Skip to main content

Implementasi Model Pembelajaran Menulis Paragraf

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar  Belakang

Undang-Undang Sisdiknas No 20. Tahun 2003 Pasal 1 Nomor 1 menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan usaha agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dengan melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Pengembangan potensi manusia melalui pendidikan ini, dapat dilakukan pada berbagai aspek. Mulai dari sains, seni, matematika hingga bahasa dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran di lembaga formal maupun nonformal.

Bahasa merupakan salah satu mata kuliah yang cukup diperhatikan dalam proses pembelajaran. Salah satu potensi bahasa yang harus dikembangkan adalah menulis. Pencapaian kompetensi keterampilan menulis tertuang dalam standar kompetensi menulis mahasiswa.  Dalam hal ini, pencapaian yang dimaksud adalah mahasiswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan melalui berbagai ragam tulisan, khususnya dalam bentuk paragraf (naratif, deskriptif, eksposisi, dan argumentasi).

Paragraf merupakan suatu piranti untuk berkomunikasi secara tertulis, yakni komunikasi antara penulis dengan pembaca. Seorang penulis menyatakan gagasan/pikirannya dalam tulisan, sehingga  pembaca dapat mengerti ide sedikit demi sedikit hingga keseluruhan kalimat dalam paragraf (Syafi’ie, 1988: 144). Lebih lanjut,  Manser (2006:22) menyatakan bahwa paragraf merupakan satuan paling mendasar dalam sebuah tulisan. Fungsi utama paragraf adalah menyampaikan satu ide pokok dengan sejumlah ide pendukung, sebagai informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Paragraf dapat dipandang sebagai karangan dalam bentuk mini yang mempunyai  karakteristik sama  dengan karangan lengkap (Syafi’ie, 1988). Paragraf merupakan karangan yang lengkap, di dalamnya terdapat tiga aspek, yaitu isi, retorika, dan kebahasaan). Namun, sebuah  paragraf  tetap merupakan bagian karangan. Dikatakan demikian karena apabila dilihat dari segi isi, isi pokok yang dikemukakan dalam suatu paragraf merupakan perincian dari  isi pokok karangan.

Prinsip keterpaduan suatu paragraf sangat berkonstribusi  terhadap suatu karya tulis ilmiah. Prinsip keterpaduan pada pembelajaran keterampilan menulis lebih dikenal dengan kohesi dan koheren. Prinsip kohesi dan koherensi berkaitan dengan cara merangkaikan kalimat dalam paragraf, sehingga antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya terjalin hubungan yang erat.  

Pembelajaran menulis yang dilakukan oleh dosen saat ini umumnya masih berorientasi pada pendekatan tradisional. Dalam pembelajaran menulis menurut pendekatan tradisional, dosen menerapkan suatu pola pembelajaran yang mementingkan hasil daripada proses. Hal ini sejalan dengan pendapat Tompkins dan Hoskinson (1994:227) bahwa penyebab rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis adalah  pembelajaran yang dilakukan dosen lebih mengutamakan hasil daripada proses sehingga mahasiswa tidak belajar, tetapi dihadapkan pada tugas yang sulit dan tidak jelas. Dalam pembelajaran menulis, dosen diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa.

Selanjutnya, Tompkins dan Hoskinson (1994: 225) mengemukakan bahwa penyebab rendahnya kemampuan menulis mahasiswa tidak disebabkan oleh keterbatasan mahasiswa, tetapi oleh model yang digunakan dosen  tidak mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan baik. Oleh karena itu, pembelajaran menulis bagi mahasiswa perlu mendapat perhatian yang serius dan bersungguh-sungguh agar hasil akhir pembelajaran tersebut sesuai dengan harapan dan tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut Alwasilah dan Senny (2008:197) menyatakan bahwa ada lima kelemahan dalam perkuliahan menulis, yaitu (1) dosen lebih banyak mengajarkan teori daripada praktik menulis, (2) mahasiswa tidak menyadari pentingnya menulis, (3) tulisan mahasiswa yang tidak pernah mendapat  umpan balik (feed back) dari dosen, (4) dosennya bukan seorang penulis, (5) dosennya tidak mampu mengajarkan menulis. Untuk mengatasi masalah tersebut setidaknya mahasiswa tidak hanya diajari dengan tidak menitiberatkan  pada teori menulis, tetapi juga praktik.

Sehubungan dengan hal tersebut, Brown (2001) berpendapat bahwa pembelajaran menulis dengan orientasi praktik belum menjadi pilihan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Perlu dihayati bahwa untuk terampil menulis, tidak cukup dengan hanya belajar teori menulis, tetapi yang lebih menentukan adalah praktiknya. Dari praktik inilah diperoleh nilai kemahiran atau keterampilan yang merupakan hasil pengembangan kompetensi menjadi perilaku yang dapat diamati. Dikatakan bahwa yang bisa menulis hanyalah mereka yang berbakat dan yang mempunyai kompetensi berbahasa. Namun, kompotensi tetap sebagai kompotensi apabila tidak disuasanakan dengan pelatihan demi pelatihan.

Sejalan dengan pendapat Chomsky seperti yang disinyalir oleh  Darwis (2011:7) bahwa kompetensi itu merupakan fitrah kemanusiaan; artinya, semua orang bisa berbahasa, bisa menulis, yaitu bisa menghubungkan antara ide yang satu dan ide yang lain.   Dalam hal ini, pelatihan menulis berfungsi mentransformasikan kompetensi yang sifatnya pasif itu menjadi energi nyata yang bisa diamati, dinilai, dan dikembangkan. Atas dasar itu, sangat penting pemberian tugas menulis atau memulainya dengan tugas mengarang. Dalam hal ini, sekurang-kurangnya mengarang paragraf dengan kekuatan imajinasi dengan membiasakan diri menghubungkan fakta yang satu dengan yang lain dan mengorganisasikan ide atau gagasan, baik yang diperoleh dari hasil menyimak, bernalar, mengobservasi, maupun dari hasil menghubungkan pengalaman atau pengetahuan diri sendiri dengan pengalaman atau pengetahuan orang lain melalui upaya membaca pelbagai bahan bacaan.

Lebih lanjut, Alwasilah dan Senny (2008:43) menyatakan bahwa menulis pada dasarnya bukan hanya sekadar menuangkan bahasa ujaran ke dalam sebuah tulisan, melainkan merupakan mekanisme curahan ide, gagasan, atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antarparagraf dan bebas dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca. Menulis adalah sebuah kemampuan, kemahiran, dan kepiawaian seseorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca yang heterogen baik secara intelektual maupun sosial.

Kemampuan menulis bisa dikembangkan melalui  latihan. Latihan ini bisa dikembangkan di bangku kuliah dengan latihan yang intensif, mahasiswa berlatih  terus-menerus sehingga  tanpa mereka sadari, mereka telah memunyai kemampuan menulis. Mahasiswa tidak akan menjadi penulis yang baik jika hanya dicekoki oleh teori saja. Dosen yang tidak memunyai kemampuan menulis cenderung mengajarkan teori pada siswanya karena menjejalkan teori jauh lebih mudah daripada latihan menulis padahal  teori bisa diajarkan secara induktif yakni siswa menemukan sendiri teori itu dari proses latihan. Dosen yang mengajar keterampilan  menulis sebaiknya seorang penulis supaya ia memiliki empati terhadap siswa dan menghargai profesionalisme penulis karena ia sendiri merasakan bagaimana sulitnya menjadi seorang penulis  (Alwasilah dan Senny, 2008:43-44).

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis yang dilakukan dosen masih menekankan pada hasil, belum pada proses penulisannya. Metode pembelajaran  yang digunakan dosen adalah metode ceramah lebih dominan dibandingkan dengan metode latihan menulis. Dosen belum memberikan bimbingan dan kesempatan kepada mahasiswa untuk berupaya memperbaiki sendiri karangan/tulisannya, baik dari segi isi maupun bahasanya, sehingga dapat mencapai taraf kesempurnaan. Selain itu, dosen hanya memeriksa hasil karya  mahasiswa setelah mahasiswa selesai mengerjakan tugas menulis. Dengan kata lain, mahasiswa tidak diperlakukan sebagai subjek aktif dan kreatif karena dosen tidak bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam proses pembelajaran menulis. Teori tentang  pendekatan yang berpusat pada mahasiswa tampaknya benar-benar diabaikan. Akibatnya,  sebagian besar mahasiswa  kurang berpikir kreatif.

Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dan survei yang telah dilakukan di kampus Unismuh diperoleh informasi bahwa dosen yang membina mata kuliah pengembangan keterampilan menulis, metemukan beberapa permasalahan yang menghambat keberhasilan pembelajaran, yaitu kurangnya kreativitas dosen pengampu mata kuliah  dalam memilih strategi pembelajaran. Pembelajaran yang baik yakni dengan porsi 40% teori dan 60% praktik kadang-kadang terjadi sebaliknya atau bahkan kegiatan praktik hanya dijadikan tugas dan dikumpulkan langsung pada dosen untuk dinilai.  Begitupun GBRP dosen dalam mata kuliah pengembangan menulis, lebih dominan memberi penjelasan melalui metode ceramah, sehingga praktik menulis paragraf kadang diabaikan. Hal ini mengakibatkan pemberian teori jauh lebih diutamakan dibandingkan dengan praktik menulis paragraf itu sendiri. Penilaian yang dilakukan pun belum maksimal. Hal ini terlihat dari beratnya melakukan koreksi tulisan atau hasil pekerjaan mahasiswa sehingga umpan balik dari dosen terhadap mahasiswa pada kesempurnaan tulisan tidak terjadi, mahasiswapun kurang mendapatkan respons yang membangun kompetensi menulis. Hasil pekerjaan mahasiswa mendapat nilai dengan rata-rata 56,08. Rendahnya motivasi mahasiswa menjadi salah satu penyebab utama dalam menulis.

Berdasarkan data hasil pengamatan  terhadap pembelajaran menulis di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya hasil belajar mahasiswa bukan semata-mata disebabkan  oleh rendahnya kemampuan yang dimiliki,  melainkan  juga oleh  penggunaan metode  pembelajaran yang kurang tepat dan belum maksimal.  Model yang sering digunakan dosen adalah model pembelajaran secara langsung yang bersifat konvensional dengan metode ceramah dan ketidakfokusan dosen dalam mengelola kelas. Akhirnya, minat dan antusiasme mahasiswa terhadap pembelajaran menulis masih rendah.

 Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat kurang dalam pembelajaran di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar selama ini adalah keterampilan menulis. Mata kuliah yang diprogramkan setiap semester IV adalah mata kuliah pengembangan menulis dengan tiga SKS. Keadaan ini didasarkan pada  pengalaman dan hasil pengamatan peneliti selama mengajar di FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Hasil pengamatan peneliti sebagai dosen pengembangan menulis menunjukkan bahwa mahasiswa kurang menyukai pembelajaran menulis disebabkan oleh ketidakmampuan mereka  mengorganisasikan tulisan dengan tepat. Pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada dosen. Semua informasi dijelaskan oleh dosen. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan cara konvensional yang belum terstruktur dengan baik.

Hasil menulis paragraf mahasiswa masih sangat singkat, pilihan kata yang digunakan kurang bervariasi dan sederhana,  ide/gagasan mahasiswa kurang berkembang. Selain itu, paragraf tidak memunyai kesatuan yang logis dan padu serta struktur bahasa masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh motivasi mahasiswa dalam pembelajaran menulis  masih kurang dan konsep atau bahan yang dimiliki mahasiswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas.

Permasalahan dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu (1) faktor eksternal dan (2) faktor internal. Faktor eksternal mencakup dosen, materi, pola interaksi, media, dan situasi belajar. Masih ada dosen yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi mahasiswa tidak diberi peluang untuk berpikir kreatif. Dalam proses evaluasi dosen juga memunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya. Sementara itu, materi perkuliahan dipandang oleh mahasiswa terlalu teoretis dan kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.

Faktor yang bersifat internal, seperti kesiapan belajar serta kebiasaan dan keterampilan belajar yang bersumber dari kalangan mahasiswa itu sendiri, yang mencakup (1) motivasi,   (2) kemampuan awal, (3) kemampuan belajar mandiri, (4) penguasaan topik, (5) penguasaan bahasa, (6) masih dominan tuntutan untuk menghafal dibandingkan dengan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah, dan (7) pengolahan konsep, fakta, dan norma  belum berkembang secara intensif. Motivasi yang rendah ditandai dengan cepatnya mereka merasa bosan, malas mengerjakan tugas, dan sukar berkosentrasi dan mengatur waktu. Hambatan ini berupa kemalasan dan kurangnya kesempatan praktik menulis, sulit memulai tulisan, takut tulisannya jelek dan urutannya tidak sistematis, kurang percaya diri dan tidak sabar dalam menulis. Manifestasi dari rasa malas menulis adalah mereka menunda penulisan dan bingung memulai menulis serta putus asa apabila tulisannya mendapat kritikan yang kurang memotivasi mahasiswa. Hal ini bersumber dari kurangnya pemahaman akan manfaat keterampilan menulis dalam kehidupan sehari-hari dan manfaat keterampilan menulis dan kesuksesan studi.

Menurut Tim Dikti (2005:2), pada dasarnya upaya-upaya perbaikan yang dilakukan sebaiknya mengarah pada pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student-centered, learning-oriented). Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang menantang  sekaligus menyenangkan. Lebih jauh, mahasiswa diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam dan pendekatan strategis dalam belajar, bukan sekadar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Pendekatan terakhir itu sering disebut dengan pendekatan permukaan atau belajar hafalan yang masih dominan di kalangan para mahasiswa dewasa ini.

Konstruktivisme merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memberikan peluang terjadi proses aktif mahasiswa mengonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang mahasiswa berkolaborasi (Mustadji, 2005: 20). Sejan dengan itu, Martin, et al. (1994:15) mengemukakan bahwa konstruktivisme lebih menekankan pada keaktifan mahasiswa untuk mengonstruksi pengetahuan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan menghubungkan antara hasil belajar sebelumnya dengan apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian, teori konstruktivisme  menghendaki agar mahasiswa belajar secara aktif untuk menyusun pengetahuan, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya, dan dapat menggunakannya untuk mendapatkan pemahaman baru.

Permasalahan di atas tentunya membutuhkan solusi, yaitu pengembangan model pembelajaran  menulis paragraf menarik untuk diteliti.  Solusi yang diharapkan adalah sesuatu yang dapat meningkatkan minat, antusiasme, dan konsentrasi mahasiswa serta mengurangi kebiasaan yang justru mengganggu kegiatan menulis. Oleh karena itu, model pembelajaran menjadi alternatif yang bisa dijadikan solusi. Salah satu pengembangan yang dilakukan ialah dengan merancang model pembelajaran aktif dalam pengajaran bahasa Indonesia berbasis konstruktivisme untuk meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa dari sebelumnya.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1.      Bagaimanakah fase pengembangan model pembelajaran menulis paragraf bahasa Indonesia berbasis konstruktivisme (MPBK) tipe P2RE pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Indonesia  Unismuh Makassar?

2.      Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran menulis paragraf bahasa Indonesia berbasis  konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE dalam   memacu kreativitas  menulis mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  FKIP Unismuh Makassar?

 

C.    Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, penelitian  ini bertujuan menghasilkan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf bahasa Indonesia mahasiswa Jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar.  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.      Untuk mendeskripsikan fase pengembangan model pembelajaran menulis paragraf  bahasa Indonesia  berbasis konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE pada   mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  Unismuh Makassar.

2.      Untuk menganalisis efektivitas  model  pembelajaran  menulis paragraf  bahasa Indonesia berbasis  konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE dalam  memacu  kreativitas  menulis   mahasiswa    Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  Unismuh Makassar.

 

D.    Manfaat  Penelitian

Manfaat yang  diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya model pembelajaran aktif bahasa Indonesia yang dapat meningkatkan keterampilan  menulis mahasiswa. Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1.      Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memperkaya model pembelajaran berbasis konstruktivisme dan menambah khasanah model pembelajaran dalam bidang pengembangan model pembelajaran aktif yang meningkatkan kemampuan menulis paragraf.

2.      Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dan penelitian.

a.       Dalam bidang pendidikan, model MPBK tipe P2RE, ini dapat dijadikan model pembelajaran prioritas dalam meningkatkan pembelajaran menulis paragraf sehingga akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.

b.      Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian yang relevan, sebagai bandingan hasil penelitian sebelumnya dan sebagai sumber inspirasi bagi penelitian sejenisnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                       

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1.      Penelitian Shodiq (2010) berjudul “Pengembangan Materi Pendidikan  Kecakapan Hidup pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Literasi”. Hasilnya dapat disebutkan (1) menghasilkan buku pelajaran bahasa Indonesia yang mengintegrasikan materi pendidikan kecakapan hidup (PKH) dan dapat membantu pembelajaran dengan model literasi, dan (2) menghasilkan buku pelajaran bahasa Indonesia yang berkualitas: valid, praktis, dan efektif.

2.      Penelitian Pujiastuti (2007)  berjudul  “Desain Pengembangan Model R2D2 dalam Pembelajaran Kontekstual dan Komunikatif Paradigma Konstruktivisme”. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa desain penelitian pengembangan model R2D2 cocok untuk penelitian pembelajaran bahasa berdasarkan konstruktivisme.

3.      Penelitian I.B. Sunawa, M. Sutama, dan W. Rasna. 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme melalui  Penyusunan Kalimat  Acak terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan menulis paragraf deduktif siswa yang mengikuti pembelajaran menulis dengan pembelajaran konstruktivsme dengan metode penyusunan kalimat acak dalam kualifikasi sangat baik dengan rata-rata 82,956, (2) kemampuan menulis paragraf deduktif siswa yang mengikuti pembelajaran menulis dengan pembelajaran konvensional dalam kualifikasi baik dengan rata-rata 68,217 dan (3) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran menulis melalui pembelajaran konstruktivisme dengan metode penyusunan kalimat acak terhadap kemampuan menulis paragraf deduktif pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Denpasar (Fhitung = 108,262 (p= 0,000, 0,025). 

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, hal ini dapat dilihat dari materi pembelajaran, model pembelajaran, metode yang digunakan, pembahasan, temuan, sintaks pembelajaran, dan indikator pembelajaran yang diterapkan. Penelitian ini berdasarkan teori Vygostsky, Piaget, dan teori konstruktivisme. Pengembangan model pembelajaran menulis paragraf  yang digunakan pada pembelajaran konstruktivisme dengan model pengembangan oleh Willis dan Plomp yang dimodifikasi oleh pengembang. Dari teori tersebut digabung menjadi indikator  pembelajaran dalam penelitian ini. Hasil modifikasi tersebut menghasilkan model pembelajaran MPBK tipe P2RE. Artinya, desain model ini mengembangkan keterampilan menulis paragraf yang berbasis kontruktivisme dengan pola persiapan, pengorganisasian,  reflektif, dan evaluasi.  

 

B.       Pengertian Menulis

Seorang penulis harus memunyai pengetahuan, pengalaman, wawasan, agama, serba-serbi kehidupan dan kecakapan menulis yang akan disuguhkan kepada khalayak pembaca. Dengan demikia, pembaca dapat menemukan kebutuhan wawasan yang dapat membantu kelancaran dalam kehidupannya secara nyaman dan enak dicerna.

Menurut Hayon (2007:5) menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannnya dengan orang yang menulis, bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisan yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Menulis juga dilaksanakan dengan melalui suatu proses. Jabrohim, dkk. (2003:6-12) mengemukakan bahwa proses menulis dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah (1) persiapan menulis, (2) menulis, (3) revisi, dan (4) membaca ulang naskah tulisan. Tahap persiapan menulis meliputi: pengumpulan ide dan informasi, mencari topik, mempersempit permasalahan atau topik, menentukan tujuan penulisan, menganalisis bacaan, menulis ide pokok, menganalisis materi atau mengelola informasi yang terkumpul. Tahap menulis meliputi kebiasan menulis yang baik yaitu: mencari situasi atau waktu yang tepat dan melaksanakan rencana yang telah ditentukan, mengecek kembali apakah rencana tersebut sudah sesuai dengan persiapan menulis dan menggunakan metode yang tepat, membiarkan ide itu mengalir, mengabaikan teknik menulis (sementara), tulisan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan, menulis draf kasar, mengikuti teknik penulisan yang baik. Tahap revisi meliputi: mengecek struktur paragraf, struktur kalimat, konsentrasi tulisan. Tahap membaca ulang tulisan meliputi: kegiatan mengecek tanda baca dan tata bahasa. Keseluruhan menulis itu sebaiknya dilaksanakan agar diperoleh tujuan menulis yang baik.   

 

C.      Pengertian Paragraf

Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata Inggris paragraf, sedangkan kata alenia dari bahasa Belanda dengan ejan yang sama. Kata Belanda itu sendiri berasal dari kata Latin alinea yang berarti “mulai dari baris yang baru”. Kata Inggris paragraf terbentuk dari kata Yunani “para” yang berarti “sebelum” dan “grafein” yang berarti “menulis atau menggores”. Semula kata itu hanyalah kata untuk tanda. Ketika itu paragraf atau  alinea tidak dipisah-pisahkan seperti sekarang tetapi sambung menyambung menjadi satu. Pada sembir di depan baris pertamanya ditempatkan tanda sebagai ciri awal paragraf (Sakri, 1992:1).

Paragraf adalah sekelompok kalimat yang berkembang secara logis satu subjek. Namun, setiap bahasa memiliki pola logis yang berbeda. Dengan kata lain, bahasa Arab memiliki pola logis berbeda dari Spanyol. Sebaliknya, adalah logis untuk seorang penulis Inggris untuk mengembangkan subjek secara langsung. Seorang penulis Inggris biasanya dimulai dengan subjek yang tepat, mengembangkan subjek langsung dengan contoh-contoh dan fakta, dan berakhir dengan kalimat meringkas. Oleh karena itu, dalam bahasa Inggris, pengembangan logis adalah pengembangan langsung (Rooks, 1999:6).

Selanjutnya, Rooks (1999:35) mengungkapkan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang logis mengembangkan satu subjek, karena setiap kalimat dalam paragraf adalah tentang subjek umum yang sama, setiap kalimat harus terhubung erat dengan kalimat sebelum dan kalimat sesudahnya. Untuk membuat koneksi ketat dalam paragraf Anda, gunakan terus konektor dan konektor transisi. Setiap paragraf harus melanjutkan dan konektor transisi.

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam  suatu rangkaian  untuk membentuk sebuah gagasan (Keraf, 2004:40).  Selanjutnya, Soedjito dan Hasan (1986:3), menyatakan bahwa paragraf adalah bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.

Paragraf  adalah serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membentuk sebuah gagasan atau ide. Dalam hierarki kebahasaan, paragraf merupakan satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf juga dapat disebut wacanannya. Paragraf berguna untuk menandai pembukaan topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pembaca mudah memahami isi paragraf secara utuh. Dalam penulisannya, paragraf dimulai dengan spasi (penakukan) kira-kira lima ketukan atau dimulai pada margin kiri tanpa spasi lima ketukan, tetapi diberi jarak lebih diantara paragraph.

Menurut Tarigan (2008:87), ada beberapa ciri atau karakteristik paragraf, antara lain, sebagai berikut.

1)      Setiap paragraf mengandung makna, pesan pikiran atu ide pokok pikiran atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan;

2)      Paragraf umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat;

3)      Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran;

4)      Paragraf adalah kesatuan koheren dan padat; dan

5)      Kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis-sistematis.

 

D.      Paragraf Menurut Sifatnya

Pengembangan tulisan yang dikemukakan oleh Semi (1993:5) bahwa terdapat empat bentuk yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Lebih lanjut, (Keraf, 2000:29) Paragraf menurut sifatnya terdiri dari:

 

1.    Pengertian Paragraf Narasi

a.       (Keraf, 2010:136) narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. 

b.      Semi, 1993:32 Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah dari waktu ke waktu.

c.       Parera, 1995: 5, Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah  .

 

2.        Pengertian paragraf deskripsi

Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin discribere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan suatu hal. Sebaliknya, kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti “melukiskan suatu hal”. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan biasa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu (Keraf, 2000:31). Selanjutnya, Paragraf deskripsi menurut Finoza (2009:201). adalah paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu berdasarkan pengalaman semua panca indra dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Tujuan dari paragraf ini adalah untuk memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga pembaca seakan-akan ikut melihat, mendengar, merasakan.

 

3.        Pengertian Paragraf Eksposisi

Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut (Keraf, 1981:3). Paragraf eksposisi salah satu jenis perkembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulis yang singkat, akurat dan padat. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian, menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan   sebuah benda, gagasan, atau ide. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf eksposisi disertai data, seperti grafik, gambar,  data statistik, contoh, denah, diagram, dan peta (Finoza, 2009: 201)

 

4.        Pengertian Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang dikatakan, dalam hal ini selalu membutuhkan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan. Dalam penulisan argumentasi ini dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan objek dimana disertakan contoh, analogi dan sebab akibat  (Finoza, 2009:201). Lebih lanjut, Keraf, (2010:3) menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Pengarang dapat mengajukan argumennya berdasarkan 1) contoh-contoh, 2) analogi, 3) akibat ke sebab, 4) sebab akibat dan 5) pola-pola deduktif (Parera, 1993: 6).i

 

D.      Model Pembelajaran  Menulis Paragraf  yang Dikembangkan

            Dalam penelitian ini dikembangkan model pembelajaran menulis paragraf yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme. Kajian teori tentang pandangan konstruktivisme, dapat disarikan dalam enam karakteristik pengembangan model  pembelajaran  menulis paragraf.  Dalam penelitian ini mengacu pada enam karakteristik model pembelajaran menulis paragraf berdasarkan pada pandangan konstruktivisme sebagaimana  dikemukakan oleh Brooks dan Brooks, 1993 sebagai berikut.

a.    Karakteristik Pertama

Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki mahasiswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi mahasiswa secara bermakna. Hal ini dapat menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa.

b.    Karakteristik Kedua

Mengintegrasikan dengan situasi yang realistik dan relevan, sehingga mahasiswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan demikian, diharapkan keterampilan menulis menjadi menarik baginya dan termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara menyediakan tugas-tugas keterampilan menulis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

c.    Karakteristik Ketiga

Menyediakan berbagai alternatif pengalaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar.

d.    Karakteristik Keempat

Mendorong terjadinya interaksi dan kerja sama dengan orang lain atau lingkungannya. Mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari.

e.    Karakteristik Kelima

Mendorong penggunaan berbagai representasi/media.

f.     Karakteristik Keenam

Mendorong peningkatan kesadaran mahasiswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bahwa mahasiswa perlu didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka mengonstruksi pengetahuan, demikian juga mengomunikasikan baik lisan maupun tulisan tentang apa yang sudah dan apa yang belum diketahuinya.

 

Menurut Willis (2000) prosedur pengembangan dalam desain model pembelajaran ini  memiliki tiga aktivitas yang terfokus dan dilakukan secara nonlinier, yakni (1) penentuan, (2) desain dan pengembangan, dan (3) desiminasi. Ketiga aktivitas tersebut tergambar dalam bagan berikut.

a.        Prosedur Pengembangan Desain

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.1

 

Prosedur Pengembangan Desain, Willis (1995;200)

Tipe pertama memfokuskan pada pendesainan, pengembangan, dan evaluasi suatu program atau produk, serta menganalisis kondisi yang memfasilitasi penggunaan program atau produk tersebut, sedangkan tipe kedua memfokuskan pada (meta) kajian desain, pengembangan, dan proses evaluasi, alat-alat, atau model-model, dan analisis kondisi yang memfokuskan penggunaan program atau produk tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan tipe pertama, yaitu merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi model pembelajaran menulis paragraf berbasis konstruktivisme. 

1)   Fase Investigasi Awal (Primary Investigation Phase)

2)   Fase Desain (Design Phase)

3)   Fase Realisasi/Konstruksi Prototipe (Contruction of a Prototype Phase)

4)   Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi (Test, Evaluation, and Revesion Phase)

5)   Fase Implementasi (Implementasi Phase)

 

E.       Pandangan Konstruktivisme

               Menurut Hudojo (1998:2-3) dasar pandangan konstruktivisme dinyatakan dalam dua hipotesis berikut. Hipotesis pertama adalah bahwa “pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh mental subjek, sehingga mental subjek tidak menerima secara pasif dari lingkungan”. Hipotesis kedua menyatakan bahwa “untuk dapat mengetahui/mengerti merupakan proses adaptif dengan mengorganisasikan pengalaman seseorang, hal itu tidak diperoleh secara begitu saja yang ada di luar mental seseorang”.

 

1.      Konstruktivisme menurut  teori Piaget

            Matthews (1992) mengemukakan bahwa konstruktivisme Piaget termasuk konstruktivisme psikologis personal. Piaget lebih menekankan pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan yang dibentuk sendiri oleh anak yang sedang belajar. Piaget menyoroti bagaimana anak membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana anak mengonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Piaget juga mengemukakan tentang pengaruh lingkungan sosial dan perkembangan pemikiran anak, tetapi tidak secara jelas memberikan model bagaimana hal yang terjadi Suparno (1997).

            Piaget (1995), pada tahap perkembangan kognitif sensori motor dan operasional, pengaruh lingkungan sosial, lebih dipahami anak sebagai hal yang sama dengan objek yang sedang diamati.  Pada taraf perkembangan operasional konkret dan formal pengaruh lingkungn sosial menjadi lebih jelas. Anak bertukar ide dengan teman, berdiskusi tentang ide masing-masing, dan mengambil keputusan bersama. Akan tetapi, Piaget lebih menekankan pada pembentukan pengetahuan secara individual.

                       

2.    Konstruktivisme menurut  teori Vygotsky

               Menurut Vygotsky, belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD). ZPD merupakan tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini Wertsch (1985:67-68). Ormord (1995:58) mengemukakan bahwa ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual seseorang dengan tingkat perkembangan potensialnya, yaitu jarak antara tugas-tugas yang tidak dapat dikerjakan secara independen, tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan dan arahan orang lain. Tingkat perkembangan aktual pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuan sendiri.  

 

F.       Kerangka Konseptual

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


G.      Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

a.       Fase pengembangan model pembelajaran menulis paragraf  berbasis konstruktivisme (MPBK) tipe P2RE dapat meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  Universitas FKIP Muhammadiyah Makassar.

b.      Model pembelajaran menulis paragraf  berbasis konstruktivisme (MPBK) tipe P2RE efektif digunakan  dalam mengembangkan kemampuan  menulis paragraf bahasa Indonesia mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.     Pendekatan dan Jenis  Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian    pengembangan   dengan  mengunakan paradigma konstruktivisme. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi analisis kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kualitatif yang didukung data kuantitatif. Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah adaptasi dan memodifikasi dari R2D2 oleh Willis (1995:2000) dan Plomp (1997). Desain pengembangan model menulis paragraf  memiliki  karakteristik, yaitu reflektif, rekursif, dan partisipatif atau kolaboratif. Arah pengembangan ditentukan berdasarkan suatu kriteria. Dalam pengembangan ini digunakan kriteria keefektifan ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek aktivitas mahasiswa dan dosen, respon  mahasiswa, dan hasil belajar mahasiswa. Namun, sebelum ditentukan kriteria keefektifan, terlebih dahulu dideskripsikan hasil kemampuan menulis paragraf mahasiswa.

 

B.     Prosedur Penelitian

Sebagai langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur dan studi pendahuluan di kelas pada waktu pembelajaran menulis. Hasilnya dipakai untuk menentukan   variabel penelitian, yaitu model pembelajaran berbasis konstruktivisme dan kemampuan  menulis paragraf bahasa Indonesia. Langkah selanjutnya, melihat materi dalam garis pedoman pengajaran untuk mata kuliah pengembangan keterampilan menulis bahasa Indonesia, sehingga didapatkan pokok-pokok bahasan menulis untuk mahasiswa semester IV, yaitu kelas A, B, C, D, E, dan F. Selanjutnya, ditentukan indikator penilaian menulis (yang dapat dikembangkan, dideskripsikan dan diukur) berdasarkan teori yang sudah ada serta cara-cara menganalisis karangan  yang terfokus pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akhirnya, dirumuskan suatu rencana pembelajaran konstruktivisme untuk mata kuliah pengembangan keterampilan menulis  mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

      Untuk mengetahui proses pembelajaran sebagai data kuantitatif dan kualitatif, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1.         Mengadakan pretes;  

Sesuai dengan mata kuliah yang diteliti pada di semester IV, yaitu Pengembangan Keterampilan Menulis (3 SKS), soal-soal yang diberikan dalam pretes ini  relevan dengan keterampilan menulis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman atau kemampuan awal mahasiswa tentang konsep paragraf, jenis paragraf, dan pengembangan paragraf  untuk dijadikan sebagai acuan pada tahap postes selanjutnya.

2.      Melaksanakan pembelajaran  menulis paragraf bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pada  mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis;

3.      Mengamati, mendeskripsikan, menganalisis, dan membahas data verbal dan nonverbal pada saat penelitian berlangsung untuk menggali kemampuan menulis mahasiswa selama pembelajaran berlangsung; dan,

4.      Mengadakan postes

Melakukan kembali evaluasi akhir kepada mahasiswa dengan memberikan soal-soal yang juga  relevan dengan materi yang telah diajarkan kepada mahasiswa dalam mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis dan lebih khusus pada materi  pengembangan paragraf.

Langkah selanjutnya menganalisis hasil pembelajaran menulis paragraf mahasiswa, seperti berikut.

1.    Menganalisis karya  mahasiswa berdasarkan teori yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mendeskripsikan secara kualitatif kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf.

2.    Menilai karya  mahasiswa berdasarkan kriteria penilaian untuk mendapatkan data kuantitatif kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf.

 

C.    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Semester IV Angkatan 2010 Tahun Ajaran 2011/2012. Waktu penelitian berlangsung selama enam bulan, yakni bulan Mei sampai dengan Juli 2012 untuk uji coba pertama. Selanjutnya,  uji coba kedua, pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.

 

D.    Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah (1) hasil-hasil konsep karangan paragraf, (2) proses pembelajaran, yaitu aktivitas mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK), dan aktivitas dosen dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK), (3) nilai kemampuan menulis paragraf melalui penerapan model pembelajaran konstruktivis setiap akhir uji coba.

             Sumber data dalam penelitian ini  diperoleh dari dua, yaitu sumber data proses pembelajaran dan hasil. Sumber data proses, yaitu aktivitas dosen dan mahasiswa saat pembelajaraan menulis paragraf melalui penerapan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK) berlangsung setiap uji coba. Sumber data hasil diperoleh dari nilai kemampuan mahasiswa menulis paragraf.

 

E.     Teknik   Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini pengamatan (observasi), angket, wawancara, dan tes hasil belajar untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan dan keefektifan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK), digunakan  lembar validasi,   Pengamatan dilakukan oleh observer yang bertugas mengamati aktivitas dosen dan mahasiswa. Data  kemampuan menulis  paragraf mahasiswa diperoleh dari hasil pretes, tindakan setiap pertemuan, dan postes.    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lembar validasi, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan angket. 

1.    Teknik Tes

Tes kemampuan menulis paragraf digunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf. Pelaksanaan tes dilakukan tiga tahap, yaitu tes sebelum diberikan perlakuan (pretes), tugas menulis paragraf saat diberikan perlakuan, dan mahasiswa kembali dites setelah perlakuan (postes).

Instrumen tes untuk data awal dan akhir mengenai penguasaan  menulis paragraf bahasa Indonesia. Untuk keperluan  tes dengan membuat paragraf sesuai dengan topik. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen tes kepada teman seprofesi dan para pakar di bidang penulisan bahasa Indonesia. Perangkat tes awal sama dengan pada tes akhir, yaitu berupa tes  menulis paragraf untuk mengukur konsep dan kemampuan menulis paragraf mahasiswa selama kurang lebih 150 menit.

2.    Lembar validasi

Data tentang validitas model dan kepraktisan model dikumpulkan dengan menggunakan lembar validasi. Validasi dilakukan oleh  tiga validator. Untuk mengetahui validitas model, disiapkan lembar validasi yang memberikan penilaian tentang komponen-komponen validator model MPBK tipe P2R2. 

3.    Teknik Pengamatan

Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan lembar pengamatan berupa pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan dibuat untuk mendapatkan data proses pembelajaran menulis paragraf melalui model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK) yang meliputi aktivitas dosen dan respon serta aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pedoman observasi merupakan acuan untuk memperoleh data aktivitas dan kreativitas mahasiswa selama proses pembelajaran.

4.    Teknik Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai  motivasi, respons, sikap, dan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran menulis paragraf   berbasis  konstruktivisme. Angket  ini  digunakan  untuk  mengumpulkan  data  mengenai respon mahasiswa terhadap penerapan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK). Respon yang dimaksud, yaitu tanggapan mahasiswa tentang lembar kerja mahasiswa (LKM) dan bahan ajar (BA) yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis paragaraf dengan penerapan model pengembangan berbasis konstruktivis (MPBK).

5. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara tidak berstruktur. Teknik ini dilakukan dengan  tanya jawab dan tukar pikiran dibantu dengan daftar pertanyaan (terlampir) yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran. Wawancara digunakan untuk memperoleh, memperkuat, dan melengkapi data pelaksa­naan, evaluasi, dan hasil penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh in­formasi tentang kesulitan-kesulitan yang dialami dosen dan mahasiswa selama pembel­ajaran. Wawancara terhadap dosen, berupa hal-hal yang berkaitan dengan menulis paragraf melalui penerapan model pengembangan berbasis konstruktivisme (MPBK). Wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa untuk mendapatkan informasi sebagai efek dari pembelajaran menulis paragraf.

 

F.   Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan pengamatan dari pelaksanaan penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran: (1) hasil belajar, dengan menganalisis nilai rata-rata menulis paragraf dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menganalisis tingkat keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran yang dikategorikan aktif, kurang aktif, dan tidak aktif, dan (3) penerapan model pengembangan berbasis konstruktivis dengan menganalisis tingkat kemampuan menulis paragraf dengan berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.

 Adapun tahap analisis sebagai berikut.

1.      Menelaah data

Data yang terkumpul, baik data yang diperoleh melalui lembar validasi, pedoman pengamatan, hasil belajar, hasil angket, hasil wawancara ditelaah secara seksama.

2.      Reduksi data

  Data yang terkumpul selama penelitian diseleksi dan diidentifikasi untuk kemudian dikelompokkan sesuai dengan permasalahannya yang dipilih secara random. Selain itu, seleksi juga dilakukan untuk menentukan data yang dibutuhkan dan data yang tidak dibutuhkan.

3.      Menyajikan data

Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan semua data yang telah direduksi. Penyajian dilakukan dengan sistematis, runtut, dan tersusun dengan baik agar mudah untuk menarik simpulan. Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memperoleh gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

4.         Penarikan simpulan

Penyimpulan data dilakukan untuk menafsirkan makna atas suatu fenomena yang terjadi selama perlakuan berlangsung. Sebelum dilakukan penyimpulan akhir, terlebih dahulu dilakukan penyimpulan sementara. Penyimpulan sementara diikuti dengan pengecekan keabsahan data, yaitu dengan ketekunan pengamatan  dan pengecekan teman sejawat. Selanjutnya, dibuat simpulan akhir setelah pengecekan keabsahan data.

5.         Rambu-rambu analisis

Agar penganalisisan data mudah dilakukan, disusun rambu-rambu proses. Selanjutnya dilakukan analisis data tes setelah perlakuan berlangsung pada akhir uji coba. Analisis data tes bertujuan menentukan kualifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan perlakuan pada uji coba. Indikator penilaian menulis paragraf yang digunakan adalah adaptasi dan modifikasi oleh Nurgiantoro (2008:307).

 

 

 

 

 
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

A.  Fase pengembangan model pembelajaran menulis paragraf bahasa Indonesia berbasis konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE

1.      Prosedur Penyusunan Model Pembelajaran MPBK Tipe P2RE

Prosedur pengembangan model MPBK tipe P2RE mengacu pada Kurikulum Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan mata kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis (3 SKS). Adapun pengembangan model pembelajaran yang dimaksud dapat  digambarkan sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 4.1 Prosedur Pengembangan Pembelajaran MPBK

 

2.        Fase Pengembangan Model MPBK tipe P2RE

Pengembangan  model menulis paragraf berbasis konstruktivisme merupakan modifikasi dari teori Willis (1995, 2000) dan Plomp (1997). Hasil modifikasi tersebut menghasilkan model pembelajaran MPBK tipe P2RE. Artinya, desain model ini mengembangkan keterampilan menulis paragraf yang berbasis kontruktivisme dengan pola persiapan, pengorganisasian,  reflektif, dan evaluasi.

 

Tahap 1: Orientasi Mahasiswa pada Fase Persiapan

1)    Dosen mengecek kesiapan mahasiswa;

2)    Dosen memberikan pengantar kepada mahasiswa, memotivasi, dan  membuka cakrawala berpikir mahasiswa tentang materi pelajaran dalam kehidupan nyata;

3)    Apersepsi dengan mengadakan tanya jawab pada pelajaran sebelumnya; dan

4)    Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap 2: Memfasilitasi Mahasiswa pada  Fase Pengorganisasian

1)      Dosen menjelaskan materi pelajaran;

2)      Dosen memfasilitasi mahasiswa dalam mengeksplorasi konsep  paragraf dengan mengkaji bahan ajar;

3)      Dosen memberi tugas kepada mahasiswa menggunakan LKM;

4)      Mahasiswa dikelompokkan.

Tahap 3: Membimbing Mahasiswa dalam Fase Reflektif

1)      Dosen membimbing pelaksanaan tugas mahasiswa secara berkelompok dan memfasilitasi diskusi dalam kelompok kecil;

2)      Mahasiswa berlatih membuat paragraf;

3)      Dosen membimbing penyelesaian tugas mahasiswa;

4)      Dosen meminta salah seorang mahasiswa untuk mempresentasikan tugasnya dan mahasiswa  lain menyimak;

5)      Dosen melakukan refleksi dari hasil pembelajaran;

6)      Dosen memberi komentar dan memberi penghargaan dari hasil tugas mahasiswa;

7)      Dosen bersama mahasiswa mendiskusikan  hasil yang telah dipresentasikan oleh mahasiswa.

Tahap 4:   Memfasilitasi Mahasiswa pada Fase Evaluasi

1)      Dosen melakukan pengujian dan menyusun kembali pengetahuan  paragraf yang dikonstruksi pada fase reflektif melalui diskusi kelas.

2)      Dosen mengevaluasi keberhasilan pembelajaran melalui presentase/penyajian hasil kerja tugas dan  pemberian kuis.

 

3.        Implementasi Model Pembelajaran MPBK Tipe P2RE dalam Pembelajaran Menulis Paragraf

 Hasil uji coba  yang meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa dan dosen, tes hasil belajar mahasiswa, dan respons  mahasiswa terhadap model pembelajaran yang telah dikembangkan pada  uji coba.

a.        Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model  MPBK Tipe P2RE

 Penilaian dari dua penilai merekomendasikan bahwa lembar pengamatan ini dapat digunakan dengan revisi kecil dengan kategori baik sekali. Hasil rangkuman penilaian dapat dilihat pada lampiran B.5. lembar validasi instrumen pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, instrumen ini digunakan oleh dua orang pengamat dalam uji coba pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 

b.        Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Dosen

Lembar pengamatan ini dikembangkan dari 28 indikator pembelajaran menulis paragraf berbasis konstruktivisme. Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator untuk memberikan penilain terhadap instrumen tersebut. Penilaian meliputi (1) aspek tujuan,    (2) cakupan aktivitas dosen, dan (3) aspek bahasa. Hasil penilaian menunjukkan bahwa  instrumen ini dapat digunakan dengan revisi kecil atau kategori baik sekali. Rangkuman hasil penilaian dapat dilihat pada lampiran B.8. lembar validasi aktivitas dosen. Selanjutnya, instrumen ini digunakan oleh dua orang pengamat dalam uji coba pelaksanaan model pembelajaran menulis paragraf di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.  

c.         Analisis Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Mahasiswa

               Lembar pengamatan ini dimodifikasi dari lembar pengamatan aktivitas mahasiswa yang dikembangkan oleh Tim Pengembangan Pembelajaran KSG. Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator. Penilaian meliputi (1) aspek tujuan, (2) cakupan aktivitas mahasiswa, (3) aspek bahasa. Hasil penilaian validator pertama menunjukkan bahwa instrumen ini dapat digunakan dengan tanpa revisi  atau kategori baik sekali. Hasil penilaian validator kedua menunjukkan instrumen ini dapat digunakan dengan sedikit revisi atau kategori baik sekali.  Rangkuman hasil penilaian semua validator dapat dilihat pada lampiran B.7. validasi aktivitas mahasiswa.

d.        Analisis Instrumen Lembar Respons Mahasiswa

               Lembar pengamatan ini dinilai oleh dua orang penilai/validator. Penilaian meliputi (1) aspek petunjuk, (2) cakupan jenis-jenis respons mahasiswa, dan (2) penilaian umum. Validator (I)  mengatakan instrumen ini dapat digunakan dengan revisi kecil dan kategori baik sekali.  sedangkan validator (II) menilai bahwa instrumen ini dapat digunakan tanpa revisi dan kategori baik sekali. Rangkuman hasil penilaian kedua validator dapat dilihat pada tabel. 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2. Hasil Penilain Lembar Respons Mahasiswa

No.

Aspek yang Dinilai

Frekuensi Penilaian

1

2

3

4

I

Aspek Tujuan

1. Kejelasan petunjuk pengisian lembar responss mahasiswa dinyatakan dengan jelas

2. Kriteria penilaian dinyatakan dengan jelas

 

 

 

 

2

 

2

II

Aspek Cakupan

Cakupan jenis-jenis responss mahasiswa terhadap model MPBK tipe P2RE

 

 

 

 

2

III

Aspek Bahasa:

1.      Menggunakan bahasa yang sesuai

2.      Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

3.      Menggunakan pernyataan yang komunikatif

 

 

 

 

1

 

2

1

2

 

e.         Analisis Instrumen Lembar Respons Dosen

Instrumen  wawancara ini  dinilai oleh tiga dosen yang menerapkan model MPBK tipe P2RE.  Pedoman  wawancara tersebut meliputi (1) respons bahan ajar yang digunakan, (2) respons LKM , (3) respons RPP, dan (4) model pembelajaran yang digunakan. Hasil penilaian ketiga dosen tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan sangat jelas, materinya mudah dimengerti dan dilengkapi dengan tes formatif. LKM digunakan sangat menarik karena di dalamnya berisi tentang uji praktik yang dapat  mengembangkan kreativitas dan penalaran.Selain itu, mahasiswa tertarik terhadap materi yang disajikan karena LKM-nya dibuat dalam bentuk bervariasi. RPP digunakan sesuai dengan bahan ajar yang ada disertai dengan evaluasi, baik lisan maupun tertulis pada setiap kegiatan inti dan kegiatan penutup. Model pembelajaran berbasis konstruktivisme sangat menarik, baik penerapan bahan ajar dan suasana pembelajaran di dalam kelas. Mahasiswa aktif dengan model pembelajaran ini karena adanya sistem interaktif  setelah penyajian materi dengan ilustrasi  terhadap bahan ajar yang ada.

 

B.       Efektivitas model pembelajaran  menulis  paragraf bahasa Indonesia berbasis  konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE dalam   memacu kreativitas  menulis mahasiswa.

Sebelum proses pelaksanaan model MPBK tipe P2RE, terlebih dahulu dosen memberikan pretes tentang menulis paragraf kepada mahasiswa yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pelaksanaan pretes bertujuan mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh mahasiswa dalam   menulis paragraf berbasis kontruktivisme. Kegiatan dalam menulis paragraf yang berbasis kontruktivisme akan dianalisis untuk dapat menetapkan langkah-langkah selanjutnya.

Terdapat lima indikator yang menjadi tolak ukur dalam menilai paragraf yang telah dibuat mahasiswa. Indikator tersebut, yaitu pola pengembangan paragraf, kalimat penjelas, kesatuan, koherensi, dan kelengkapan. Kesemua indikator tersebut digunakan menilai semua jenis paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi) yang telah dibuat oleh mahasiswa.

1.        Hasil Uji Coba Pertama

a.    Hasil Pretes

Adapun data skor hasil penelitian pretes pada uji pertama dapat dilihat pada tabel berikut:

 

 

Tabel 4.3.

Statistik Skor Pretes

 

Statistik

Nilai Statistik

Kelas A

Kelas C

Kelas E

Subjek Penelitian

35

30

26

Skor Maksimum Ideal

100

100

100

Skor Rata-rata

55,00

55,50

51,67

Skor Tertinggi

78,5

75

68,5

Skor Terendah

33,5

28,5

26,5

Rentang Skor

45

46,5

42








 

            Dari tabel 4.3 diketahui bahwa skor rata-rata hasil pretes mahasiswa kelas A = 55,00., C= 55, 50.,  dan E= 51,67 dari skor ideal, yaitu 100. Skor tertinggi untuk kelas A =78,5., kelas C =75., dan kelas E= 68,5. Skor terendah kelas A =33,5., kelas C= 28,5., dan kelas E =26,5. Jika skor hasil pretes mahasiswa tersebut dikelompokkan ke dalam lima kategori diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil pretes seperti disajikan pada tabel 4.4 berikut:

 

 

Tabel 4.5.

Deskripsi Ketuntasan Pretes Mahasiswa

 

No

Skor

Kategori

Ketuntasan

Kls A

Kls C

Kls E

Frek

(%)

Frek

(%)

Frek

(%)

1

0-64

Tdk tuntas

22

62,86

21

70

17

65,38

2

65-100

Tuntas

13

37,14

9

30

9

34,62













 

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 35 mahasiswa kelas A  terdapat 22 mahasiswa (62,86%) yang belum tuntas belajar dan 13 mahasiswa (37,14%) yang telah tuntas. Pada kelas C terdapat 21 mahasiswa (70%) yang belum tuntas dan 9 mahasiswa (30%) yang telah tuntas. Pada kelas E terdapat 17 mahasiswa (65,38%) yang belum tuntas dan 9 mahasiswa (34,62%) yang telah tuntas.

                   Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Pretes Menulis Paragraf

No.

Nilai

Kategori

Frekuensi

Persentase

1

0-64

Tidak Tuntas

60

65,93

2

65-100

Tuntas

31

34,07

 

Apabila hasil ketuntasan pretes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.

Grafik 4.1. Hasil Ketuntasan Pretes

Berdasarkan tabel 4.6 dan grafik 4.1 diketahui bahwa dari 91  mahasiswa terdapat 60 mahasiswa (65,93%) yang belum tuntas belajar dan 31 mahasiswa (34,07%) yang telah tuntas. Hal ini berarti ketuntasan hasil pretes belum memuaskan secara keseluruhan dengan demikian sebanyak 60 mahasiswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual.

b.        Respons Mahasiswa      

Tabel 4.7. Hasil Respons Mahasiswa Uji Coba Pertama

No.

Aspek yang Direspons

Respons Mahasiswa

1

Apakah kalian merasa sangat senang, cukup senang atau tidak senang terhadap komponen  pembelajaran berikut ini?

Sangat Senang

Senang

Cukup Senang

Tidak Senang

a. Bahan ajar

36,99 %

51,11%

11,9%

0%

b. LKM

43,88%

41,23%

14,92%

0%

c. Suasana pembelajaran di kelas

44,45%

33,4%

18,3%

3,85%

c. Suasana pembelajaran di kelas

44,45%

33,4%

18,3%

3,85%

d. Cara dosen mengajar

61,33%

18,91%

19,76%

0%

e. Penampilan dosen

45,86%

46,02%

8,12%

0%

2

Apakah komponen pembelajaran berikut ini bagimu,  sangat  baru,  baru, cukup baru atau tidak baru?

Sangat baru

Baru

Cukup baru

Tidak baru

a. Bahan ajar

26,3%

46,18%

13,71%

13,81%

b. LKM

29,56%

52,61%

12,59%

5,24%

c. Suasana pembelajaran di kelas

22,1%

29,32%

20,88%

27,70%

d. Cara dosen mengajar

24,04%

39,02%

19,77%

17,17%

e. Penampilan dosen

17,17%

27,23%

24,69%

30,92%

3

Apakah kamu sangat berminat, berminat, cukup berminat atau tidak berminat? Untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti yang baru. saja kamu ikuti?

Sangat berminat

Berminat

Cukup berminat

Tidak berminat

50,15%

39,51%

10,34%

0%

4

Apakah kamu dapat memahami dengan sangat jelas, jelas, cukup jelas atau tidak bahasa yang digunakan dalam:

Sangat jelas

Jelas

Cukup jelas

Tidak jelas

a. Bahan ajar

41,09%

42,83%

16,08%

0%

 

b. LKM

41,56%

32,49%

23,73%

2,22%

5

Apakah kalian sangat mengerti, mengerti, cukup mengerti atau tidak maksud dari setiap soal/masalah yang disajikan dalam:

Sangat mengerti

Mengerti

Cukup mengerti

Tidak mengerti

a. Bahan ajar

21,98%

60,83%

17,19%

0%

b. LKM

25,32%

48,11%

24,35%

2,22%

6

Apakah kalian sangat tertarik,    tertarik, cukup tertarik   atau   tidak   dengan penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak gambar), yang terdapat dalam:

Sangat tertarik

Tertarik

Cukup tertarik

Tidak tertarik

a. Bahan ajar

43,14%

45,06%

9,59%

2,22%

b. LKM

43,92%

42,83%

9,92%

3,33%

 

c.         Aktivitas Mahasiswa

Tabel 4.9.    Hasil Aktivitas Mahasiswa

No

Kategori

Rata-rata Kumulatif

A

KA

TA

1

Memperhatikan penjelasan dosen dan mencatat seperlunya

89.67 %

9.46 %

0.88 %

2

Membaca bahan ajar

89.76 %

9.32 %

0.90 %

3

Bertanya/ menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada dosen atau teman

90.30 %

8.80 %

0.83 %

4

Mengerjakan tugas pada LKM secara berkelompok

90.58 %

8.76 %

0.66 %

5

Mempersentasikan hasil kerja kelompok

89.87 %

9.53 %

0.61 %

6

Menjawab/ menanggapi pertayaan dari teman/dosen

90.65 %

8.42 %

0.92 %

7

Kegiatan mahasiswa yang  tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar

0.71 %

9.67 %

89.63 %

 

Apabila hasil aktivitas mahasiswa diilustrasikan dalam grafik, tampak seperti berikut ini.

 

Grafik 4.2. Hasil Aktivitas Mahasiswa

d.        Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen

Tabel 4.11. Hasil  Pengamatan Aktivitas Dosen pada Uji Coba Pertama Secara Kumulatif

No

Pertemuan

K e l a s

A

C

E

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

1

I

3,01

2,88

2,88

2

II

3,08

3.05

2,98

3

III

3,21

3,01

3,25

4

IV

3,25

3,12

3,38

5

V

3,57

3,40

3,48

6

VI

3,69

3,47

3,64

7

VII

3,68

3,47

3,67

8

VIII

3,80

3,74

3,84

Rata-rata

3,38

3,27

3,38

 

Grafik 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen

Dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedelapan tersebut, diketahui nilai rata-rata kumulatif kelas A = 3,38, kelas C = 3,27, dan kelas E =  3,38. Dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan model MPBK tipe P2RE diketahui bahwa: rata-rata keterlaksanaan sintaks 3,16  di atas 3, rata-rata keterlaksanaan sistem sosial 3,0 dan rata-rata keterlaksanaan prinsip reaksi di atas 3,04. Dengan demikian rata-rata keterlaksanaan  model MPBK dalam uji coba  ini  adalah di atas 3. Dengan demikian keterlaksanaan model KMPBK dalam uji coba  ini termasuk dalam kategori baik.

e.         Hasil Menulis Paragraf

Berikut dideskripsikan contoh data yang telah dianalisis secara kualitatif pada uji coba pertama:

(1) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Indikator urutan cerita yaitu terdapat 83,54%, dan masuk dalam kategori  “baik”, Indikator sudut pandang terdapat 85,02%, dan masuk dalam kategori “sangat baik”, Indikator struktur perbuatan terdapat 68,40%, dan masuk dalam kategori “Baik”, Indikator pemahaman syarat paragraf 68,17%, dan masuk dalam kategori “Baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random:

Data (1)

Aku adalah salah satu murid dari sekolah favorit di kotaku. Setiap hari, jadwalku di sekolah sangat padat. Bel masuk di sekolahku memang baru masuk pukul 07.00, tapi kubiasakan setiap hari untuk bangun pagi pukul 04.00 agar tidak tergesa-gesa. Setelah bangun biasanya aku akan langsung mengambil air wudhu untuk shalat subuh. Tak lupa aku menata buku sesuai mata pelajaran hari ini. Kusempatkan juga mengecek beberapa buku kalau-kalau ada pr yang belum kukerjakan. Setelah makan pagi dan mandi, yaitu sekitar pukul 06.15, aku langsung menuju ke sekolah. Aku biasa pergi ke sekolah naik sepeda motor, kadang juga naik kendaraan umum. Pukul 06.30 aku sudah sampai di sekolah karena jarak rumahku dari sekolah tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 km. Pelajaran di sekolah biasanya selesai pada pukul 14.00, namun di hari-hari tertentu kami harus mengikuti kegiatan pendalaman materi dan baru pulang pukul 16.00.

Tokoh cerita dalam paragraf (1) di atas adalah Aku. Aku merupakan salah satu murid di sekolah favorit di kotanya. Melalui paragraf ini, aktivitas tokoh aku dari pagi hingga sore hari di sekolah digambarkan dengan jelas dan baik. Dengan demikian, pembaca memiliki pemahaman yang utuh tentang aktivitas tokoh Aku.

Paragraf data (1) di atas memiliki kronologi cerita yang dikembangkan dengan sangat baik dan digambarkan dengan sangat jelas kepada pembaca. Kronologi tersebut tampak dari adanya urutan peristiwa yang sangat teratur. Aktivistas tokoh cerita yaitu aku digambarkan dengan sangat berurut, mulai dari pagi hari hingga sore hari.

Paragraf tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu “Aku”. Dalam cerita ini pula, alur cerita digambarkan dengan sangat jelas mulai dari pagi hari hingga sore hari. Penggambaran alur seperti ini diungkapkan Keraf (2001:145) merupakan ciri-ciri paragraf narasi.

Kesatuan ide dan koherensi paragraf sudah tampak dalam paragraf tersebut. Kesatuan ide terlihat dari adanya satu ide pokok yang dikembangkan dalam paragraf tersebut. Koherensi paragraf tersebut terlihat pada penggunaan repetisi kata “aku”. Selain itu ditemukan juga kata transisi setelah yang memadukan paragraf tersebut.

 

 (2) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi

Indikator gaya penyajian yaitu terdapat 72,65%, dan masuk dalam kategori  “baik”, indikator organisasi penyajian terdapat 78,66%, dengan kategori “baik”, indikator penggambaran latar terdapat 80,87%, dengan kategori “baik”, indikator pemahaman syarat paragraf 71,94%, dan masuk dalam kategori “baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.

 

Data (2)

Sebuah tugu di ujung Utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter. Landasannya, beton berteratak mirip tangga bersusun lima. Dengan panjang dan lebar sekitar enam meter. Tentu itu terletak di sebuah semak belukar di bilangan Jaboi, kotamadya Sabang. Itulah kilometer nol Indonesia. Berada di tugu itu, terasa sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan. Lagu patriotik Dari Sabang sampai Marauke seakan-akan tergiang-ngiang di telinga. Kita sedang menginjak setapak tanah di ujung paling Barat Nusantara.

Paragraf data (2) terdapat gaya penyajian yang lugas, menekankan pada uraian secara rinci tentang objek, dan menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh indra. Selain itu, penguraian tersebut memperlihatkan secara detail dan rinci mengenai sebuah tugu. Penguraian secara rinci seperti ini adalah ciri paragraf deskripsi sesuai dengan yang diungkapkan Finoza(2009:201).

Paragraf (2) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf deskripsi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “sebuah tugu di ujung Utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah kalimat-kalimat yang berisi pendeskripsian tugu tersebut. Namun hal ini tidak dilakukan dengan baik. Di antara kalimat yang muncul, terdapat kalimat yang sumbang yaitu berada di tugu itu, terasa sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan dan Lagu patriotik dari Sabang sampai Marauke seakan-akan tergiang-ngiang di telinga. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tidak ditemukan dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan menghilangkan kalimat sumbang tersebut Perhatikan perbaikan paragraf (6) berikut ini.

(2a)

Sebuah tugu di ujung Utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter. Landasannya beton berteratak mirip tangga bersusun lima dengan panjang sekitar sembilan meter dan lebar sekitar enam meter. Tentu itu terletak di sebuah semak belukar di bilangan Jaboi, kotamadya Sabang. Itulah kilometer nol Indonesia, setapak tanah di ujung paling Barat Nusantara.

 (3) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi

Indikator pola pengembangan paragraf yaitu terdapat 86,88%, dan masuk dalam kategori  “sangat baik”, Indikator organisasi penyajian terdapat 86,22%, dengan kategori “sangat baik”, Indikator pemahaman syarat paragraf terdapat 72,19%, dengan kategori “baik”, Indikator pemahaman unsure paragraf 76,74%, dengan kategori “baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.

 

Data (3)

Internet adalah dunia maya yang sangat membantu manusia dalam mendapatkan berbagai informasi. Internet bisa juga disebut sebagai network komputer tiada batas yang menjadi penghubung pengguna komputer dengan pengguna lainnya. Serta dapat berhubungan dengan komputer di sebuah wilayah ke wilayah penjuru dunia, di mana jaringan tersebut mempunyai berbagai macam informasi.

 

            Paragraf (3) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf eksposisi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Internet adalah dunia maya yang sangat membantu manusia dalam mendapatkan berbagai informasi”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang berkaitan dengan internet tersebut. Hal ini dapat ditemukan dalam paragraf tersebut.  Dengan demikian, kesatuan ide dan koherensi paragraf dapat ditemukan dalam paragraf di atas. Koherensi dalam paragraf tersebut ditandai dengan penggunaan kata transisi seta dan repetisi seperti kata internet.

Data (4)

Bentor adalah alat transportasi darat yang banyak digemari oleh remaja dan orang dewasa. Ini disebabkan nyamannya dikendarai dan juga bentor dapat melaju dengan cepat. Selain itu, bentor juga dilengkapi dengan sound sistem sehingga dapat menghibur dan memanjakan penumpang. Berbeda halnya dengan becak yang peminatnya kurang karena lajunya yang lambat dan kurang nyaman ditumpangi.

 

Paragraf (18) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf eksposisi perbandingan. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “bentor adalah alat transportasi darat yang banyak digemari oleh remaja dan orang dewasa”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah hal-hal yang menyebabkan bentor banyak digemari. Namun hal ini tidak dilakukan. Hal ini dapat ditemukan dalam paragraf tersebut.  Dengan demikian, kesatuan ide dan koherensi paragraf dapat ditemukan dalam paragraf di atas. Koherensi dalam paragraf tersebut ditandai dengan penggunaan repetisi kata bentor dan transisi antarkalimat yaitu selain itu.

Data (5)

Wanita itu identik dengan kehormatan. Hal ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga dan perlu untuk dijaga semaksimal mungkin. Karena sedikit saja terpengaruh dengan hal-hal negatif dan terjatuh kedalamnya maka tidak ada artinya lagi. Utamanya dalam pergaulan bebas seperti halnya telur yang cangkang atau kulitnya sangat rapuh. Sedikit saja tersentuh dengan benda keras maka ia akan pecah.

Paragraf (5) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf eksposisi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Wanita itu identik dengan kehormatan”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah hal-hal menyebabkan wanita dikatakan identik dengan. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat yang muncul adalah kalimat dengan penganalogian wanita dengan telur. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tersebut menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan memperbaiki kalimat utamanya agar menunjukkan penganalogian wanita dengan telur. Perhatikan perbaikan paragraf (5a) berikut ini.

Data (5a)

Wanita ibarat telur. Telur memiliki kulit yang rapuh. Sekali saja terkena benda keras, telur itu akan langsung pecah. Begitupun dengan seorang wanita. Sekali saja seorang wanita terpengaruh dengan hal-hal negatif misalnya pergaulan bebas, dan terjatuh kedalamnya, maka tidak ada artinya lagi. Oleh karena itu, seorang wanita harus pandai menjaga diri.

 (4) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi

Indikator pola pengembangan paragraf yaitu terdapat 83,88%), dan masuk dalam kategori  “baik”, indikator organisasi penyajian terdapat 84,17%), dengan kategori “baik”, indikator pemahaman syarat paragraf terdapat 71,67% dengan kategori “baik”, Indikator pemahaman unsur paragraf 75,71%, dengan kategori “baik”. Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.

Data (6)

Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.

Paragraf (7) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah cara menjaga kesuburan tanah, yang dapat dilakukan oleh usaha pertanian. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat yang muncul adalah kalimat dengan ide pokok yang berbeda, yaitu kalimat yang menyatakan teladan menggunakan tanah dengan baik. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tersebut menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan mengganti kalimat tersebut dengan kalimat penjelas yang memiliki kaitan langsung dengan ide pokok. Perhatikan perbaikan paragraf (37) berikut ini.

Tabel 4.12.  Nilai Rata-rata dari Keseluruhan Kelas

No

Jenis Paragraf

Nilai Rata-rata Kelas

Nilai Rata-rata

Kumulatif

Kelas A

Kelas C

Kelas E

1

Narasi

70,88

73,75

84,22

76,28

2

Deskripsi

78,43

82,28

74,12

78,29

3

Eksposisi

77,08

79,86

84,54

80,49

4

Argumentasi

75,95

77,43

83,19

78,86

 

Apabila diilustrasikan dengan grafik, nilai rata-rata keseluruhan kelas menulis paragraf sebagai berikut ini.

Grafik 4.4. Nilai Rata-rata Kumulatif Menulis Paragraf

 

2.      Hasil Postes

Adapun data skor hasil penelitian postes uji coba pertama dapat dilihat pada tabel berikut

 

Tabel 4.13.

Statistik Skor Postes Uji Coba Pertama

Statistik

Nilai Statistik

 

Kelas A

Kelas C

Kelas E

 

Subjek Penelitian

35

30

26

 

Skor Maksimum Ideal

100

100

100

 

Skor Rata-rata

77,62

73,13

71,79

 

Skor Tertinggi

88

91

91

 

Skor Terendah

51,5

48

53

 

Rentang Skor

36,5

43

38

 








 

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa skor rata-rata hasil postes Mahasiswa kelas A, yaitu 77,62, kelas C 73,13,  dan kelas E 71,79 dari skor ideal yang mungkin dicapai, yaitu 100. Skor tertinggi untuk kelas A 88, kelas C 91, dan kelas E 91. Skor terendah kelas A 51,5, kelas C 48, dan kelas E 53. Jika skor hasil postes mahasiswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil postes seperti disajikan pada tabel 4.14 berikut.

 

 

 

Tabel 4.15.

Deskripsi Ketuntasan Postes Mahasiswa

No

Skor

Kategori

Ketuntasan

 

Kelas A

Kelas C

Kelas E

 

Frek

(%)

Frek

(%)

Frek

(%)

 

1

0-64

Tidak tuntas

4

11,42

7

23,33

6

23,07

 

2

65-100

Tuntas

31

88,58

23

76,67

20

76,93

 














 

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa dari 35 mahasiswa kelas A  terdapat 4 mahasiswa (11,42%) yang belum tuntas dan 31 mahasiswa (88,58%) yang telah tuntas, kelas C terdapat 7 mahasiswa (23,33%) yang belum tuntas dan 23 mahasiswa (76,67%) yang telah tuntas, dan kelas E terdapat 6 mahasiswa (23,07%) yang belum tuntas dan 20 mahasiswa (76,93%) yang telah tuntas.

 

            Tabel 4.16.  Frekuensi Hasil Postes Menulis Paragraf

No.

Nilai

Kategori

Frekuensi

Persentase

 

1

 

0-64

 

Tidak Tuntas

 

17

 

18,68

 

2

 

65-100

 

Tuntas

 

74

 

81,32

 

Apabila hasil ketuntasan postes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.

Grafik 4.5. Ketuntasan Hasil Postes

Berdasarkan Tabel 4.16 dan Grafik 4.5 diketahui bahwa dari 91  mahasiswa terdapat 17 mahasiswa (18,68%) yang belum tuntas belajar dan 74 mahasiswa (81,32%) yang telah tuntas. Ini berarti ketuntasan hasil postes secara keseluruhan telah meningkat dan terdapat 74 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara kualitatif:

Paragraf Deskripsi

 Data (1)

Salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta adalah kemacetan. Saat ini kemacetan merupakan suara bising kendaraan-kendaraan yang sangat mengganggu kenyamanan di jalan karena kemacetan yang terjadi. Kemacetan tersebut biasanya sampai dua jam lamanya. Banyak pegawai yang sering terlambat karena terjebak macet. Kemacetan yang sering terjadi ini merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah kota Jakarta.

Paragraf (1) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta adalah kemacetan”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah akibat dan dampak dari kemacetan tersebut. Namun hal ini tidak dilakukan. Salah satu kalimat yang muncul adalah kalimat yang sumbang, yakni saat ini kemacetan merupakan suara bising kendaraan-kendaraan yang sangat mengganggu kenyamanan di jalan karena kemacetan yang terjadi.. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tersebut menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan mengganti kalimat tersebut dengan kalimat lain yang dapat membentuk kesatuan ide dan koherensi dalam paragraf tersebut.

(1a)

Salah satu masalah besar yang dihadapi kota Jakarta adalah Kemacetan. Kemacetan tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah kendaraan pribadi di Jakarta. Selain itu, jalan raya yang kecil dan seringkali rusak, ikut menambah kemacetan yang kadang berujung pada kecelakaan. Pemerintah provisi DKI Jakarta harusnya menaruh perhatian lebih pada masalah kemacetan ini.

 

2.  Uji Coba Kedua

a.      Hasil Pretes

Adapun data skor hasil pretes dapat dilihat pada tabel berikut:

 

Tabel 4.17.

Statistik Skor Pretes

Statistik

Nilai Statistik

Kelas B

Kelas D

Kelas F

Subjek Penelitian

33

32

22

Skor Maksimum Ideal

100

100

100

Skor Rata-rata

60,50

52,86

60,92

Skor Tertinggi

75

71,5

80

Skor Terendah

41,5

26,5

41,5

Rentang Skor

33,5

45

38,5







 

 

 Tabel 4.19.

Deskripsi Ketuntasan Pretes Mahasiswa

 

No

Skor

Kategori

Ketuntasan

Kls B

Kls D

Kls F

Frek

(%)

Frek

(%)

Frek

(%)

1

0-64

Tdk tuntas

20

60.6

21

65.62

14

63.64

2

65-100

Tuntas

13

39.4

11

34.38

8

36.36













 

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui kelas B terdapat 20 mahasiswa (60,60%) yang belum tuntas dan 13 mahasiswa (39,40%) yang telah tuntas, kelas D terdapat 21 mahasiswa (65,62%) yang belum tuntas, 11 mahasiswa (34,38%) yang telah tuntas, dan kelas F terdapat 14 mahasiswa (63,64%) yang belum tuntas dan 8 mahasiswa (36,36%) yang telah tuntas.

                   Tabel 4.20. Frekuensi Hasil Pretes Menulis Paragraf

No.

Nilai

Kategori

Frekuensi

Persentase

1

0-64

Tidak tuntas

55

63,22

2

65-100

Tuntas

32

36,78

 

Apabila hasil ketuntasan pretes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.

Grafik 4.6. Ketuntasan Hasil Pretes

 

Berikut data sampel paragraf mahasiswa yang dianalisis secara kualitatif:

Paragraf Argumentasi

Data (1)

Masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Hal tersebut sering kita lihat pada lingkungan sekitar. Kebanyakan warga membuang sampah di sembarang tempat, sehingga menyebabkan banjir saat hujan turun. Ketidaksadaran itu juga membuat warga terserang penyakit DBD karena banyak tempat yang menjadi sarang nyamuk, jadi kebersihan sangat penting kita perhatikan agar kita bisa hidup sehat.

 

Paragraf (1) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah contoh perbuatan masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Hal ini dapat ditemukan dalam paragraf tersebut.  Dengan demikian, kesatuan ide dan koherensi paragraf dapat ditemukan dalam paragraf di atas. Koherensi dalam paragraf tersebut ditandai dengan penggunaan kata transisi jadi.

Data (2)

Melihat perkembangan zaman saat ini, pengguna teknologi internet sudah meluas di kalangan masyarakat. Bahkan ada yang menganggap penggunaan internet sebagai jalan pintas untuk mengetahui hal-hal di luar pengetahuan seseorang, Ada juga yang menganggap sebagai jaringan yang bisa merusak pola pikir bagi penggunanya. Menurut pendapat kelompok kami, hal ini nyata bahwa internet memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi penggunanya. Salah satu dampak negatifnya yaitu para pengguna internet biasanya membuka situs-situs porno. Dalam hal ini perilaku menyimpang, adegan-adegan yang bisa menggoyahkan iman manusia dan semuai itu dapat merusak moral para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa.

Paragraf (2) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “melihat perkembangan zaman saat ini, pengguna teknologi internet sudah meluas di kalangan masyarakat”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan internet tersebut. Hal ini dapat ditemukan dalam paragraf tersebut.  Dengan demikian, kesatuan ide dan koherensi paragraf dapat ditemukan dalam paragraf di atas. Koherensi dalam paragraf tersebut ditandai dengan penggunaan kata transisi bahkan dan dalam hal ini.

b.      Aktivitas Mahasiswa

Tabel  4.23.  Hasil Aktivitas  Mahasiswa

No

Kategori

Rata-rata Kumulatif

A

KA

TA

1

Memperhatikan penjelasan dosen dan mencatat seperlunya

90.40 %

8.06 %

1.55 %

2

Membaca bahan ajar

90,47 %

8,08 %

1,46 %

3

Bertanya/ menyampaikan pertanyaan atau pendapat kepada dosen atau teman

89.88 %

9,49 %

0.63 %

4

Mengerjakan tugas pada LKM secara berkelompok

89.62 %

9.74 %

0.65 %

5

Mempersentasikan hasil kerja kelompok

89.94 %

9.14 %

0,93 %

6

Menjawab/

menanggapi pertayaan dari teman/dosen

89.46 %

9.82 %

0.74 %

7

Kegiatan mahasiswa yang tidak  relevan dengan kegiatan belajar mengajar

0,83%

8.54 %

90.64 %

 

Apabila hasil respons mahasiswa diilustrasikan dalam grafik, tampak seperti berikut ini.

Grafik 4.7. Hasil Aktivitas Mahasiswa

c.         Respons Mahasiswa

Tabel4. 21. Hasil Respons Mahasiswa Uji Coba Kedua

No.

Aspek yang Direspons

Respons Mahasiswa

1

Apakah kalian merasa sangat senang, cukup senang atau tidak senang terhadap komponen  pembelajaran berikut ini?

Sangat Senang

Senang

Cukup Senang

Tidak Senang

a. Bahan ajar

47,32%

44,92%

7,77%

0%

b. LKM

36,08%

55,21%

8,71%

0%

c. Suasana pembelajaran di kelas

34,09%

40,28%

24,59%

1,04%

d. Cara dosen mengajar

45,87%

47,92%

6,22%

0%

e. Penampilan dosen

34,19%

57,61%

8,21%

0%

2

Apakah komponen pembelajaran berikut ini bagimu,  sangat  baru,  baru, cukup baru atau tidak baru?

Sangat baru

Baru

Cukup baru

Tidak baru

2

Apakah komponen pembelajaran berikut ini bagimu,  sangat  baru,  baru, cukup baru atau tidak baru?

Sangat baru

Baru

Cukup baru

Tidak baru

a. Bahan ajar

17,93%

39,77%

20,26%

22,03%

b. LKM

32,23%

36,11%

28,23%

3,13%

c. Suasana pembelajaran di kelas

20,39%

38,13%

28,13%

13,35%

d. Cara dosen mengajar

33,71%

49,91%

12,79%

3,60%

e. Penampilan dosen

27,08%

38,79%

25,35%

8,78%

3

Apakah kamu sangat berminat, berminat, cukup berminat atau tidak berminat? Untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sepertiyang baru. saja kamu ikuti?

Sangat berminat

Berminat

Cukup berminat

Tidak berminat

59,47%

37,44%

3,09%

0%

4

Apakah kamu dapat memahami dengan sangatjelas, jelas, cukup jelas atau tidak bahasa yang digunakan dalam:

Sangat jelas

Jelas

Cukup jelas

Tidak jelas

a. Bahan ajar

37,69%

49,43%

12,88%

0%

 

b. LKM

36,58%

49,50%

13,92%

0%

5

Apakah kalian sangat mengerti, mengerti, cukup mengerti atau tidakmaksud dari setiap soal/masalah yang disajikan dalam:

Sangat mengerti

Mengerti

Cukup mengerti

Tidak mengerti

a. Bahan ajar

29,01%

52,49%

18,50%

0%

b. LKM

23,04%

55,40%

21,56%

0%

6

Apakah kalian sangat tertarik,    tertarik, cukup tertarik   atau   tidak   dengan penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak gambar), yang terdapat dalam:

Sangat tertarik

Tertarik

Cukup tertarik

Tidak tertarik

a. Bahan ajar

33,49%

48,71%

16,76%

1,04%

b. LKM

32,04%

51,58%

16,38%

0%

 

d.         Hasil Aktivitas Dosen

          Tabel 4.25.  Hasil  Pengamatan Aktivitas Dosen pada Uji Coba Kedua

No

Pertemuan

K e l a s

B

D

F

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

1

I

2.66

3.00

2.79

2

II

2.86

3.05

2.95

3

III

3.07

3.20

3.04

4

IV

3.25

3.22

3.22

5

V

3.31

3.29

3.20

6

VI

3.45

3.49

3.47

7

VII

3.70

3.63

3.70

8

VIII

3.79

3.64

3.73

Rata-rata

3,38

3.26

3.31

 

Apabila hasil pengamatan dosen diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak sebagai berikut.       

 

Grafik 4.8. Hasil Pengamatan Aktivitas Dosen

 

 

e.             Hasil Menulis Paragraf

Berikut dideskripsikan contoh data yang telah dianalisis secara kualitatif pada uji coba kedua:

(1) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Indikator kesesuaian urutan cerita, yaitu terdapat 82,35 % dengan kategori “baik”, Indikator sudut pandang penulisanterdapat 85,51%dengan kategori “sangat baik”, struktur perbuatan terdapat 75,74%dengan kategori “baik”, dan indikator pemahaman syarat paragraf75,91% %, dengan kategori “baik”.

Data (1)

Awal aku mengenal  Universitas Muhammadiyah yang biasa disingkat Unismuh. Sebuah kampus yang terletak di jalan Tala Salapang, membangkitkan semangatku untuk melanjutkan pendidikanku yang sampai tertunda beberapa tahun, setelah aku tamat sekolah Menengah Atas. Kampus biru yang terdiri dari beragam Fakultas dan terbagi atas beberapa Jurusan.Sangat banyak diminati oleh calon mahasiswa-mahasiswi baru baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah. Selang waktu satu minggu aku mengembalikan formulir dan mengikuti semua prosedur yang berlaku sampai tes di mulai, dan setelah tes penerimaan mahasiswa baru selesai, dengan penuh rasa kegelisahan aku menunggu pengumuman. Alhamduillah pada saat pengemumuman keluar no tes dan namaku berada pada urutan ke lima. Pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tertera di dalam Koran pengumuman. Aku dan kedua orang tuaku sangat bahagia dan penuh rasa bangga aku mengurus semua pendaftaran ulang, pesantren, orientasi dan pada akhirnya aku mengikuti perkuliahan dari semester ke semester sampai sekarang  aku sudah berada di semester IV kelas B, dan pada hari ini aku menuliskan tentang pengalamanku pertama mengenal unismuh.

Paragraf di atas merupakan paragraf narasi. Namun penyusunan paragraf narasi tersebut tidaklah baik karena tidak sistematis sehingga pembaca tidak akan mengerti isi dari paragraf tersebut. Selain itu, kronologis sebagai ciri paragraf narasi tidak ditemukan dalam paragraf tersebut.

 Tokoh cerita dalam paragraf tersebut adalah Aku. Oleh karena itu, semua kalimat yang ada dalam paragraf tersebut seharusnya menyangkut tokoh aku. Namun hal ini tidak ditemukan. Kalimat pertama hingga keempat paragraf di atas membahas tentang Universitas Muhammadiyah. Namun pada kalimat kelima hingga selesai yang dibahas adalah tentang tokoh Aku yang kembali ingin kuliah.

Kalimat pertama paragraf tersebut adalah “awal aku mengenal  Universitas Muhammadiyah yang biasa disingkat Unismuh”. Berdasarkan kalimat pertama tersebut, maka kalimat-kalimat selanjutnya yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman tokoh Aku di Unismuh. Namun hal ini tidak ditemukan dalam paragraf di atas. Kalimat yang muncul adalah kalimat yang menjelaskan tentang kampus Unismuh dan pengalaman tokoh Aku, mulai saat pendaftaran hingga saat ini (kalimat 3 sampai terakhir). Hal ini mengakibatkan kesatuan ide dan koherensi paragraf dalam paragraf (1) di atas tidak ditemukan.

Kesatuan ide dalam paragraf di atas terganggu karena adanya dua ide pokok dalam paragraf tersebut. Dua topik yang dibahas tersebut yakni tentang kampus Unismuh dan tentang tokoh Aku. Karena terdapatnya dua topik tersebut, maka paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua paragraf. Selain kesatuan ide, koherensi paragraf dalam paragraf di atas juga terganggu. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki, dengan membuat dua buah paragraf beradasarkan ide pokok yang ada. Perhatikan perbaikan paragraf (1) di bawah ini.

 

(1a)

Universitas Muhammadiyah, yang biasa disingkat Unismuh, terletak di jalan Tana Salapang. Kampus bernuasa Isla tersebut, dijuluki juga kampus biru. Di kampus tersebut terdapat beberapa fakultas. Satu diantaranya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang salah satu jurusannya adalah Bahasa dan Sastra Indonesia.

Kampus Unismuh tersebut, merupakan satu-satunya kampus yang bisa membangkitkan kembali semangat belajarku. Keinginanku untuk kuliah yang tertunda beberapa tahun setelah tamat SMA hidup lagi karena Unismuh. Oleh karena itu, saat pendaftaran mahasiswa baru terbuka, aku langsung mengambil formulir pendaftaran mahasiswa baru. Semua prosedur yang harus dilalui, termasuk tes, aku lalui dengan semangat. Hingga pada saat pengumuman, aku dinyatakan lulus pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aku dan kedua orang tuaku sangat bahagia. Dengan penuh rasa bangga aku mendaftar ulang, mengikuti pesantren, orientasi dan perkuliahan. Kini aku berada pada semester IV kelas B.

 (2) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi

Indikator gaya penyajian, yaitu terdapat 72,88dengan kategori  “baik”, indikator organisasi penyajiann terdapat 85,04%,dengan kategori “sangat baik”, indikator penggambaran latarterdapat 85,89%,dengan kategori “sangat baik”, dan indikator pemahaman syarat paragraf 71,24%,dengan kategori “Baik”.

Data (6)

Desa Cikoang kecamatan Mangara Bombang Kabupaten Takalar, sebuah desa yang terletak di bagian Selatan Kota Makassar dan berjarak ± 40 km dari kota Makassar. Desa ini merupakan suatu daerah yang kaya akan keindahan alamnya. Banyak tempat wisata yang masih alami dan belum terjamah oleh para investor.Salah satunya adalah Berugaya.Sebuah tempat yang berada di bibir pantai yang dihiasi bebatuan unik yang berada disekitarnya.Lumut yang aneh tetapi cantik, pasir putih yang begitu memesona mata dan air laut yang sangat jernih, dengan keindahan karang di bawah laut. Banyak masyarakat sekitar yang menantikan sunset  tempat itu. Suasana sekitar perkampungan pun sangat berbeda dengan keadaan di Kota Makassar. Suasananya masih  sunyi dan udaranya yang segar.  Karena banyak pohon-pohon yang besar dan kurangnya kendaraan yang berlalu lalang.Rumah-rumah penduduk di tempat itu didominasi rumah panggung.Masyarakat pun masih kental dengan adat setempat.Sungguh tempat yang indah dengan segala keunikan yang terdapat di dalamnya.

Gaya penyajian paragraf data (5)  tersebut memperlihatkan secara detail tentang objek namun penyajiannya belum lugas. Paragraf tersebut terlihat menjelaskan suatu latar tempat peristiwa berlangsung, cerita diceritakan secara rinci dan jelas. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Finoza (2009:201) bahwa adalah paragraf deskripsi melukiskan atau memerikan sesuatu berdasarkan pengalaman semua pancaindra dengan kata-kata secara jelas dan terperinci.

Paragraf (6) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf deskripsi Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Desa Cikoang kecamatan Mangara Bombang Kabupaten Takalar, sebuah desa yang terletak di bagian Selatan Kota Makassar dan berjarak ± 40 km dari kota Makassar”. Berdasarkan kalimat topik ini, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah hal-hal berkaitan dengan desa Cikoang kecamatan Mangara Bombang Kabupaten Takalar. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat penjelas yang muncul adalah kalimat dengan ide pokok yang berbeda, yaitu kalimat yang mendeskripsikan objek wisata Berugaya dan kalimat yang mendeskripsikan masyarakat Berugaya. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun dengan demikian, kalimat ide pokok tersebut masih dapat diselaraskan dengan cara menghilangkan kalimat-kalimat penjelas yang mendeskripsikan objek wisata Berugaya dan kalimat yang mendeskripsikan masyarakat Berugaya. Perhatikan perbaikan paragraf (5) di atas di bawah ini.

(6a)

Desa Cikoang kecamatan Mangara Bombang merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Takalar. Desa Cikoang  merupakan sebuah desa yang terletak di bagian selatan kota Makassar. Jarak desa tersebut  dari kota Makassar ± 40 km. Desa ini terkenal dengan  keindahan alamnya. Oleh karena itu, di desa tersebut terdapat banyak objek wisata yang belum terjamah investor sehingga kealamiannya masih sangat terjaga.

 

(3) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi

Indikator  pola pengembangan paragraf yaitu terdapat 85,52 % dengan kategori  “sangat baik”, Indikator organisasi penyajianterdapat 87,70% dengan kategori “sangat baik”, Indikator pemahaman syarat paragrafterdapat 70,57%dengan kategori “baik”, dan dan indikator pemahaman unsur paragraf72,16%dengan kategori “baik”. Berikut data sampel paragraf mahasiswa yang dianalisis secara random.

 Data (13)

Penyebab meninggalnya Michael Jackson menjadi  pemberitaan utama pers di Amerika Serikat. Mereka mencari fakta penyebab kematian king of pop atau raja pop sedunia itu. Ada yang berpendapat bahwa kematian Michael Jakson disebabkan oleh  terlalu banyak mengkomsumsi obat-obatan yang membahayakan tubuh.Seorang asisten pribadinya berpendapat bahwa kematian king of pop disebabkan oleh kesalahan dokter pribadinya yang memberikan obat penenang yang terlalu banyak sehingga kelebihan dosis.Dengan banyaknya pendapat tentang kematian king of pop secara tiba-tiba maka dokter pribadinya mengklarifikasi pendapat-pendapat yang simpang siur yang beredar di Washinton DC.Dokter pribadi mengatakan bahwa kematian raja pop sedunia disebabkan karena kecapean dan kurangnya istirahat.

 

Paragraf (13) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf eksposisi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “penyebab meninggalnya Michael Jackson menjadi  pemberitaan utama pers di Amerika Serikat”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal berkaitan penyebab kematian Michael Jackson. Hal ini telah dilakukan dengan baik dalam pargaraf di atas. Semua kalimat penjelas, menjabarkan tentang kemungkinan penyebab meninggalnya Michael Jackson. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tidak terganggu dalam paragraf di atas. Koherensi paragraf (13) di atas dapat dilihat melalui repetisi king of pop.

Data (14)

Di dunia yang serba canggih, banyak hal memudahkan kehidupan manusia. Di antaranya banyak gadget atau perangkat elektonik yang memanjakan kehidupan manusia.Salah satu di antaranya yaitu alat komunikasi.Alat komunikasi ini, berkembang sedmikian pesatnya.Yaitu berkomunikasi bukan hanya melalui suara, tetapi dengan gambar manusia itu sendiri sehingga penyampaian pesan, dapat dengan mudah tersampaikan.

Paragraf (14) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf eksposisi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Di dunia yang serba canggih, banyak hal memudahkan kehidupan manusia”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat penjelas yang muncul yakni pada kalimat (2) membahas perangkat elektronik secara umum. Kemudian kalimat (3) membahas sarana komunikasi. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan menghilangkan kalimat yang tidak langsung menjurus pada kalimat topik. Perhatikan perbaikan paragraf (14) berikut ini.

(14a)

Banyak hal yang dapat memudahkan kehidupan manusia  di dunia yang serba canggih ini. Salah satu di antaranya yaitu alat komunikasi. Alat komunikasi ini, berkembang sedemikian pesatnya sehingga komunikasi dapat berjalan lebih intens dibandingkan sebelumnya. Kini, berkomunikasi tidak hanya melalui suara, tetapi dapat  juga dengan gambar.  Dengan demikian penyampaian informasi atau pesan akan lebih mudah.

(4) Hasil Analisis Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi

Indikator pola pengembangan paragraf, yaitu terdapat 82,90 dengan kategori “baik”, Indikator organisasi penyajianterdapat 82,02dengan kategori “baik”, Indikator pemahaman syarat paragrafterdapat 71,94 dengan kategori “baik”, dan Indikator pemahaman unsur paragraf71,47dengan kategori “baik”. Berikut data sampelparagraf mahasiswa yang dianalisis secara random.

Data (29)

Pemerintah harus memperhatikan masalah banjir yang melanda DKI Jakarta, jika tidak, ini dapat merugikan banyak orang terutama yang terkena banjir. Begitupula dengan masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi masalah banjir tersebut. Hal ini dapat dilakukan apabila masyarakat dan pemerintah bersatu.Salah satu solusi untuk mencegah banjir yaitu dengan cara lebih menghijaukan kota DKI Jakarta dengan cara menanam pohon agar air dapat terserap. Selain itu masyarakat juga harus menjaga kebersihan lingkungan yaitu tidak membuang sampah ke sembarang tempat dan bergotong royong membersihkan selokan-selokan yang tersumbat agar air bisa mengalir dengan lancar.

Paragraf (29) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “pemerintah harus memperhatikan masalah banjir yang melanda DKI Jakarta, jika tidak, ini dapat merugikan banyak orang terutama yang terkena banjir”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan muncul adalah hal-hal yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir tersebut. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat yang muncul adalah kalimat dengan ide pokok yang berbeda, yaitu kalimat yang menyatakan peran masyarakat yang menekankan pentingnya mereka bekerja sama dengan pemerintah. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tersebut menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan bantuan kalimat penghubung yaitu “salah satu yang mendesak dilakukan oleh pemerintah ialah menggalang partisipasi masyarakat dalam mengatasi banjir”. Perhatikan perbaikan paragraf (29a) berikut ini.

(29a)

Pemerintah harus memperhatikan masalah banjir yang melanda DKI Jakarta, jika tidak, ini dapat merugikan banyak orang terutama yang terkena banjir. Salah satu yang mendesak dilakukan oleh pemerintah ialah menggalang partisipasi masyarakat dalam mengatasi banjir. Hal ini dapat dilakukan apabila masyarakat dan pemerintah bersatu. Selain itu, masyarakat juga dihimbau menjaga kebersihan lingkungan yaitu tidak membuang sampah ke sembarang tempat dan diajak bergotong royong membersihkan selokan-selokan yang tersumbat agar air bisa mengalir dengan lancar. 

Tabel 4.26.Nilai Rata-rata Kumulatif Menulis Paragraf Uji Coba II

No

Jenis Paragraf

Nilai Rata-rata Kelas

Nilai Rata-rata

Kelas B

Kelas D

Kelas F

Kumulatif

1.

Narasi

80,52

80,10

79,01

79,88

2.

Deskripsi

77,68

80,21

78,40

78,76

3.

Eksposisi

78,28

76,25

82,43

78,99

4.

Argumentasi

79,88

75,10

76,26

77,08

 

Apabila diilustrasikan ke dalam grafik, nilai rata-rata keseluruhan kelas menulis paragraf sebagai berikut.

Grafik 4.9. Nilai Rata-rata Kumulatif Menulis Paragraf

Berdasarkan tabel hasil belajar menulis paragraf tersebut, diketahui nilai rata-rata keseluruhan kelas sangat bervariatif dari empat jenis paragraf yang diajarkan. Paragraf narasi untuk kelas B 80,52, dikelas D 80,01, dan dikelas F 79,01,sehingga nilai rata-rata kumulatif untuk keseluruhan kelas pada paragra narasi yaitu, 79,88. Paragraf deskripsi untuk kelas B 77,68, kelas D 80,21, dan kelas F 78,40 dengan nilai rata-rata kumulatif untuk keseluruhan kelas pada paragraf deskripsi, yaitu 78,76. Paragraf eksposisi untuk kelas B 78,28, kelas D 76,25 dan kelas F 82,43 dengan nilai rata-rata kumulatif untuk keseluruhan kelas pada paragraf eksposisi, yaitu 78,99. Paragraf argumentasi untuk kelas B 79,88, kelas D 75,10, dan kelas F 76,26Nilai rata-rata kumulatif untuk keseluruhan kelas pada paragraf argumentasi, yaitu 77,08.

f.     Hasil Postes

 

Tabel 4.27.

Statistik Skor Postes Uji Coba Kedua

 

Statistik

Nilai Statistik

Kelas B

Kelas D

Kelas F

Subjek Penelitian

33

32

22

Skor Maksimum Ideal

100

100

100

Skor Rata-rata

75,44

74,23

75,46

Skor Tertinggi

91,1

91

91,5

Skor Terendah

46,5

43

44

Rentang Skor

44,6

48

47,5







 

Berdasarkan tabel 4.27 diketahui skor rata-rata hasil pretes mahasiswa kelas B 75,44,  kelas D 74,23, dan kelas F 75,46 dari skor ideal yang  dicapai, yaitu 100. Skor tertinggi untuk kelas B 91,1, kelas D 91, dan kelas F 91,5. Skor terendah kelas B 46,5, kelas D 43, dan kelas F 44,4. Jika skor hasil pretes mahasiswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil postes seperti disajikan pada tabel 4.28 berikut:

 

 

Tabel 4.29.

Deskripsi Ketuntasan Postes Mahasiswa

No

Skor

Kategori

Ketuntasan

Kelas B

Kelas D

Kelas F

Fek

(%)

Frek

(%)

Frek

(%)

1

0-64

Tidak tuntas

5

15.16

6

18.75

5

22.72

2

65-100

Tuntas

28

84.84

26

81.25

17

77.28













 

Berdasarkan tabel 4.29 diketahui bahwa kelas B terdapat 5 mahasiswa (15,16%) yang belum tuntas dan 28 mahasiswa (84,84%) yang telah tuntas, kelas D terdapat 6 mahasiswa (18,75%) yang belum tuntas dan 26 mahasiswa (81,25%) yang telah tuntas, dan kelas F terdapat 5 mahasiswa (22,72%) yang belum tuntas dan 17 mahasiswa (77,28%) yang telah tuntas.

Tabel 4.30.    Hasil Ketuntasan Postes

No.

Nilai

Kategori

Frekuensi

Persentase

1

0-64

Tidak tuntas

16

18,39

2

65-100

Tuntas

71

81,61

`

Apabila hasil ketuntasan pretes diilustrasikan dalam bentuk grafik, tampak seperti berikut ini.

Grafik 4.10. Ketuntasan Hasil Postes

Berdasarkan Tabel 4.30 dan Grafik 4.10 diketahui bahwa dari 87 mahasiswa terdapat 16 mahasiswa (18,39%) yang belum tuntas belajar dan 71 mahasiswa (81,61%) yang telah tuntas. Ini berarti ketuntasan hasil postes secara keseluruhan telah meningkat dan terdapat 71 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar.

Tabel 4.11.Ketuntasan Hasil Pretes & Postes Menulis Paragraf

No.

Nilai

Kategori

Pretes

Postes

Frekuensi

Persentase

Frekuensi

Persentase

1

0-64

Tidak Tuntas

55

63,22

16

18,39

2

65-100

Tuntas

32

36,78

71

81,61

 

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, pada pretes terdapat 55 mahasiswa (63,22%) yang masuk dalam kategori tidak tuntas dan 32 mahasiswa (36,78%) yang masuk dalam kategori tuntas, sedangkan pada postes terdapat 16 mahasiswa (18,39%) yang masuk dalam kategori tidak tuntas dan 71 mahasiswa (81,61%) yang masuk dalam kategori tuntas. Ini menanandakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan. Pada pretes hanya 32 mahasiswa (36,78%) yang tuntas kemudian meningkat pada postes yaitu 71 mahasiswa (81,61%).

Berikut data paragraf mahasiswa yang dianalisis secara kualitatif:

Paragraf Deskripsi   

Data (1)

Pemandangan di pantai membuat siapa saja merasa tentram.Nampak pasir putih, ombak yang tenang serta laut yang biru.Tak heran banyak orang yang bergerak berjalan-jalan ke tengah pantai.Demikian juga sejumlah pemuda bersenda gurau berenang di pantai itu.

Paragraf (1) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf deskripsi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “pemandangan di pantai membuat siapa saja merasa tentram”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang menyebabkan pantai tersebut membuat siapa saja merasa tentram. Namun hal ini tidak dilakukan. Kalimat yang muncul adalah kalimat dengan ide pokok yang berbeda yaitu kalimat yang menyatakan orang berjala-jalan ke tengah pantai dan pemuda bersenda gurau berenang di pantai itu (kalimat 3 dan 4).  Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, ide pokok tersebut masih dapat diselaraskan mengganti kalimat yang beride pokok lain tersebut dengan kalimat yang mendukung kalimat topik paragraf tersebut. Perhatikan perbaikan paragraf (1) berikut ini.

(1a)

Pemandangan indah di pantai membuat siapa saja yang melihatnya merasa tentram. Nampak pasir putih yang menghiasi pantai itu. Selain itu, ombak yang tenang serta laut yang biru menambah indahnya pemandangan.Indahnya pemandangan pantai itu, dilengkapi dengan pohon kelapa yang tumbuh subur di pesisir pantai.

Pemandangan indah di pantai membuat siapa saja yang melihatnya merasa tentram. Nampak pasir putih yang menghiasi pantai itu. Selain itu, ombak yang tenang serta laut yang biru menambah indahnya pemandangan.Indahnya pemandangan pantai itu, dilengkapi dengan pohon kelapa yang tumbuh subur di pesisir pantai.

Argumentasi

Data  (4)

Makassar memang sudah kronis dalam masalah kemacetan. Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya ruas jalan.Sementara itu, jumlah kendaraan terus bertambah. Akibatnya hampir setiap hari jalan-jalan utama di kota Makassar mengalami kemacetan.Hal ini harusnya menjadi prioritas pemerintah.

Paragraf (4) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “Makassar memang sudah kronis dalam masalah kemacetan”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang menyebabkan kemacetan itu dan akibatnya. Hal ini tidak dilakukan dalam paragraf (3) di atas.  Kalimat yang muncul adalah kalimat yang berisi penyebab dan akibat dari kemacetan di Makassar itu. Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf tidak terganggu dalam paragraf tersebut. Koherensi dalam paragraf di atas ditandai dengan penggunaan kata transisi yaitu akibatnya dan sementara itu.

Data (5)

Daerah Makassar memang sekarang sudah menjadi langganan kemacetan setiap hari. Itu disebabkan karena kecilnya ruas-ruas jalan yang ada di Makassar. Di samping itu, kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat terus bertambah, karena tidak bisa menekan produksi kendaraan. Akibat ditimbulkan adalah kemacetan yang tidak dapat dihindari setiap hari apalagi pada waktu pagi dan sore hari.

Paragraf (5) di atas sebenarnya dipersiapkan menjadi paragraf argumentasi. Hal ini dapat dilihat pada rumusan kalimat topik “daerah Makassar memang sekarang sudah menjadi langganan kemacetan setiap hari”. Berdasarkan kalimat topik tersebut, maka kalimat-kalimat penjelas yang diharapkan hadir adalah hal-hal yang menyebabkan kemacetan tersebut. Namun hal ini tidak dilakukan dengan baik karena terdapat anak kalimat yang sumbang yaitu karena tidak bisa menekan produksi kendaraan (kalimat 3). Dengan demikian, baik kesatuan ide maupun koherensi paragraf menjadi terganggu dalam paragraf di atas. Walaupun demikian, paragraf di atas masih dapat diperbaiki dengan mengganti kalimat sumbang tersebut dengan kalimat yang berkaitan langsung dengan kalimat topik. Perhatikan perbaikan paragraf (5a) berikut ini.

Data (5a)

Daerah Makassar memang sekarang sudah menjadi langganan kemacetan setiap hari. Itu disebabkan karena kecilnya ruas-ruas jalan yang ada di Makassar. Di samping itu, kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat terus bertambah. Akibat yang ditimbulkan adalah kemacetan yang tidak dapat dihindari setiap hari apalagi pada waktu pagi dan sore hari.

C.  Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis data menunjukkan bahwa model MPBK tipe P2RE memenuhi kriteria valid dan efektif. Penerapan model MPBK tipe P2RE memerlukan kesiapan yang baik dari seseorang dosen terutama dalam mengembangkan menulis paragraf. Penerapan model MPBK  tipe P2RE dapat berlangsung dengan baik ketika dosen mampu menyesuaikan diri dengan kemampuan menulis paragraf mahasiswa yang dikategorikan baik. Dalam hal ini dosen memfasilitasi mahasiswa yang dapat membantu kebutuhan mahasiswa, menggali pengalaman belajar mahasiswa, memberikan penguatan, dan mengembangkan hubungan personal positif.

Karena aktivitas mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong tinggi, hasil belajar menulis paragraf tergolong tinggi, dan respons mahasiswa positif terhadap pelaksanaan model MPBK tipe P2RE, maka model MPBK tipe P2RE memiliki kriteria keefektifan suatu model.

Penulisan paragraf dari hasil pekerjaan mahasiswa sejalan dengan apa yang telah diungkapkan oleh Keraf (2004:90) dan Tarigan (2008:87) di atas, bahwa paragraf tersebut terdapat makna yang dikembangkan dengan kumpulan beberapa kalimat (kalimat penjelas) yang saling terkait atau terhubung satu sama lain (koheren) dan tersusun secara logis dan sistematis. Paragraf tersebut juga dikembangkan hanya dengan membahas satu pikiran utama.

Implementasi model pembelajaran berbasis konstruktivisme (MPBK) dalam pembelajaran, memberikan hasil yang baik dalam menulis paragraf. Respons mahasiswa terlihat baik, aktivitas mahasiswa terlihat baik, dan aktivitas dosen juga terlihat baik. Peningkatan hasil belajar tersebut adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Piaget dan Vygotsky.

Sejalan dengan teori konstruktivisme di atas, pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf dengan model pembelajaran berbasis konstruktivisme kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf terlihat baik. Sebagaimana terlihat pada uji coba pertama paragraf narasi, yaitu 76,28, paragraf deskripsi yaitu, 78,29, paragraf eksposisi, yaitu 80,49, dan paragraf argumentasi, yaitu 78,86. Uji coba kedua paragraf narasi yaitu, 79,88, paragraf deskripsi, yaitu 78,76, paragraf eksposisi, yaitu 78,99, dan paragraf argumentasi, yaitu 77,08.

Dari nilai yang diperoleh pada uji coba pertama dan kedua, terdapat beberapa kategori penilaian yang ditetapkan dalam paragraf. Pada uji coba pertama, paragraf narasi kategori penilaian, yaitu urutan cerita dengan nilai 83,54, sudut pandang 85,02, struktur perbuatan 68,40, dan pemahaman syarat paragraf 68,17. Paragraf deskripsi kategori penilaian, yaitu gaya penyajian dengan nilai 72,65, organisasi penyajian 78,66, penggambaran latar 80,87, dan pemahaman syarat paragraf 71,94. Paragraf eksposisi kategori penilaian, yaitu pola pengembangan paragraf dengan nilai 86,88, organisasi penyajian 86,22, pemahaman syarat paragraf 72,19, dan pemahaman unsur paragraf 76,74. Dan paragraf argumentasi kategori penilaian, yaitu pola pengembangan paragraf dengan nilai 83,88, organisasi penyajian 84,17, pemahaman syarat paragraf 71,67, dan pemahaman unsur paragraf 75,71.

Pada uji coba kedua, paragraf narasi kategori penilaian, yaitu urutan cerita dengan nilai 82,35, sudut pandang 85,51, struktur perbuatan 75,74, dan pemahaman syarat paragraf 75,91. Paragraf deskripsi kategori penilaian, yaitu gaya penyajian dengan nilai 72,88, organisasi penyajian 85,04, penggambaran latar 85,04, dan pemahaman syarat paragraf 71,24. Paragraf eksposisi kategori penilaian, yaitu pola pengembangan paragraf dengan nilai 85,52, organisasi penyajian 87,70, pemahaman syarat paragraf 70,57, dan pemahaman unsur paragraf 72,16. Dan paragraf argumentasi kategori penilaian, yaitu pola pengembangan paragraf dengan nilai 82,90, organisasi penyajian 82,02, pemahaman syarat paragraf 71,94, dan pemahaman unsur paragraf 71,47.

C.      Efektivitas model pembelajaran  menulis  paragraf bahasa Indonesia berbasis  konstruktivisme (MPBK)  tipe P2RE dalam   memacu kreativitas  menulis mahasiswa

Keefektifan pembelajaran menulis paragraf dengan model MPBK tipe P2RE ditentukan oleh tiga aspek, (1) hasil belajar, (2) tingkat aktivitas mahasiswa, dan dosen, dan (3) respons mahasiswa. Untuk uji coba pertama memenuhi kriteria keefektifan. Pada aspek aktivitas mahasiswa rata-rata, (1) hasil belajar (78,85%), (2) tingkat aktivitas mahasiswa yaitu, (90,04%), tingkat aktivitas dosen (3,34%) dari skala 4, dan (3) respons mahasiswa pada uji coba pertama untuk kategori sangat senang (41,36%), senang (41,29%), cukup senang (16,58%), dan tidak senang yaitu, (0,77%), kemudian pada   aspek responss mahasiswa uji coba pertama pada aspek bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat senang yaitu, (41,36), senang, yaitu (41,29%), cukup senang (16,58%), dan tidak senang, yaitu (0,77%). Aspek kedua yaitu,  bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat baru 16,07%, baru 42,10%, cukup baru 20,25%, dan tidak baru 21,35. Aspek terakhir, yaituberminat mengikuti pelajaran pada kategori sangat berminat 47.60%, berminat 40,50%, cukup berminat 11,90%, dan tidak berminat 0,00%. Uji coba kedua pada aspek bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat senang yaitu, 36,91%, senang yaitu, 50,97%, cukup senang 11,65%, dan tidak senang, yaitu 0,23%. Aspek kedua, yaitu bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat baru 22,86%, baru 42,59%, cukup baru 23,55%, dan tidak baru 11,19. Aspek terakhir, yaitu berminat mengikuti pelajaran pada kategori sangat berminat 57,93%, berminat 38,63%, cukup berminat 3,37%, dan tidak berminat 0,00%. Secara kumulatif uji coba pertama dan uji coba kedua, yaitu pada aspek bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat senang yaitu, 39,14, senang yaitu, 46,13%, cukup senang 14,12%, dan tidak senang, yaitu 0,50%. Aspek kedua, yaitu bahan ajar, LKM, suasana pembelajaran di kelas, cara dosen mengajar, dan penampilan dosen pada kategori sangat baru 19,47%, baru 42,35%, cukup baru 21,90%, dan tidak baru 16,27%. Aspek terakhir yaitu, berminat mengikuti pelajaran pada kategori sangat berminat 52,77%, berminat 39,57%, cukup berminat 7,64%, dan tidak berminat 0,00%.

a. Mutu Penguasaan Paragraf Narasi

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi karakteristik paragraf narasi sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari dua karakteristik utama paragraf narasi yaitu kronologis dan penokohan. Kronologis cerita paragraf narasi mahasiswa sudah baik. Hal ini disebabkan oleh secara umum paragraf mahasiswa sudah menunjukkan ciri kronologis. Ciri kronologis itu sendiri merupakan  salah satu ciri paragraf narasi.  Selain dari segi kronologis, mutu penguasaan paragraf narasi mahasiswa dari segi penokohan, juga sudah baik. Hai ini disebabkan oleh secara umum paragraf narasi mahasiswa sudah menunjukkan adanya tokoh dalam cerita yang dikembangkan. Tokoh tersebut digambarkan dengan baik, sekalipun dalam penggunaan kata ganti, ditemukan adanya ketidaktepatan. Misalnya tokoh cerita yang terdiri atas dua tokoh, diganti dengan kata ganti dia. Hal ini merupakan ketidakcermatan mahasiswa dalam menggunakan kata ganti tokoh, karena seharusnya yang digunakan adalah mereka.

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi penggunaan sudut pandang penulis masih lemah. Hal ini disebabkan oleh secara umum, mahasiswa belum bisa  menggunakan sudut pandang penulis dengan tepat. Penggunaan kata ganti aku, dia, kami, dan mereka yang berkaitan dengan sudut pandang, sering kali dipertukarkan. Selain itu, mahasiswa juga seringkali menggunakan dua sudut pandang secara bersamaan dalam satu paragraf misalnya menggunakan aku pada kalimat pertama, dan menggunakan kami pada kalimat-kalimat selanjutnya. Tidak hanya itu, terdapat pula paragraf narasi yang kalimat pertamanya menyebutkan dua tokoh, namun pada kalimat selanjutnya diganti dengan kata ganti dia.

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi penggunaan sudut pandang penulis yang masih lemah juga bepengaruh pada koherensi paragraf mahasiswa. Paragraf mahasiswa sebagian masih tidak koheren karena mahasiswa kadang-kadang kurang tepat dalam menggunakan kata ganti seperti aku, dia, kami, dan mereka, sebagai salah satu cara membentuk koherensi dalam paragraf. Selain itu, mahasiswa juga sering menggunakan kalimat yang sumbang dalam paragraf yang dibuatnya.

 

b. Mutu Penguasaan Paragraf Deskripsi

              Mutu penguasaan paragraf deskripsi mahasiswa dari segi karakteristik paragraf deskripsi sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari segi penggambaran objek paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi mahasiswa sudah memenuhi salah satu karasteristik paragraf deskripsi yaitu menggambarkan objek secara detail. Penggambaran objek secara rinci dan detail adalah hal yang penting dalam paragraf deskripsi karena hal ini merupakan karakteristik utama paragraf deskripsi. Tidak hanya itu, objek dari paragraf deskripsi mahasiswa juga sudah baik. Hal ini disebabkan oleh semua paragraf deskripsi mahasiswa menggunakan objek yang dapat diindra. Hal ini sesuai dengan karakteristik paragraf deskripsi yang umumnya menyangkut objek yang dapat diindra oleh pancaindra.  Gaya penyajian paragraf deskripsi mahasiswa sudah lebih lugas dan mampu menggugah emosi pembaca. Tidak hanya itu kalimat yang dapat menimbulkan keambiguan juga tidak ditemukan dalam paragraf deskripsi mahasiswa.

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi pola pengembangan paragraf juga sudah baik. Hal ini disebabkan oleh pola pengembangan paragraf deskripsi mahasiswa lebih mudah ditentukan. Paragraf deskripsi mahasiswa lebih muda ditentukannya, deduktif atau induktif. Hal ini juga berkaitan erat dengan penyajian objek yang sudah detail dengan menggunakan bahasa yang lebih lugas.

              Berbeda halnya dengan segi penggambaran objek, gaya penyajian dan pola pengembangan yang sudah baik, mutu penguasaan paragraf deskripsi mahasiswa dari segi organisasi penyajian masih lemah. Hal ini disebabkan oleh adanya paragraf deskripsi mahasiswa yang penggunaan bahasanya tidak lancar dan terpotong-potong. Hal ini berdampak pada pendeskripsian suatu objek yang tidak maksimal. Selain itu, penggunaan bahasa yang terpotong-potong juga berdampak pada ketidaklengkapan dan ketidakutuhan gagasan yang ingin disampaikan melalui paragraf deskripsi tersebut.

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi kesatuan ide paragraf deskripsi juga masih lemah. Hal ini disebabkan oleh adanya paragraf mahasiswa berisi lebih dari satu ide pokok.  Paragraf mahasiswa sebagian masih tidak koheren. Hal ini disebabkan mahasiswa kurang tepat dalam menggunakan kata ganti, sebagai salah satu cara membentuk koherensi dalam paragraf.  Selain itu, mahasiswa juga sering menggunakan kalimat yang sumbang dalam paragraf yang dibuatnya sehingga koherensi paragraf ditemukan dalam paragraf tersebut.

 

c. Mutu Penguasaan Paragraf Argumentasi

              Mutu penguasaan paragraf argumentasi mahasiswa dari segi karakteristik paragraf argumentasi sudah baik. Hal ini dapat dilihat melalui salah satu ciri paragraf argumentasi, yaitu mengungkapkan ide-ide, atau pendapat penulis dengan diikuti bukti dan fakta yang telah ditemukan dalam paragraf argumentasi mahasiswa. Secara umum paragraf argumentasi mahasiswa sudah disertai dengan bukti dan fakta yang dapat meyakinkan pembaca. Namun, masih ada juga beberapa paragraf argumentasi mahasiswa yang belum disertai bukti dan fakta.

              Mutu penguasaan paragraf argumentasi mahasiswa dari segi pemahaman unsur paragraf sudah baik. Paragraf argumentasi mahasiswa sudah menunjukkan adanya pemahaman unsur paragraf karena telah terdapat kalimat topik, kalimat penjelas, dan kalimat penegas, sekalipun susunannya seringkali tidak sistematis.

              Berbeda halnya dengan mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi pemahaman unsur paragraf yang sudah baik, mutu penguasaan paragraf argumentasi mahasiswa dari segi kesatuan ide masih lemah.  Hal ini disebabkan oleh paragraf mahasiswa berisi lebih dari satu ide pokok. Keberadaan dua ide pokok atau lebih dalam satu paragraf akan membuat kesatuan ide paragraf tidak ditemukan.

              Mutu penguasaan paragraf argumentasi mahasiswa dari segi koherensi paragraf juga masih lemah. Hal ini disebabkan oleh mahasiswa kurang tepat dalam menggunakan kata ganti, sebagai salah satu cara membentuk koherensi dalam paragraf. Penggunaan kata ganti aku, dia, kami, dan mereka sering kali dipertukarkan. Selain itu, mahasiswa juga sering menggunakan kalimat yang sumbang dalam paragraf yang dibuatnya.

              Mutu paragraf argumentasi mahasiswa dari segi penggunaan bahasa masih lemah. Penggunaan bahasa mahasiswa seringkali terpotong-potong. Hal ini mengakibatkan gagasan yang ingin disampaikan dalam paragraf tidak lengkap atau utuh.

 

d. Mutu Penguasaan Paragraf Eksposisi

            Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi karakteristik paragraf eksposisi, terutama dari segi tujuan paragraf eksposisi dan penggunaan bahasa yang lugas serta tidak memihak sudah baik. Salah satu karakteristik paragraf eksposisi adalah bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan (Keraf, 1981:3).. Hal ini sudah ditemukan dalam paragraf mahasiswa. Paragraf eksposisi mahasiswaa sudah menunjukkan adanya upaya untuk memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan kepada pembaca. Selain itu, karakteristik lain dari paragraf eksposisi adalah penggunaan bahasa yang lugas dan tidak memihak (Semi, 1995:71). Paragraf eksposisi mahasiswa sudah menggunakan bahasa yang sangat lugas tanpa menunjukkan adanya keberpihakan pada pihak manapun dalam paragraf argumentasi yang dibuatnya.

Mutu penguasaan paragraf eksposisi mahasiswa dari segi organisasi paragraf, sudah baik. Paragraf eksposisi mahasiswa sudah tersusun rapi, pemakaian kalimat topiknya sudah baik, dan alur karangan lebih mudah diikuti.

Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi pola pengembangan paragraf sudah baik. Hal ini disebabkan oleh pola pengembangan paragraf mahasiswa sudah lebih mudah ditentukan, deduktif atau induktif. Namun demikian, masih ada paragraf yang dibuat oleh mahasiswa yang hanya terdiri atas satu kalimat panjang.

              Berbeda halnya dengan mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi organisasi paragraf yang sudah baik, mutu penguasaan paragraf eksposisi mahasiswa dari segi kesatuan ide paragraf masih lemah. Hal ini disebabkan oleh adanya paragraf mahasiswa berisi lebih dari satu ide pokok. Dengan demikian, kesatuan ide dalam paragraf ditemukan dalam paragraf tersebut. 

              Mutu penguasaan paragraf mahasiswa dari segi koherensi paragraf juga masih lemah. Paragraf mahasiswa sebagian masih tidak koheren karena  mahasiswa sering menggunakan kalimat yang sumbang dalam paragraf yang dibuatnya sehingga koherensi paragraf ditemukan dalam paragraf tersebut.

 

D.    Temuan

a.          Temuan dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Ketercapaian tujuan penelitian, yaitu sejauh mana tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai. Ketercapaian ini dikaitkan dengan kevalidan,  dan keefektifan model pembelajaran.

Temuan khusus penelitian ini yaitu temuan yang diperoleh selama proses uji coba model pembelajaran, terutama yang terkait dengan kondisi mahasiswa sebagai subjek uji coba. Temuan ini terdiri atas empat hal, yang akan dibahas satu per satu di bawah ini.

Pertama, proses pengujian awal (validasi) ternyata model pembelajaran dinyatakan valid ditinjau dari keselururhan  aspek/komponen model, namun, teori-teori belajar yang dikemukakan dianggap belum cukup untuk mendukung model pembelajaran. 

Kedua, secara teoretis, berdasarkan hasil penilaian ahli model pembelajaran dinyatakan layak diterapkan di kelas. Secara empiris, berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran pada uji coba I yang dinyatakan sudah memenuhi kriteria kepraktisan dan ditingkatkan keterlaksanaannya pada uji coba II.

Ketiga,  hasil pelaksanaan penyebaran berjalan dengan baik.Artinya, efektivitas pembelajaran selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model MPBK tipe P2ER terpenuhi.

              Keempat,  hasil belajar menulis paragraf mahasiswa ada tiga aspek, yaitu nilai konstruktivisme, nilai kesatuan gagasan, dan nilai koherensi.

1)      Nilai Konstruktivisme

            Pada uji coba 1 dengan nilai rata-rata 76,28 dengan presentase ketuntasan 81,32%, Hasil belajar menulis paragraf mahasiswa pada uji coba 2 dengan nilai rata-rata 79,88 dengan presentase ketuntasan 81,61%, hasil belajar mahasiswa untuk paragraf narasi pada uji coba pertama yaitu, 76,28, paragraf deskripsi 78,29, paragraf eksposisi 80,49, dan paragraf argumentasi 78,86 dan pada uji coba 2, yaitu paragraf narasi 79,88, paragraf deskripsi 78,76, paragraf eksposisi 78,99, dan paragraf argumentasi 77,08.   Peningkatan tersebut terjadi karena ketidaksatuan ide dan ketidakkoherensian paragraf yang terjadi pada uji coba 1 telah berkurang pada uji coba 2. Paragraf mahasiswa sudah menunjukkan adanya kesatuan ide dan koherensi paragraf, sekalipun masih ada juga yang belum menunjukkan keduanya.

            Jika nilai keempat paragraf dibandingkan, ketuntasan nilai mahasiswa yang paling tinggi yakni 80, 49 dapat dilihat pada paragraf eksposisi. Paragraf eksposisi mahasiswa, jika dibandingkan dengan deskripsi, argumentasi dan narasi, lebih dominan menunjukkan adanya kesatuan ide dan koherensi paragraf. Selain itu, penggunaan bahasa mahasiswa dalam paragraf eksposisi jauh lebih lancar dan tidak terpotong-potong jika dibandingkan dengan jenis paragraf lain, terutama argumentasi.

Pada pretes mahasiswa masih belum bisa menguraikan karakteristik paragraf narasi dengan baik. Kronologis dan penokohan sebagai salah satu karakteristik paragraf narasi belum diketahui oleh mahasiswa. Akan tetapi, pada postes terlihat adanya peningkatan. Mahasiswa sudah mampu menunjukkan karakteristik paragraf narasi, terutama dari segi kronologis dan penokohan. Koherensi paragraf juga telah ditemukan dalam paragraf yang dibuat oleh mahasiswa.

            Pada pretes, mahasiswa masih belum bisa menguraikan karakteristik paragraf deskripsi dengan benar. Akan tetapi, setelah postes  mahasiswa sudah bisa menguraikan karakteristik paragraf deskripsi. Selain itu, paragraf mahasiswa sudah menunjukkan adanya kesatuan ide dan koherensi paragraf.

Pada pretes, mahasiswa masih belum memahami dengan baik mengenai karakteristik paragraf argumentasi yang baik.  Akan tetapi setelah postes, mahasiswa sudah mampu mengembangkan paragraf argumentasi berdasarkan karakteristik paragraf argumentasi. Paragraf argumentasi mahasiswa juga telah disertai dengan bukti dan fakta yang mendukung gagasan. Selain itu, secara umum paragraf argumentasi mahasiswa sudah menunjukkan adanya kesatuan ide dan koherensi paragraf dalam paragraf yang mereka buat. Kalimat sumbang sudah jarang ditemukan dalam paragraf argumentasi mahasiswa.

Pada pretes, mahasiswa masih belum bisa mengembangkan paragraf eksposisi  dengan baik. Akan tetapi, setelah postes kesatuan ide dan koherensi paragraf sudah teramati dalam paragraf eksposisi mahasiswa. Paragraf eksposisi mahasiswa juga telah menunjukkan penggunaan bahasa yang lugas.

2)      Nilai Kesatuan Gagasan

             Sebelum tindakan pembelajaran, mahasiswa sering membahas dua bahkan tiga ide pokok secara sekaligus dalam satu paragraf. Hal ini menentang syarat kesatuan, seperti yang dikemukan oleh Keraf (2004:74). Akan tetapi, setelah tindakan model pembelajaran, mahasiswa sudah dapat membuat paragraf yang hanya membahas satu ide pokok.

3)      Nilai Koherensi

            Sebelum tindakan model pembelajaran, secara umum paragraf mahasiswa tidak menunjukkan koherensi. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata ganti misalnya dia, mereka, kami sebagai salah satu cara untuk membentuk koherensi dalam paragraf. Setelah tindakan model pembelajaran, paragraf mahasiswa sudah menunjukkan adanya koherensi. Dengan demikian paragraf yang dibuat mahasiswa setelah tindakan model pembelajaran dapat dikategorikan baik.

             .

E.  Temuan Penelitian

Temuan penelitian ini sebagai berikut.

1)   Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa model MPBK memenuhi kriteria validitas, yaitu, semua validator menyatakan bahwa (1) model MPBK yang dikembangkan didasarkan pada pertimbangan teori yang kuat, dan (2) komponen model  MPBK tipe P2RE memiliki keterkaitan secara konsisten dengan kategori baik, dan (3) terciptanya model interaktif kooperatif.

2)   Kegiatan pelaksanaan pembelajaran model MPBK tipe P2RE yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas empat fase, yaitu, fase persiapan, fase pengorganisasian, fase reflektif, dan fase evaluasi.

3)   Hasil pengujian keefektifan model MPBK tipe P2RE menunjukkan bahwa model pembelajaran MPBK tipe P2RE memenuhi kriteria keefektifan, yaitu, kemampuan dosen mengelola pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran MPBK tipe P2RE dikategorikan baik. Persentase rata-rata aktivitas dosen dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf sesuai model MPBK tipe P2RE lebih dari 3,33 dengan kategori baik dan  rata-tara persentase aktivitas mahasiswa lebih dari 90, 23 %. Rata-rata hasil pekerjaan mahasiswa pada lembar kegitan mahasiswa bernilai baik, rata-rata hasil tes mahasiswa bernilai baik, serta mahasiswa dan dosen memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang menggunakan model MPBK tipe P2RE.

4)   Model MPBK tipe P2RE tidak serta merta memperkaya pengetahuan diri mahasiswa disebabkan oleh model ini hanya membantu mahasiswa meningkatkan motivasi dan minat di dalam pembelajaran sehingga hasil menulis paragraf mengalami peningkatan.

      5) Pembelajaran dengan model MPBK berdampak pada pencapaian ketuntasan   belajar (minimal 75% mahasiswa mencapai nilai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM). Apabila menggunakan model pembelajaran dengan mengoptimalkan aktivitas dan kreativitas mahasiswa, serta menyenangkan, akan berimplikasi positif terhadap kesuksesan belajar mahasiswa.

 

F.       Kendala dan Kelemahan Penelitian

1.      Kendala Penelitian

Terdapat beberapa kendala yang dialami dalam melaksanakan  pengembangan model PMBK tipe P2RE, terutama uji coba pembelajaran menulis paragraf dengan model MPBK tipe P2RE sebagai berikut.

a)      Dosen tidak mudah mengubah kebiasaan mengajar dengan pola dosen menerangkan dan memberi contoh (metode ceramah).

b)      Dosen dalam membuka pembelajaran, lebih memfokuskan kepada pengalaman pribadi dalam proses pembelajaran daripada bentuk apersepsi.

c)      Dosen dengan kebiasaan lebih dominan memberikan praktik langsung daripada pemberian teori yang cukup.

d)      Dosen lebih senang memberikan materi yang lebih singkat tetapi cukup padat sebagai salah satu teknik untuk memotivasi mahasiswa aktif dan lebih kreatif.

e)      Penguasaan bahasa mahasiswa masih kurang sehingga ditemukan kalimat yang sumbang dalam paragraf, yang sekaligus berdampak pada ketidaksatuan dan ketidakpaduan paragraf.

2.    Kelemahan Penelitian

a)      Dosen dengan penerapan model pembelajaran yang digunakan, terkadang tidak lagi memperhatikan teori, tetapi lebih memperhatikan pemahaman yang dimiliki.

b)      Dosen lebih memfokuskan kepada pemberian motivasi pada awal pembelajaran daripada langsung kepada bentuk apersepsi atau pokok pembelajaran.

c)      Keterlibatan mahasiswa lebih banyak pada aktivitas yang bersifat prosedural. Proses refleksi untuk memeriksa secara mendalam hasil yang diperoleh atau prosedur penyelesaian masalah kurang diperhatikan oleh pengajar maupun mahasiswa.

d)      Ketergantungan mahasiswa terhadap dosen dalam menyelesaikan masalah masih tinggi. Mereka belum mampu secara maksimal memutuskan atau menilai sendiri atau sah atau tidaknya penyelesaian suatu persoalan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

   Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1.    Fase pengembangan menulis paragraf model MPBK tipe P2RE pada mahasiswa FKIP Unismuh Makassar memiliki lima kegiatan dengan empat fase, yaitu. (1) fase persiapan dalam kegiatan pendahuluan (2) fase pengorganisasian dalam kegiatan inti (3) fase reflektif dalam kegiatan inti (4) fase evaluasi dalam kegiatan inti (5) kegiatan penutup. Model pengembangan menulis paragraf berbasis konstruktivisme berkategori baik, berarti proses pengembangannya memenuhi kriteria kevalidan dan keefektifan, serta terciptanya model interaktif kooperatif.

2.    Keefektifan model MPBK tipe P2RE berdasarkan pada hasil respons/tanggapan mahasiswa, aktivitas mahasiswa, aktivitas dosen, dan hasil menulis paragraf. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a.    Hasil respons mahasiswa pada  aspek komponen pembelajaran  kategori sangat senang, (39,51%) kategori senang, (49,19%) kategori cukup senang (11,10%), dan kategori tidak senang (0,21%). Aspek kegiatan mengikuti pembelajaran kategori sangat berminat  (59,47%)  berminat (37,44% ), cukup berminat (3,09), dan tidak berminat (0% ).

b.    Hasil aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran dikategorikan aktif (90, 23%).

c.    Hasil aktivitas dosen secara kumulatif pada uji coba pertama, dikategorikan baik (3,31) dan hasil aktivitas dosen secara kumulatif   pada uji coba kedua, dikategorikan baik (3,34).

d.    Hasil belajar menulis paragraf mahasiswa dapat dilihat dari tiga hal, yaitu (1) nilai kontruktivisme, (2) nilai kesatuan gagasan, dan (3) nilai koherensi.

 

B. Saran

Berdasarkan  hasil  penelitian  ini,  dikemukakan  beberapa  saran  sebagai berikut:

1.    Model MPBK tipe P2RE dapat dipertimbangkan sebagai model alternatif dalam praktik pembelajaran menulis.

2.    Informasi keefektifan model MPBK tipe P2RE terbuka kemungkinan bagi para peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut, keefektifan model MPBK tipe P2RE baik dengan menggunakan kriteria yang sama dalam penelitian ini  maupun kriteria yang berbeda.

3.    Untuk penelitian pengembangan model pembelajaran lebih lanjut, model pembelajaran sebaiknya dilengkapi audio visual tentang implementasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang dihasilkan tersebut, jadi tidak hanya dalam bentuk buku ajar dan lembar kerja mahasiswa (LKM). Hal ini diharapkan dapat memberi gambaran lebih jelas pada dosen dalam menerapkan model pembelajaran tersebut di kelas.

4.    Penelitian ini sudah menghasilkan model pembelajaran menulis paragraf berbasis konstruktivisme berkategori baik. Oleh karena itu, disarankan kepada dosen bahasa Indonesia untuk mengimplimentasikan model ini pada ruang lingkup yang lebih luas, baik dari segi materi maupun dari segi jenis dan jenjang pendidikan.

5.    Para dosen hendaknya meningkatkan kemampuan pembelajaran menulis   melalui pelatihan secara periodik dan berkelanjutan.

6.     Bagi mahasiswa hendaknya membangun pengetahuan menulis paragraf   dengan kemampuan berbahasa dan pengusaan bahasa serta  dilibatkan secara optimal dalam berbagai latihan keterampilan menulis.

7.    Bagi pimpinan perguruan tinggi hendaknya ikut berperan aktif menjadi model dalam melaksanakan pembelajaran dengan mengoptimalkan kegiatan keterampilan menulis yang merupakan keterampilan produktif.

8.    Perlu dikembangkan berbagai fasilitas kelembagaan dalam membangun sikap, motivasi, semangat, dan budaya perubahan dalam menulis.

DAFTAR PUSTAKA

 

Akhadiah, Sabarti. dkk. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

 Alwasilah, A. Chaedar dan Alwasilah Senny Suzanna. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama

Arends, Richard I. 1997.  Learning to Teach. Yogyakarta: Pustak Pelajar.

 

Aston-Warner, Sylvia. 1963. Teacher. New york: Bantam Books.

Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ygyakarta: Ar-Ruzz Media.

 

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruz Media.

Beach, Richard. 1993. A Teacher’s Introduction to Reader Reaponse Theories. Urbana, IL: NCTE

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. Second Edition. White Plains: Longman

Brawn, H. Douglas. 2007. Principles of Language Learning and Teaching. Fifth Edition. Longman: San Francisco State University.

 

Brooks, G.J. & Brooks, M.I 1993. The Case For Coonstructivist Classroams. Virginia: Association for Supvition and Curriculum Development Alexandria.

 

Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1999. In Search of Understanding the Case for Constructivist Classrooms. Alexandria, Va.: ASCD.

Bruner, J. 1966. Toword a Theory of Instruction Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press

 

Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius

 

Cheek, 1992. Sejarah Pendekatan Konstruktivisme. taliasti.blogspot.com.

Chomsky. 1986. Knowledge of Language. America: Greenwood Publishing Group.

Dalman. 2013. Menulis karya Ilmiah. Jakarta: Raja  Grafindo Persada.

Dardjowidjojo. 2008. Psikolinguistik. Pengantar bahasa Manusia. Yayasan Obor Indonesia.

 

Darliana. (1991). Pendekatan SPIKK (Pengajaran yang  Mengaktifkan Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif. Bandung: PPPG IPA.

Darwis, Muhammad. 2011. Transformasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

 

Depdiknas.  2002.   Pedoman  Proses  Belajar  Mengajar  di  SD.   Jakarta:   Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.

 

-------------. 2008. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Douglas, Brown.  2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.

Finoza, Lamuddin. 2008. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Depdikbud.

 

-------------------2009.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

 

Gega, P. C. 1994. Science in Elementary Education. Sevent Edition. New York: Macmillan Publishing Company.

 

Gredler, M. E.B. 1991. Belajar dan Membelajarkan (Learning and Instruction Theory Into Practice). Terjemahan oleh Muh Mandir. Jakarta: Rajawali.

 

Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

 

Hudojo, Herman. 1998. "Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivistik". Jurnal Teknologi Pembelajaran, 6(2), 59-66. Malang: IPTPI Jakarta & PPS IKIP Malang.

 

I.B. Sunawa, dkk. 2013. Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme melalui  Penyusunan Kalimat  Acak terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deduktif Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Denpasar. Jurnal (Online).Ganesha Singaraja: Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia.

 

Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif, Teori Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar..

 

Jacob, Evelyn. 1990. Cooperative Learning in Context. Albany: State University of New York Press.k

 

Joyce, Bruce., & M. Weil 1992. Model of Teaching. Massachussentts: Allyn and Bacon Publishing Company.

 

Joyce, Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Joyce dan Well. 1992. Model of Teaching. Massa Chossentls: Allyn and Bacon Publishing Company.

 

Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah.

___________. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Pustaka Utama.

 

___________. 2004. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

 

___________. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Pustaka Utama.

 

Laganing, Najamuddin. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kontruktivisme Beriorentasi pada Strategi Reciprocal Teaching pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SD. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

 

Leonhard, Mary 2002. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah menulis. Boston: Kaifa

Manser, M. H. 2006. Guide to good Writing. Facht on File, Inc.

 

Martin, Ralp E,Jr.,et.al. l994. Teaching Science For All Children. Baston: Allyn and Bacon.

 

Matthews, M. 1992 ."Constructivism and the Empires Legacy ”. In M. Pearsall (Ed.),Relevant Research: Scope, Sequence, and Coordination Secondary SchoolScience,(Vol. II). Washington DC: NSTA.

 

-------------- 1994. Science Teaching. New York: Roudladge.

Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak