal/diari bagi seseorang. WBL biasa juga dikemas dalam bentuk blog dalam media internet.Jovan (2007:32)
menambahkan bahwa blog adalah “a personal
diary, a daily pulpit, a collaborative space, a political soapbox, a
breaking-news outlet, a collection of links, one’s own private thoughts, and
memos to the world.”Graham (2005:7) menyatakan bahwa membuat blog tidaklah sulit karena hanya
memerlukan pemahaman sederhana mengakses internet, sama mudahnya untuk membuat
dan mengirim e-mail. Membuat blog
tidaklah memerlukan pemahaman akan bahasa pemrograman atau sintaks-sintaks pemerograman
yang rumit karena semua sudah dikerjakan oleh sistem. Dengan demikian, yang
harus dilakukan hanya menulis dan memublikasikannya langsung.
2.7 Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah di bidang pendidikan adalah karya tulis ilmiah yang disusun baik secara perorangan maupun kelompok yang membahas suatu pokok bahasan dalam bidang pendidikan dengan menuangkan gagasan-gagasan tertentu melalui identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisa permasalahan, dan saran-saran pemecahannya. Biasanya dituliskan dan disampaikan untuk dibahas dalam pertemuan ilmiah atau dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan suatu program tertentu, adapula makalah yang sengaja dibuat oleh para mahasiswa sebagai tuntutan kegiatan akademik di perguruan tinggi.
1) Syarat Karya Ilmiah
a) Asli (original ) karya tulis yang dihasilkan harus merupakan produk asli dan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dan tempat bekerja.
b) Perlu/bermanfaat (useful) karya tulis yang dihasilkan guru harus dirasakan manfaatnya secara langsung dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
c) Ilmiah (scientific) karya tullis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah.
d) Konsisten KTI yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antarbab bagian karya tulis yang disajikan.
2) Kriteria Pokok Karya Tulis Ilmiah
1) “masalah “ pokok yang dijadikan dasar penulisan dan masalah tersebut sesuai atau menyangkut kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru sehari-hari
2) kajian pustaka/teori yg mendukung pemecahan masalah metodologi yang dilakukan secara runtut dalam upaya pemecahan masalah tersebut
3) data dan fakta yang mendukung pembahasan masalah tersebut
4) alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan atau dibahas untuk solusi atas masalah yang dihadapi
5) kesimpulan maupun rekomendasi yang dikemukakan berdasarkan analisis data terhadap upaya pemecahan masalah tersebut.
Dilihat dari cara berpikir, makalah dapat kita bedakan ke dalam dua kategori. Pertama, makalah yang ditulis atas dasar hasil berpikir deduktif kedua, makalah yang di tulis atas dasar hasil berfikir induktif. Karya tulis mahasiswa di luar itu misalnya laporan terjemahan sebuah buku, apalagi tanpa komentar dari penyusun atau penerjemahnya, tidak disebut makalah ilmiah. Penyusunan atau pembuatan makalah memerlukan persyaratan khusus. Syarat pertama, harus menguasai bidang ilmu yang relevan dengan tema makalah. Syarat yang kedua, penulis makalah harus terampil mencurahkan gagasan atau pikirannya dalam bentuk bahasa tulisan atau bahasa ilmiah. Syarat ketiga, memiliki kemampuan mensistematikkan gagasan atau buah pikiran dalam bentuk alur-alur pikir yang logis sehingga mudah ditangkap maknanya oleh pembaca makalah.
2.8 Kerangka Konseptual
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai, maka seorang dosen dituntut memiliki pemahaman dan keterampilan khusus. Agar mahasiswa dapat mencapai standar kompotensi yang telah ditetapkan, atau dengan kata lain dosen harus memiliki kemampuan menciptakan kegiatan belajar yang mudah dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbahasa produktif.Berdasarkan pada tinjauan pustaka di atas dapat ditarik kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Pembelajaran Bahasa Indonesia |
Pengembangan Keterampilan menulis |
Pembelajaran Berbasis Workshop |
Karakteristik : Pembelajaran koperatif, menekankan interaksi, menanamkan pembelajaran dalam koteks pengalaman sosial, mengutamakan proses, dan mengkontruksi pengalaman sendiri |
Aspek Retorika: Pengorganisasian ide dan teknik penyampaian |
Aspek isi: Segi penulisan, pengembangan ide pokok,paragraf (kohesi dan koherensi), dan relevansi isi dengan topik.
|
Aspek Kebahasaan: Tata bahasa, diksi, ejaan, dan tanda baca |
Terampil Menulis Karya Tulis Ilmiah |
Gambar 1.Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yakni peneliti bermaksud mengembangkan suatu model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah berbasis e-learning.
3.2 Tahap-Tahap Penelitian
Tahap I, yaitu tahap research, kegiatan yang dilakukan meliputi penelitian pendahuluan, studi hasil-hasil penelitian, analisis kurikulum, dan penyusunan proptoype model. Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran di kelas dalam menyusun karya tulis. Studi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar dalam kaitan dengan topik yang diteliti, kaitan dengan kecakapan mahasiswa. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menghasilkan suatu produk yang mengunakan paradigma konstruktivisme, yang tentunya sesuai dalam mengembangkan pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah.
Tahap II, yaitu tahap development, prototitpe awal model pembelajaran e-learning dan kemampuan awal keterampilan menulis bahasa Indonesia. Langkah selanjutnya melihat materi dalam garis pedoman pengajaran untuk mata kuliah keterampilan menulis bahasa Indonesia, sehingga didapatkan pokok-pokok bahasan menulis untuk mahasiswa.
Tahap III, yaitu tahap akhir kegiatan penelitian dengan kegiatan yang akan dilakukan yaitu diseminarkan, didemonstrasikan dalam cakupan yang lebih luas. Pada tes akhir juga dilakukan penilaian karya tulis ilmiah untuk mengukur konsep dan keterampilan menulis mahasiswa selama kurang lebih 90 menit.
Penelitian Pendahuluan |
Studi Hasil Penelitian |
Analisis Kurikulum |
Konsultasi Pakar |
Prototype Model |
|
Evaluasi |
Uji coba Terbatas
|
Latih dosen |
Revisi |
Validasi Pakar & Praktisi |
Analisis |
Revisi |
Model Final |
Blm Fit |
analisis |
Blm Fit |
Model-1 |
Ujicoba diperluas |
Evaluasi |
|
Blm Fit |
|
Demonstrasi |
Pelatihan |
Diseminasi |
|
|
15 |
Keterangan:
Warna hijau = kegiatan tahun pertama
Warna biru/tanpa diarsir = kegiatan tahun kedua
Warna biru penuh = kegiatan difusi/diseminasi
Gambar 2
Desain Pengembangan Model-PKM-e
3.3 Subjek Penelitian
Sekaitan dengan keperluan perancangan model pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis e-learning, prototipe yang telah dikembangkan perlu diuijicobakan dan dievaluasi. Pada tahun pertama ini, yang menjadi subjek ujicoba penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Unismuh dan Universitas 45 Makassar, Universitas Muslim Makassar dan STKIP Maros. Menurut peneliti, pada mahasiswa keempat Universitas ini adalah kelas yang tepat untuk dimulai memperkenalkan model pembelajaran.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel utama yang diamati pada penelitian tahun pertama ini adalah kompetensi belajar mahasiswa. Variabel ini digunakan untuk mengukur keberhasilan pengembangan model, yakni pada tahap tes. Adapun kompetensi belajar mahasiswa yang dimaksudkan adalah skor yang dicapai dari hasil tes tertulis berupa tugas menulis karya ilmiah mahasiswa yang telah dikembangkan sesuai indikator-indikator kompetensi belajar berdasarkan materi yang disajikan.
3.5 Posedur Penelitian
Sebagai langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur dan studi pendahuluan di kelas pada waktu pembelajaran menulis. Hasilnya dipakai untuk menentukan konsep-konsep yang akan diteliti dan menentukan variabel penelitian, yaitu model pembelajaran e-learning dan kemampuan awal keterampilan menulis karya tulis.
Langkah selanjutnya melihat materi dalam garis pedoman pengajaran untuk mata kuliah keterampilan menulis bahasa Indonesia, sehingga didapatkan pokok-pokok bahasan menulis untuk mahasiswa semester IV. Selanjutnya, peneliti menentukan indikator penilaian menulis (yang dapat dikembangkan, dideskripsikan dan diukur) dari teori yang sudah ada serta cara-cara menganalisis karangan ilmiah yang terfokus pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akhirnya, dirumuskan suatu rencana pembelajaran berbasis e-learning untuk mata kuliah keterampilan menulis mahasiswa semester IV pada Jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Untuk melihat proses pembelajaran sebagai data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan melihat pelaksanaan pembelajaran oleh dosen melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengadakan prates;
2) Melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran yang dilakukan oleh dosen lain.
3) Mengamati, mendeskripsikan, menganalisis, dan membahas data verbal dan nonverbal pada saat penelitian berlangsung untuk menggali kemampuan menulis mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
4) Mengadakan pascates.
Langkah selanjutnya menganalisis hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran menulis mahasiswa .
a) Menganalisis karangan mahasiswa berdasarkan teori yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mendeskripsikan secara kualitatif kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan sebagai bahan pertimbangan penilaian karangan.
b) Menilai karangan mahasiswa berdasarkan kriteria penilaian untuk mendapatkan data kuantitatif kemampuan menulis mahasiswa yang dilakukan oleh tiga penilai.
3.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
3.7 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data proses dan hasil. Data proses, yaitu melihat keaktifan mahasiswa, interaksi mahasiswa dengan dosen dan antarmahasiswa dengan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar dan data hasil, yaitu melihat hasil keterampilan menulis karya ilmiah mahasiswa setelah tes akhir. Sumber data proses, yaitu dosen dan mahasiswa saat pembelajaran keterampilan menulis. Sumber data hasil diperoleh dari karya ilmiah mahasiswa dengan memperhatikan aspek isi, aspek retorika, dan aspek kebahasaan.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, tes perbuatan, angket, wawancara, dan dokumentasi. Teknik observasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas. Fokus perhatian dalam observasi tersebut adalah interaksi yang terjadi pada saat pembelajaran, performasi dosen, materi, penerapan model pembelajaran, dan bentuk evaluasi yang digunakan. Teknik Tesmembuat karya tulis ilmiah. Hasil tes mahasiswa digunakan rubrik penilaian individual keterampilan menulis karya ilmiah. Angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi respon, sikap, dan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model berbasis workshop.
3.9 Teknik Analisis Data
Semua data yang terkumpul dicatat dan dibuatkan tabulasi berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan variabel. Kemudian data itu diberikan skornya masing-masing untuk memudahkan penginterpretasian. Data yang diperoleh melalui tugas menulis mahasiswa dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial uji beda jenis ANOVA dengan menggunakan program SPSS 15.0 for Windows.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Fase Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Bahasa Indonesia Berbasis Workshop
1. Prosedur Penyusunan Model Pembelajaran
Prosedur pengembangan model berbasis workshop mengacu pada Kurikulum Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis (3 SKS). Adapun pengembangan model pembelajaran yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut.
Menentukan Mata Kuliah yang akan Dikembangkan |
Mengidentifikasi Materi |
Pengembangan Model |
Uji Coba Produk Pembelajaran |
Memproduksi 1. Bahan Ajar 2. LKM 3. RPP
|
Menyusun Sintaks Penggunaan Model |
Gambar 4.1 Prosedur Pengembangan Pembelajaran MPBK
2. Fase Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Workshop
Desain model ini mengembangkan keterampilan menulis karya ilmiah yang berbasis workshop dengan pola persiapan, pengorganisasian, reflektif, dan evaluasi.
Tahap 1: Orientasi Mahasiswa pada Fase Persiapan
1) Dosen mengecek kesiapan mahasiswa;
2) Dosen memberikan pengantar kepada mahasiswa, memotivasi, dan membuka cakrawala berpikir mahasiswa tentang materi pelajaran dalam kehidupan nyata;
3) Apersepsi dengan mengadakan tanya jawab pada pelajaran sebelumnya; dan
4) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran.
Tahap 2: Memfasilitasi Mahasiswa pada Fase Pengorganisasian
1) Dosen menjelaskan materi pelajaran;
2) Dosen memfasilitasi mahasiswa dalam mengeksplorasi konsep karya ilmiah dengan mengkaji bahan ajar;
3) Dosen memberi tugas kepada mahasiswa menggunakan LKM;
4) Mahasiswa dikelompokkan.
Tahap 3: Membimbing Mahasiswa dalam Fase Reflektif
1) Dosen membimbing pelaksanaan tugas mahasiswa secara berkelompok dan memfasilitasi diskusi dalam kelompok kecil;
2) Mahasiswa berlatih membuat karya ilmiah;
3) Dosen membimbing penyelesaian tugas mahasiswa;
4) Dosen meminta salah seorang mahasiswa untuk mempresentasikan tugasnya dan mahasiswa lain menyimak;
5) Dosen melakukan refleksi dari hasil pembelajaran;
6) Dosen memberi komentar dan memberi penghargaan dari hasil tugas mahasiswa;
7) Dosen bersama mahasiswa mendiskusikan hasil yang telah dipresentasikan oleh mahasiswa.
Tahap 4: Memfasilitasi Mahasiswa pada Fase Evaluasi
1) Dosen melakukan pengujian dan menyusun kembali pengetahuan karya ilmiah yang dikonstruksi pada fase reflektif melalui diskusi kelas.
2) Dosen mengevaluasi keberhasilan pembelajaran melalui presentase/penyajian hasil kerja tugas dan pemberian kuis.
Secara umum sikap dosen terhadap pelaksanaan menulis karya ilmiah dengan model pembelajaran berbasis workshop sebagai berikut ini.
1. Menciptakan suasana yang demokratis.
2. Menghargai berbagai pendapat dan membangun interaksi melalui kegiatan diskusi kelompok.
3. Mengolah dan menyediakan sumber belajar yang relevan yang dapat mendukung mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran secara optimal.
4. Menghargai pendapat mahasiswa agar mendorong mahasiswa agar bersifat lebih kritis dan kreatif dalam menulis paragraf.
5. Menempatkan diri sebagai sumber belajar yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan mahasiswa secara individu atau secara berkelompok.
Model yang dipaparkan di atas kemudian dirinci dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sebanyak delapan kali pertemuan. RPP tersebut terdiri atas uji coba I dikelas A, C, dan E, dan uji coba II di kelas B, D, dan F. Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran berbasis workshop dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan perangkat pembelajaran yang mendukung model.
3. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Workshop dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah
Hasil uji coba yang meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa dan dosen, tes hasil belajar mahasiswa, dan respons mahasiswa terhadap model pembelajaran yang telah dikembangkan pada uji coba.
a) Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Workshop
Penilaian dari dua penilai merekomendasikan bahwa lembar pengamatan ini dapat digunakan dengan revisi kecil dengan kategori baik sekali. Hasil rangkuman penilaian dapat dilihat pada lampiran B.5. lembar validasi instrumen pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, instrumen ini digunakan oleh dua orang pengamat dalam uji coba pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
b) Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Dosen
Lembar pengamatan ini dikembangkan dari 28 indikator pembelajaran menulis karya ilmiah berbasis workshop. Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator untuk memberikan penilain terhadap instrumen tersebut. Penilaian meliputi (1) aspek tujuan, (2) cakupan aktivitas dosen, dan (3) aspek bahasa. Hasil penilaian menunjukkan bahwa instrumen ini dapat digunakan dengan revisi kecil atau kategori baik sekali. Rangkuman hasil penilaian dapat dilihat pada lampiran B.8. lembar validasi aktivitas dosen. Selanjutnya, instrumen ini digunakan oleh dua orang pengamat dalam uji coba pelaksanaan model pembelajaran menulis karya ilmiah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
c) Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa
Lembar pengamatan ini dimodifikasi dari lembar pengamatan aktivitas mahasiswa yang dikembangkan oleh Tim Pengembangan Pembelajaran KSG. Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator. Penilaian meliputi (1) aspek tujuan, (2) cakupan aktivitas mahasiswa, (3) aspek bahasa. Hasil penilaian validator pertama menunjukkan bahwa instrumen ini dapat digunakan dengan tanpa revisi atau kategori baik sekali. Hasil penilaian validator kedua menunjukkan instrumen ini dapat digunakan dengan sedikit revisi atau kategori baik sekali. Rangkuman hasil penilaian semua validator dapat dilihat pada lampiran B.7. validasi aktivitas mahasiswa.
d) Analisis Instrumen Lembar Respons Mahasiswa
Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator. Penilaian meliputi (1) aspek petunjuk, (2) cakupan jenis-jenis respons mahasiswa, dan (2) penilaian umum. Validator (I) mengatakan instrumen ini dapat digunakan dengan revisi kecil dan kategori baik sekali. sedangkan validator (II) menilai bahwa instrumen ini dapat digunakan tanpa revisi dan kategori baik sekali. Rangkuman hasil penilaian kedua validator dapat dilihat pada tabel. 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2. Hasil Penilain Lembar Respons Mahasiswa
No. |
Aspek yang Dinilai |
Frekuensi Penilaian |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
I |
Aspek Tujuan 1. Kejelasan petunjuk pengisian lembar responss mahasiswa dinyatakan dengan jelas 2. Kriteria penilaian dinyatakan dengan jelas |
|
|
|
2
2 |
II |
Aspek Cakupan Cakupan jenis-jenis responss mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis workshop. |
|
|
|
2 |
III |
Aspek Bahasa: 1. Menggunakan bahasa yang sesuai 2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 3. Menggunakan pernyataan yang komunikatif |
|
|
1 |
2 1 2 |
5) Analisis Instrumen Lembar Respons Dosen
Instrumen wawancara ini dinilai oleh tiga dosen yang menerapkan model pembelajaran berbasis workshop. Pedoman wawancara tersebut meliputi (1) respons bahan ajar yang digunakan, (2) respons LKM , (3) respons RPP, dan (4) model pembelajaran yang digunakan. Hasil penilaian ketiga dosen tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan sangat jelas, materinya mudah dimengerti dan dilengkapi dengan tes formatif. LKM digunakan sangat menarik karena di dalamnya berisi tentang uji praktik yang dapat mengembangkan kreativitas dan penalaran.Selain itu, mahasiswa tertarik terhadap materi yang disajikan karena LKM-nya dibuat dalam bentuk bervariasi. RPP digunakan sesuai dengan bahan ajar yang ada disertai dengan evaluasi, baik lisan maupun tertulis pada setiap kegiatan inti dan kegiatan penutup. Model pembelajaran berbasis konstruktivisme sangat menarik, baik penerapan bahan ajar dan suasana pembelajaran di dalam kelas. Mahasiswa aktif dengan model pembelajaran ini karena adanya sistem interaktif setelah penyajian materi dengan ilustrasi terhadap bahan ajar yang ada.
4.2. Efektivitas Model Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Berbasis Workshop
Model pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi tiga kriteria keefektifan, yaitu (1) hasil kemampuan menulis karya ilmiah, (2) Aktivitas mahasiswa dan dosen, dan (3) respon mahasiswa dan dosen.
Sebelum proses pelaksanaan model pembelajaran berbasis workshop, terlebih dahulu dosen memberikan pretes tentang menulis karya ilmiah kepada mahasiswa yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pelaksanaan pretes bertujuan mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menulis karya ilmiah berbasis workshop. Kegiatan dalam menulis karya ilmiah yang berbasis workshop akan dianalisis untuk dapat menetapkan langkah-langkah selanjutnya.
Terdapat lima indikator yang menjadi tolok ukur dalam menilai karya ilmiah yang telah dibuat mahasiswa. Indikator tersebut, yaitu pola pengembangan latar belakang atau masalah yang dibahas pada tulisan dan susunan paragrafnya. Kesemua indikator tersebut digunakan menilai semua jenis karya ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan sejenisnya) yang telah dibuat oleh mahasiswa.
1. Hasil Uji Coba Pertama
a. Hasil Pretes
Adapun data skor hasil penelitian pretes pada uji pertama dapat dilihat pada tabel berikut:
|
Tabel 4.3. |
Statistik Skor Pretes |
|
|||
Statistik |
Nilai Statistik |
|||||
Kelas A |
Kelas C |
Kelas E |
||||
Subjek Penelitian |
35 |
30 |
26 |
|||
Skor Maksimum Ideal |
100 |
100 |
100 |
|||
Skor Rata-rata |
55,00 |
55,50 |
51,67 |
|||
Skor Tertinggi |
78,5 |
75 |
68,5 |
|||
Skor Terendah |
33,5 |
28,5 |
26,5 |
|||
Rentang Skor |
45 |
46,5 |
42 |
|||
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa skor rata-rata hasil pretes mahasiswa kelas A = 55,00., C= 55, 50., dan E= 51,67 dari skor ideal, yaitu 100. Skor tertinggi untuk kelas A =78,5., kelas C =75., dan kelas E= 68,5. Skor terendah kelas A =33,5., kelas C= 28,5., dan kelas E =26,5. Jika skor hasil pretes mahasiswa tersebut dikelompokkan ke dalam lima kategori diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil pretes seperti disajikan pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.5. |
Deskripsi Ketuntasan Pretes Mahasiswa |
No |
Skor |
Kategori |
Ketuntasan |
|||||
Kls A |
Kls C |
Kls E |
||||||
Frek |
(%) |
Frek |
(%) |
Frek |
(%) |
|||
1 |
0-64 |
Tdk tuntas |
22 |
62,86 |
21 |
70 |
17 |
65,38 |
2 |
65-100 |
Tuntas |
13 |
37,14 |
9 |
30 |
9 |
34,62 |
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 35 mahasiswa kelas A terdapat 22 mahasiswa (62,86%) yang belum tuntas belajar dan 13 mahasiswa (37,14%) yang telah tuntas. Pada kelas C terdapat 21 mahasiswa (70%) yang belum tuntas dan 9 mahasiswa (30%) yang telah tuntas. Pada kelas E terdapat 17 mahasiswa (65,38%) yang belum tuntas dan 9 mahasiswa (34,62%) yang telah tuntas.
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Pretes Menulis Karya Ilmiah
No. |
Nilai |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
0-64 |
Tidak Tuntas |
60 |
65,93 |
2 |
65-100 |
Tuntas |
31 |
34,07 |
Apabila hasil ketuntasan pretes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.
Grafik 4.1. Hasil Ketuntasan Pretes
Berdasarkan tabel 4.6 dan grafik 4.1 diketahui bahwa dari 91 mahasiswa terdapat 60 mahasiswa (65,93%) yang belum tuntas belajar dan 31 mahasiswa (34,07%) yang telah tuntas. Hal ini berarti ketuntasan hasil pretes belum memuaskan secara keseluruhan dengan demikian sebanyak 60 mahasiswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual.
b. Respons Mahasiswa
Tabel 4.7. Hasil Respons Mahasiswa Uji Coba Pertama
No. |
Aspek yang Direspons |
Respons Mahasiswa |
|||
1 |
Apakah kalian merasa sangat senang, cukup senang atau tidak senang terhadap komponen pembelajaran berikut ini? |
Sangat Senang |
Senang |
Cukup Senang |
Tidak Senang |
a. Bahan ajar |
36,99 % |
51,11% |
11,9% |
0% |
|
b. LKM |
43,88% |
41,23% |
14,92% |
0% |
|
c. Suasana pembelajaran di kelas |
44,45% |
33,4% |
18,3% |
3,85% |
|
c. Suasana pembelajaran di kelas |
44,45% |
33,4% |
18,3% |
3,85% |
|
d. Cara dosen mengajar |
61,33% |
18,91% |
19,76% |
0% |
|
e. Penampilan dosen |
45,86% |
46,02% |
8,12% |
0% |
|
2 |
Apakah komponen pembelajaran berikut ini bagimu, sangat baru, baru, cukup baru atau tidak baru? |
Sangat baru |
Baru |
Cukup baru |
Tidak baru |
a. Bahan ajar |
26,3% |
46,18% |
13,71% |
13,81% |
|
b. LKM |
29,56% |
52,61% |
12,59% |
5,24% |
|
c. Suasana pembelajaran di kelas |
22,1% |
29,32% |
20,88% |
27,70% |
|
d. Cara dosen mengajar |
24,04% |
39,02% |
19,77% |
17,17% |
|
e. Penampilan dosen |
17,17% |
27,23% |
24,69% |
30,92% |
|
3 |
Apakah kamu sangat berminat, berminat, cukup berminat atau tidak berminat? Untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti yang baru. saja kamu ikuti? |
Sangat berminat |
Berminat |
Cukup berminat |
Tidak berminat |
50,15% |
39,51% |
10,34% |
0% |
||
4 |
Apakah kamu dapat memahami dengan sangat jelas, jelas, cukup jelas atau tidak bahasa yang digunakan dalam: |
Sangat jelas |
Jelas |
Cukup jelas |
Tidak jelas |
a. Bahan ajar |
41,09% |
42,83% |
16,08% |
0% |
|
|
b. LKM |
41,56% |
32,49% |
23,73% |
2,22% |
5 |
Apakah kalian sangat mengerti, mengerti, cukup mengerti atau tidak maksud dari setiap soal/masalah yang disajikan dalam: |
Sangat mengerti |
Mengerti |
Cukup mengerti |
Tidak mengerti |
a. Bahan ajar |
21,98% |
60,83% |
17,19% |
0% |
|
b. LKM |
25,32% |
48,11% |
24,35% |
2,22% |
|
6 |
Apakah kalian sangat tertarik, tertarik, cukup tertarik atau tidak dengan penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak gambar), yang terdapat dalam: |
Sangat tertarik |
Tertarik |
Cukup tertarik |
Tidak tertarik |
a. Bahan ajar |
43,14% |
45,06% |
9,59% |
2,22% |
|
b. LKM |
43,92% |
42,83% |
9,92% |
3,33% |
2. Aktivitas Mahasiswa
Tabel 4.9. Hasil Aktivitas Mahasiswa
No |
Kategori |
Rata-rata Kumulatif |
||
A |
KA |
TA |
||
1 |
Memperhatikan penjelasan dosen dan mencatat seperlunya |
89.67 % |
9.46 % |
0.88 % |
2 |
Membaca bahan ajar |
89.76 % |
9.32 % |
0.90 % |
3 |
Bertanya/ menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada dosen atau teman |
90.30 % |
8.80 % |
0.83 % |
4 |
Mengerjakan tugas pada LKM secara berkelompok |
90.58 % |
8.76 % |
0.66 % |
5 |
Mempersentasikan hasil kerja kelompok |
89.87 % |
9.53 % |
0.61 % |
6 |
Menjawab/ menanggapi pertayaan dari teman/dosen |
90.65 % |
8.42 % |
0.92 % |
7 |
Kegiatan mahasiswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar |
0.71 % |
9.67 % |
89.63 % |
Apabila hasil aktivitas mahasiswa diilustrasikan dalam grafik, tampak seperti berikut ini.
Grafik 4.2. Hasil Aktivitas Mahasiswa
Berdasarkan tabel dan grafik hasil aktivitas mahasiswa uji coba pertama di atas terdapat tujuh kategori yang menjadi pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Kategori pertama, yaitu“memperhatikan penjelasan dosen dan mencatat seperlunya” dengan nilai rata-rata kumulatif pada kategori aktif yaitu, (89,67%), kategori kurang aktif mahasiswa (9,46%), dan kategori tidak aktif (0,88%). Kategori kedua, yaitu “membaca bahan ajar” dengan nilai rata-rata pada kategori aktif yaitu, (89.76%), kategori kurang aktif (9.32%), dan kategori tidak aktif (0,90%), kategori ketiga yaitu, “bertanya/ menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada dosen atau teman” dengan nilai rata-rata pada kategori aktif, yaitu (90,30%), kategori kurang aktif (8,80%), dan kategori tidak aktif (0,83%), kategori keempat, yaitu “mengerjakan tugas pada LKM secara berkelompok dengan nilai rata-rata pada kategori aktif yaitu, (90,58%), kategori kurang aktif (8,76%), dan kategori tidak aktif (0,66%), kategori kelima, yaitu “mempresentasikan hasil kerja kelompok” dengan nilai rata-rata pada kategori aktif, yaitu (89,87%), kategori kurang aktif (9,53%), dan kategori tidak aktif (0,61%), kategori keenam yaitu, “menjawab/menanggapi pertayaan dari teman/dosen” dengan nilai rata-rata pada kategori aktif, yaitu (90,65%), kategori kurang aktif (8,42%), dan kategori tidak aktif (0,92%). Adapun kategori ketujuh yaitu, “kegiatan mahasiswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar dengan nilai rata-rata pada kategori aktif, yaitu (0,71%), kategori kurang aktif (9,67%), dan kategori tidak aktif (89,63%).
3. Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen pada Uji Coba Pertama
Secara Kumulatif
No |
Pertemuan |
K e l a s |
||
A |
C |
E |
||
Rata-rata |
Rata-rata |
Rata-rata |
||
1 |
I |
3,01 |
2,88 |
2,88 |
2 |
II |
3,08 |
3.05 |
2,98 |
3 |
III |
3,21 |
3,01 |
3,25 |
4 |
IV |
3,25 |
3,12 |
3,38 |
5 |
V |
3,57 |
3,40 |
3,48 |
6 |
VI |
3,69 |
3,47 |
3,64 |
7 |
VII |
3,68 |
3,47 |
3,67 |
8 |
VIII |
3,80 |
3,74 |
3,84 |
Rata-rata |
3,38 |
3,27 |
3,38 |
Apabila hasil pengamatan aktivitas dosen dapat diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.
Grafik 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen
Dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedelapan tersebut, diketahui nilai rata-rata kumulatif kelas A = 3,38, kelas C = 3,27, dan kelas E = 3,38. Dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan model MPBK tipe P2RE diketahui bahwa: rata-rata keterlaksanaan sintaks 3,16 di atas 3, rata-rata keterlaksanaan sistem sosial 3,0 dan rata-rata keterlaksanaan prinsip reaksi di atas 3,04. Dengan demikian rata-rata keterlaksanaan model MPBK dalam uji coba ini adalah di atas 3. Dengan demikian keterlaksanaan model KMPBK dalam uji coba ini termasuk dalam kategori baik.
4. Hasil Menulis Karya Ilmiah
Berikut dideskripsikan contoh data yang telah dianalisis secara kualitatif pada uji coba pertama:
a. Hasil Analisis Kemampuan Artikel
Indikator urutan cerita yaitu terdapat 83,54%, dan masuk dalam kategori “baik”, Indikator sudut pandang terdapat 85,02%, dan masuk dalam kategori “sangat baik”, Indikator struktur perbuatan terdapat 68,40%, dan masuk dalam kategori “Baik”, Indikator pemahaman syarat karya ilmiah 68,17%, dan masuk dalam kategori “Baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random:
Dalam
sisi tertentu, hidup adalah sebuah arena bagi kita untuk "bertarung"
agar dapat merebut kebahagiaan dalam berbagai wujud. Ketika kita bisa menjadi
pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah, maka kemenangan itu pasti akan menjadi
milik kita.
Tidak ada sesuatu yang tidak membutuhkan perjuangan. Hidup sejatinya
mengajarkan manusia untuk bisa menjadi pribadi yang tangguh, karena ketangguhan
yang kita miliki akan membuka kesempatan kita untuk dapat meraih sesuatu yang
bernilai. Tidak ada yang instan
dalam hidup. Segala sesuatu yang ingin kita dapat harus kita perjuangkan
terlebih dahulu. Kita tidak akan mendapatkan apapun tanpa disertai perjuangan
yang berarti. Ketika kita terjatuh, maka kita harus bangun dan kembali
melangkah serta terus melangkah. Sebagai
manusia, kita tidak selalu bisa memiliki apa yang ingin kita miliki. Namun,
kita pasti akan mendapatkan yang lebih baik jika kita mau melakukan yang
terbaik. Melakukan yang terbaik bukan diluar kapasitas kita, tapi melakukan yang
terbaik sesuai dengan kapasitas kita. Terus berjuang, maka segalanya pasti akan
menjadi lebih baik.
Kesatuan ide dan koherensi paragraf sudah tampak dalam artikel tersebut. Kesatuan ide terlihat dari adanya satu ide pokok yang dikembangkan dalam paragraf tersebut. Koherensi paragraf tersebut terlihat pada penggunaan repetisi kata “aku”. Selain itu ditemukan juga kata transisi setelah yang memadukan paragraf tersebut.
b. Hasil Analisis Kemampuan Menulis Makalah
Indikator gaya penyajian yaitu terdapat 72,65%, dan masuk dalam kategori “baik”, indikator organisasi penyajian terdapat 78,66%, dengan kategori “baik”, indikator penggambaran latar terdapat 80,87%, dengan kategori “baik”, indikator pemahaman syarat paragraf 71,94%, dan masuk dalam kategori “baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.
Paragraf data (2) terdapat gaya penyajian yang lugas, menekankan pada uraian secara rinci tentang objek, dan menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh indra. Selain itu, penguraian tersebut memperlihatkan secara detail dan rinci mengenai sebuah tugu. Penguraian secara rinci seperti ini adalah ciri paragraf deskripsi sesuai dengan yang diungkapkan Finoza (2009:201).
c. Hasil Analisis Kemampuan Menulis Kertas Kerja
Indikator pola yaitu terdapat 86,88%, dan masuk dalam kategori “sangat baik”, Indikator organisasi penyajian terdapat 86,22%, dengan kategori “sangat baik”, Indikator pemahaman syarat paragraf terdapat 72,19%, dengan kategori “baik”, Indikator pemahaman unsure paragraf 76,74%, dengan kategori “baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.
d. Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paper
Indikator pola pengembangan paragraf yaitu terdapat 83,88%), dan masuk dalam kategori “baik”, indikator organisasi penyajian terdapat 84,17%), dengan kategori “baik”, indikator pemahaman syarat paragraf terdapat 71,67% dengan kategori “baik”, Indikator pemahaman unsur paragraf 75,71%, dengan kategori “baik”.
Tabel 4.12. Nilai Rata-rata dari Keseluruhan Kelas
No |
Jenis Paragraf |
Nilai Rata-rata Kelas |
Nilai Rata-rata Kumulatif |
||
Kelas A |
Kelas C |
Kelas E |
|||
1 |
Artikel |
70,88 |
73,75 |
84,22 |
76,28 |
2 |
Makalah |
78,43 |
82,28 |
74,12 |
78,29 |
3 |
Kertas Kerja |
77,08 |
79,86 |
84,54 |
80,49 |
4 |
Paper |
75,95 |
77,43 |
83,19 |
78,86 |
Apabila diilustrasikan dengan grafik, nilai rata-rata keseluruhan kelas menulis paragraf sebagai berikut ini.
Grafik 4.4. Nilai Rata-rata Kumulatif Menulis Karya Ilmiah
5. Hasil Postes
Adapun data skor hasil penelitian postes uji coba pertama dapat dilihat pada tabel berikut
|
Tabel 4.13. |
Statistik Skor Postes Uji Coba Pertama |
||||
Statistik |
Nilai Statistik |
|
||||
Kelas A |
Kelas C |
Kelas E |
|
|||
Subjek Penelitian |
35 |
30 |
26 |
|
||
Skor Maksimum Ideal |
100 |
100 |
100 |
|
||
Skor Rata-rata |
77,62 |
73,13 |
71,79 |
|
||
Skor Tertinggi |
88 |
91 |
91 |
|
||
Skor Terendah |
51,5 |
48 |
53 |
|
||
Rentang Skor |
36,5 |
43 |
38 |
|
||
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa skor rata-rata hasil postes Mahasiswa kelas A, yaitu 77,62, kelas C 73,13, dan kelas E 71,79 dari skor ideal yang mungkin dicapai, yaitu 100. Skor tertinggi untuk kelas A 88, kelas C 91, dan kelas E 91. Skor terendah kelas A 51,5, kelas C 48, dan kelas E 53. Jika skor hasil postes mahasiswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil postes seperti disajikan pada tabel 4.14 berikut.
|
|
Tabel 4.15. |
Deskripsi Ketuntasan Postes Mahasiswa |
|||||||||
No |
Skor |
Kategori |
Ketuntasan |
|
||||||||
Kelas A |
Kelas C |
Kelas E |
|
|||||||||
Frek |
(%) |
Frek |
(%) |
Frek |
(%) |
|
||||||
1 |
0-64 |
Tidak tuntas |
4 |
11,42 |
7 |
23,33 |
6 |
23,07 |
|
|||
2 |
65-100 |
Tuntas |
31 |
88,58 |
23 |
76,67 |
20 |
76,93 |
|
|||
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa dari 35 mahasiswa kelas A terdapat 4 mahasiswa (11,42%) yang belum tuntas dan 31 mahasiswa (88,58%) yang telah tuntas, kelas C terdapat 7 mahasiswa (23,33%) yang belum tuntas dan 23 mahasiswa (76,67%) yang telah tuntas, dan kelas E terdapat 6 mahasiswa (23,07%) yang belum tuntas dan 20 mahasiswa (76,93%) yang telah tuntas.
Tabel 4.16. Frekuensi Hasil Postes Menulis Karya Ilmiah
No. |
Nilai |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
0-64 |
Tidak Tuntas |
17 |
18,68 |
2 |
65-100 |
Tuntas |
74 |
81,32 |
Apabila hasil ketuntasan postes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.
Grafik 4.5. Ketuntasan Hasil Postes
Berdasarkan Tabel 4.16 dan Grafik 4.5 diketahui bahwa dari 91 mahasiswa terdapat 17 mahasiswa (18,68%) yang belum tuntas belajar dan 74 mahasiswa (81,32%) yang telah tuntas. Ini berarti ketuntasan hasil postes secara keseluruhan telah meningkat dan terdapat 74 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar.
4.3. Temuan
Ketercapaian tujuan penelitian, yaitu sejauh mana tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai. Ketercapaian ini dikaitkan dengan kevalidan, dan keefektifan model pembelajaran.
Temuan khusus penelitian ini yaitu temuan yang diperoleh selama proses uji coba model pembelajaran, terutama yang terkait dengan kondisi mahasiswa sebagai subjek uji coba. Temuan ini terdiri atas empat hal, yang akan dibahas satu per satu di bawah ini.
Pertama, proses pengujian awal (validasi) ternyata model pembelajaran dinyatakan valid ditinjau dari keselururhan aspek/komponen model, namun, teori-teori belajar yang dikemukakan dianggap belum cukup untuk mendukung model pembelajaran.
Kedua, secara teoretis, berdasarkan hasil penilaian ahli model pembelajaran dinyatakan layak diterapkan di kelas. Secara empiris, berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran pada uji coba I yang dinyatakan sudah memenuhi kriteria kepraktisan dan ditingkatkan keterlaksanaannya pada uji coba II.
Ketiga, hasil pelaksanaan penyebaran berjalan dengan baik.Artinya, efektivitas pembelajaran selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis workshop terpenuhi.
Keempat, hasil belajar menulis paragraf mahasiswa ada tiga aspek, yaitu nilai konstruktivisme, nilai kesatuan gagasan, dan nilai koherensi.
.
4.4. Kendala dan Kelemahan Penelitian
1. Kendala Penelitian
Terdapat beberapa kendala yang dialami dalam melaksanakan pengembangan model pembelajaran berbasis workshop, terutama uji coba pembelajaran menulis karya ilmiah.
a) Dosen tidak mudah mengubah kebiasaan mengajar dengan pola dosen menerangkan dan memberi contoh (metode ceramah).
b) Dosen dalam membuka pembelajaran, lebih memfokuskan kepada pengalaman pribadi dalam proses pembelajaran daripada bentuk apersepsi.
c) Dosen dengan kebiasaan lebih dominan memberikan praktik langsung daripada pemberian teori yang cukup.
d) Dosen lebih senang memberikan materi yang lebih singkat tetapi cukup padat sebagai salah satu teknik untuk memotivasi mahasiswa aktif dan lebih kreatif.
e) Penguasaan bahasa mahasiswa masih kurang sehingga ditemukan kalimat yang sumbang dalam paragraf, yang sekaligus berdampak pada ketidaksatuan dan ketidakpaduan paragraf.
2. Kelemahan Penelitian
a) Dosen dengan penerapan model pembelajaran yang digunakan, terkadang tidak lagi memperhatikan teori, tetapi lebih memperhatikan pemahaman yang dimiliki.
b) Dosen lebih memfokuskan kepada pemberian motivasi pada awal pembelajaran daripada langsung kepada bentuk apersepsi atau pokok pembelajaran.
c) Keterlibatan mahasiswa lebih banyak pada aktivitas yang bersifat prosedural. Proses refleksi untuk memeriksa secara mendalam hasil yang diperoleh atau prosedur penyelesaian masalah kurang diperhatikan oleh pengajar maupun mahasiswa.
d) Ketergantungan mahasiswa terhadap dosen dalam menyelesaikan masalah masih tinggi. Mereka belum mampu secara maksimal memutuskan atau menilai sendiri atau sah atau tidaknya penyelesaian suatu persoalan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Fase pengembangan menulis karya tulis ilmiah berbasis workshop pada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar memiliki lima kegiatan dengan empat fase, yaitu. (1) fase persiapan dalam kegiatan pendahuluan (2) fase pengorganisasian dalam kegiatan inti (3) fase reflektif dalam kegiatan inti (4) fase evaluasi dalam kegiatan inti (5) kegiatan penutup. Model pengembangan menulis paragraf berbasis konstruktivisme berkategori baik, berarti proses pengembangannya memenuhi kriteria kevalidan dan keefektifan, serta terciptanya model interaktif kooperatif.
2. Keefektifan model pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah berbasis workshop berdasarkan pada hasil respons/tanggapan mahasiswa, aktivitas mahasiswa, aktivitas dosen, dan hasil menulis paragraf. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Hasil respons mahasiswa pada aspek komponen pembelajaran kategori sangat senang, (39,51%) kategori senang, (49,19%) kategori cukup senang (11,10%), dan kategori tidak senang (0,21%). Aspek kegiatan mengikuti pembelajaran kategori sangat berminat (59,47%) berminat (37,44% ), cukup berminat (3,09), dan tidak berminat (0% ).
b. Hasil aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran dikategorikan aktif (90, 23%).
c. Hasil aktivitas dosen secara kumulatif pada uji coba pertama, dikategorikan baik (3,31) dan hasil aktivitas dosen secara kumulatif pada uji coba kedua, dikategorikan baik (3,34).
d. Hasil belajar menulis paragraf mahasiswa dapat dilihat dari tiga hal, yaitu (1) nilai kontruktivisme, (2) nilai kesatuan gagasan, dan (3) nilai koherensi. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Nilai konstruktivisme mencakup tiga aspek, yaitu (a) penguasaan karakteristik paragraf, (b) kekayaan gagasan dalam diri mahasiswa (c) penguasaan bahasa dan keterampilan berbahasa. Sebelum tindakan pembelajaran, ketiga hal ini masih sangat kurang pada diri mahasiswa. Paragraf yang dibuat mahasiswa belum menunjukkan dengan jelas karakteristik tiap-tiap paragraf pada karya ilmiah. Selain itu, kekayaan gagasan mahasiswa juga masih kurang. Gagasan yang diungkapkan oleh mahasiswa sebagian masih terpotong-potong, sehingga antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak terkait. Tidak hanya itu, kemampuan penggunaan bahasa mahasiswa dalam membuat paragraph pada karya ilmiah juga masih kurang. Akan tetapi, setelah tindakan model pembelajaran berbasis workshop, penguasaan mahasiswa akan karakteristik tiap-tiap karya ilmiah, kekayaan gagasan dalam diri mahasiswa, dan penguasaan bahasa dan keterampilan berbahasa mahasiwa mengalami peningkatan.
2) Nilai kesatuan gagasan sebelum tindakan model pembelajaran berbasis workshop, mahasiswa menulis lebih dari satu ide pokok dalam satu paragraf.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis workshop dapat dipertimbangkan sebagai model alternatif dalam praktik pembelajaran menulis.
2. Informasi keefektifan model pembelajaran menulis karya ilmiah berbasis workshop terbuka kemungkinan bagi para peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut, keefektifan model pembelajaran workshop baik dengan menggunakan kriteria yang sama dalam penelitian ini maupun kriteria yang berbeda.
3. Untuk penelitian pengembangan model pembelajaran lebih lanjut, model pembelajaran sebaiknya dilengkapi audio visual tentang implementasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang dihasilkan tersebut, jadi tidak hanya dalam bentuk buku ajar dan lembar kerja mahasiswa (LKM). Hal ini diharapkan dapat memberi gambaran lebih jelas pada dosen dalam menerapkan model pembelajaran tersebut di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ambo Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Akhadiat, Sabarti. dkk. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akker, J.V.D., Branch, R.M.,Gustafson, K., Nieveen, N., Plomp, T. 1999. Designingand Tools in Education and Training. Netherland. Kluwer Academic Publisher.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brawn, H. Douglas. Principles of Language Learning and Teaching. Fifth Edition. Longman: San Francisco State University.
Brooks, G.J. & Brooks, M.I 1993. The Case For Coonstructivist Classroams. Virginia: Association for Supvition and Curriculum Development Alexandria.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kesemrawutan". Jurnal Teknologi Pembelajaran. 6 (3). Malang: IPTPI Jakarta & PPs IKIP Malang.
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI.
Depdikbud. 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP SLTA. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2002. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.
Depdiknas. 2008. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Eggen, D. Paul., & Donald P. Kauchack. 1996. Strategies for Teaching: Teaching Content and Thinking Skills. New York: Allyn and Bacon.
Gega, P. C. (1994). Science in Elementary Education. Sevent Edition. New York: Macmillan Publishing Company.
Hudojo, Herman. 1998. "Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivistik". Jurnal Teknologi Pembelajaran, 6(2), 59-66. Malang: IPTPI Jakarta & PPS IKIP Malang.
Hudojo, Herman. 2001. "Pembelajaran Menurut Pandanagan Konstruktivisme". Makalah disajikan pada seminar Lokakarya Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting FMIPA UM. Malang: 9 Juli.
Joyce, Bruce., & M. Weil 1992. Model of Teaching. Massachussentts: Allyn and Bacon Publishing Company.
22 |
Maher C.A. and davis R.B.(1992). "Building Representations of Children's Meanings". Journal for Research Education, Monograph Number 4,p.79—90.
Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM.
Matthews, M. 1994. Science Teaching. New York: Roudladge.
Mc Crimmon, James M. 1967. Writing With a Purpose. Boston: Houghton Mifflin Company.
Milles dan Huberman. 1992. Teknik Analisis Data. Bandung: Pt. remaja Rosdakarya.
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Nieveen, Nienke. 1999. "Prototyping to Reach Product Qualitiy". hi Jan Van den Akker, RM Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj Plomp (Eds). Design | Approaches and Tools in Education and Training, 125-135. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Novak, J.D.&Gowin, D.B.I985. Learning How to Learn. New York: Cambridge University Press.
Nur, M. 1998. Pendekatan-Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Program Pascasarjana IKIP Surabaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Plomp, Tjeerd. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands: University of Twente.
Salam, dkk. 2005. Pendidikan Penulisan Kreatif. Makssar: Badan Penerbit UNM.
Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology-Theory and Practice. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon.
Slavin, Robert E. 2000. Cooperatif learning teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suyanto dan Yunus, M. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
LAMPIRAN
Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian ini disusun dalam bentuk bar chart sebagaimana pada tabel berikut, yang menggambarkan tahapan kegiatan penelitian.
Maret s/d Desember 2016
No. |
Kegiatan & Ruang Lingkup Penelitian |
Mar |
Apr |
Mei |
Juni |
Juli |
Agust |
Sept |
Okt |
Nov |
Des |
||||||||||
1. |
Kontrak Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Seminar usulan & desain metode pen. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Kajian pustaka instrument & ujicoba |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Penetapan populasi&sampel |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Monev internal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Pengumpulan data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Analisis data penel, |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8. |
Penulisan lap.akhir |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9. |
Sem.hasil penel. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Comments