Skip to main content

HAKIKAT KETERAMPILAN MENULISTUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN MENULIS


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran menulis karangan. Akan tetapi masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya. Selain itu guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang bervariasi. Sehingga yang terjadi di kelas adalah siswa tidak aktif sedangkan guru berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran. Dengan keadaan seperti di atas tidak ada lagi suasana yang menyenangkan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hakikat keterampilan Menulis ?
Apa tujuan pembelajaran menulis?
Apa saja manfaat pembelajaran menulis?
C. Tujuan
Untuk mengetahui hakikat keterampilan menulis.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran menulis.
Untuk berbagai manfaat pembelajaran menulis.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Keterampilan Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut (Tarigan, 1982:21). Lambang-lambang grafik yang ditulis merupakan representasi bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh orang lain (pembaca).
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di sekolah. Hal tersebut sesuai yang terdapat di kurikulum, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Keterampilan menulis tersebut tentu saja harus dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik tentang kaidah-kaidah maupun mengenai laras-larasnya (Sujanto, 1988:56).
Menulis adalah kiat dan suatu keterampilan yang dapat dipelajari. Orang yang memang mempunyai bakat menulis dan mendapat kesempatan yang banyak untuk belajar menulis, tentu akan menjadi penulis yang baik. Orang yang tidak mempunyai bakat menulis tetapi mau belajar menulis dengan sungguh-sungguh serta mendapat kesempatan untuk belajar dan berlatih akan dapat menjadi seorang penulis yang baik. Berbakat menulis saja tanpa mau berusaha belajar tentu tidak menjamin seseorang akan menjadi seorang penulis yang baik (Kelompok Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 1991:94).
Sementara itu, Gie (2002:3) mengungkapkan bahwa menulis arti pertamanya adalah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Menurut beliau menulis dan mengarang adalah kata yang sepadan. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara almiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosa-kata, struktur kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa (Wagiran dan Doyin, 2005:2).
Menurut Suparno dan Yunus (2007:13) menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Selanjutnya, juga dapat dikatakan menulis sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi karya sastra, buku, komik, poster, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya.
Menulis seperti halnya ketiga keterampilan yang lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Gagasan-gagasaan dalam menulis tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas dan ditata secara menarik. Selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Kegiatan menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yaang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.  
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang dalam menyampaikan pikiran, pesan, dan kehendak kepada orang lain secara tidak langsung melalui lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri maupun orang lain yang memiliki kesamaan bahasa yang dipergunakan. Menulis merupakan alat komunikasi yang dapat membantu kita untuk menyampaikan gagasan atau informasi secara tertulis dengan orang lain. 

B. Tujuan Pembelajaran Menulis 
Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran menulis yang yang dilaksanakan para guru di sekolah. Ketiga tujuan tersebut adalah (1) menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, (2) mengembangkan kemampuan siswa menulis, (3) membina jiwa kreativitas para siswa untuk menulis. Ketiga tujuan ini merupakan tujuan minimal yang harus dicapai para siswa melalui proses pembelajaran menulis yang dialaminya (Abidin, 2012).
 Tujuan pertama pembelajaran menulis adalah menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab mencintai menulis adalah modal awal bagi siswa agar mau menulis sehingga ia akan menjadi seorang yang terbiasa menulis. Hal ini sejalan dengan hakikat menulis sebagai keterampilan sehingga untuk dapat menguasai menulis sebagai sebuah keterampilan intensitas dalam menulis merupakan faktor kuncinya. Dengan kata lain kemampuan menulis sangat dipengaruhi intensitas menulis. Semakin sering seseorang menulis diyakini akan semakin baik pula hasil tulisannya. Guna mencapai intensitas menulis yang tinggi ini, para siswa tentu saja harus terlebih dahulu mencintai menulis.
Modal dasar mencintai menulis diyakini akan mendorong siswa mampu menulis. Kemampuan siswa menulis ini merupakan tujuan pembelajaran menulis yang kedua. Kemampuan menulis yang dimaksud adalah kemampuan siswa memproduksi berbagai ragam tulisan untuk berbagai kepentingan, sasaran, dan konteks sosial budaya. Berdasarkan tujuan ini, pembelajaran menulis harus diarahkan agar mampu membekali siswa berbagai strategi menulis, macam-macam tulisan, serta sarana publikasi tulisan. Melalui pemberian strategi menulis, siswa akan terhindari dari kesulitan selama menulis. Pengenalan macam-macam tulisan akan membekali siswa tentang bagaimana cara menulis berdasarkan genre yang harus dihasilkan. Pengenalan sarana publikasi sangat penting agar siswa merasa tulisannya diapresiasi sehingga akan timbul keinginannya untuk tetap menulis serta meningkatkan kemampuannya menulis sebab mendapatkan banyak umpan balik atas tulisan yang telah dipublikasikannya. 
Tujuan terakhir adalah agar siswa mampu menulis secara kreatif. Tujuan ini menghendaki agar siswa mampu menjadikan menulis bukan sekadar sebagai kompetensi yang harus dikuasai selama mengikuti pembelajaran, melainkan agar siswa mampu memanfaatkan menulis sebagai sebuah aktivitas yang mendatangkan berbagai keuntungan baik keuntungan yang bersifat psikologis, ekonomis, maupun sosiologis. Bertemali dengan hal ini, menulis seyogyanya menjadi sebuah kebutuhan bagi siswa dalam rangka mengekspresikan diri sehingga terbebas dari beban-beban psikologis. Jika siswa telah mencapai taraf ini, menulis bukanlah hal yang menakutkan melainkan hal yang harus dilakukan agar ia merasa tenang dan termotivasi dalam hidup. Dalam pandangan ekonomis menulis juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan berbagai keuntungan melalui menulis. Siswa yang telah mampu kreatif menulis dapat memublikasikan tulisannya dalam berbagai media yang akan berdampak secara finansial bagi dirinya. Lebih jauh, publikasi ini akan meningkatkan prestisenya di masyarakat sehingga secara sosiologis ia akan terkenal di masyarakat. Guna mencapai tujuan ini, jelaslah pembelajaran menulis harus diorientasikan agar siswa bukan hanya bisa menulis melainkan kreatif menulis. 
Selain ketiga tujuan di atas, pembelajaran menulis pun seyogyanya mampu mengembangkan karakter siswa. Berkenaan dengan tujuan ini, pembelajaran menulis harus dilakukan melalui penyediaan serangkaian aktivitas yang menuntut siswa mengunjukkerjakan karakter dirinya selama pembelajaran. Melalui berbagai aktivitas yang menantang diharapkan siswa mampu aktif bekerja keras sehingga secara tidak sadar ia telah berupaya pula membangun karakter positif selama pembelajaran.

C. Manfaat Pembelajaran Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan
harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan
Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang
akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk
keperluannya dalam menulis. Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan informasi serta strategi yang ditempuhnya










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran menulis yang dilaksanakan para guru di sekolah. Ketiga tujuan tersebut adalah (1) menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, (2) mengembangkan kemampuan siswa menulis, (3) membina jiwa kreativitas para siswa untuk menulis. Pembelajaran menulis juga memiliki manfaat yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian serta mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. 
B. Saran 
Demikian makalah yang kami susun mengenai hakikat keterampilan menulis serta tujuan dan manfaat pembelajaran menulis, kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan olehnya itu kritik dan saran dari pembaca maupun dosen pembimbing sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa