Skip to main content

ANALISIS KEKHILAFAN DALAM BELAJAR BAHASA KEDUA

 

 

Sinonim kekhilafan adalah dalam Kamus Bahasa Indonesia Online

BAB I  

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

 

Pembelajaran bahasa kedua dilakukan setelah seseorang menguasai bahasa pertamanya (bahasa ibu). Pembelajaran ini dilakukan secara sadar, terencana, dan ada pula yang dilaksanakan secara alamiah sebagaimana pemerolehan bahasa pertama.

Para pembelajar bahasa kedua sering kali mengalami kesulitan dalam menguasai bahasa targetnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Kesalahan ini dapat menyebabkan kesalahan berbahasa, yakni pelanggaran terhadap kaidah-kaidah ketatabahasaan yang sering disebut dengan kekhilafan (error).

Kekhilafan merupakan suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam pembelajaran bahasa kedua. Hal tersebut merupakan implikasi  logis  dari  proses pembentukan kreatif  siswa.  Kekhilafan dalam belajar bahasa kedua bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari, melainkan harus dipelajari dan dianalisis. Dengan mempelajari dan menganalisa kekhilafan tersebut, guru dapat memperoleh beberapa manfaat, seperti: mendapat umpan balik untuk mengukur kemampuan siswa, memperoleh data untuk melakukan penelitian terhadap pembelajaran bahasa kedua, dan sebagai input dalam pembelajaran bahasa kedua.

Mengingat pentingnya mempelajari dan melakukan analisis terhadap kekhilafan  dalam  belajar  bahasa  kedua,  maka  perlu  dilakukan  kajian mengenai analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua.

 

B.   Rumusan Masalah

 

1.  Apakah pengertian pembelajaran bahasa kedua?

 

2.  Bagaimanakah kekhilafan dalam belajar bahasa kedua?

 

3.  Bagaimanakah analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua?


 

 

 

C.   Tujuan

 

Kajian tentang analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua ini bertujuan untuk:

1.  Mengetahui tentang pembelajaran bahasa kedua

 

2.  Mengetahui tentang kekhilafan dalam belajar bahasa kedua

 

3.  Mengetahui tentang analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua

 

 

D.   Manfaat

 

Manfaat yang diharapkan dari kajian tentang analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua ini adalah:

1.  Memberikan pemahaman mengenai pembelajaran bahasa kedua

 

2.  Memberikan  pemahaman  mengenai  kekhilafan  dalam  belajar  bahasa kedua

3.  Memberikan pemahaman tentang analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua


 

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

A.   Pembelajaran Bahasa Kedua

 

Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah menguasai bahasa  pertama (bahasa ibu).  Bahasa kedua diperoleh melalui pembelajaran.   Ada   dua   tipe   pembelajaran   bahasa   kedua,   yaitu   tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Pembelajaran bahasa kedua yang bertipe naturalistik berlangsung secara  alamiah  sebagaimana pemerolehan bahasa pertama. Tipe ini banyak dijumpai pada masyarakat bilingual, mutilingual,  dan  pada  pembelajaran  bahasa  kedua  di  lingkungan  bahasa kedua. Sedangkan pembelajaran bahasa kedua yang bertipe formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi pelajaran, dan alat-alat yag sudah  disiapkan.  (Sudiane  dalam  Nurhadi,  1990:  46;  Musfiroh, 2004:  1; Hartati, 1990: 16; Kotegawa, 2012: Online).

 

B.   Kekhilafan dalam Belajar Bahasa Kedua

 

1.  Pengertian kekhilafan berbahasa

 

Kekhilafan  atau  kesalahan  berbahasa  (error) adalah  salah  satu bentuk penyimpangan dalam berbahasa yang disebabkan karena penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (branches of code). Kesalahan ini terjadi karena adanya perbedaan antara bahasa pertama dengan bahasa kedua. Adapun persamaan antara bahasa pertama dengan bahasa kedua akan mempermudah pembelajar untuk mempelajari bahasa keduanya. (Indihadi, 1997: 3; Sudiana dalam Nurhadi, 1990: 47; Suryadi, 2013: Online).

2.  Kategori kekhilafan dalam belajar bahasa kedua

 

Kekhilafan dalam belajar bahasa kedua dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun wacana. Menurut Burt, Dulay, dan Krashen (1982), kekhilafan tersebut dikategorikan menjadi empat, yaitu: kategori linguistik, kategori strategi performansi, kategori komparatif, dan kategori efek komunikasi.


 

 

 

Kekhilafan pada kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa  dan  konsisten bahasa,  yaitu:  kesalahan tataran  fonologi,  morfologi  dan  sintaksis,  semantik  dan  kata,  serta wacana. Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran penggunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa.

Sementara itu, kekhilafan dalam kategori strategi performansi didasarkan pada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Penyimpangan tersebut antara lain: penanggalan (omission), penambahan (addition), kesalahbentukan (misformation), dan kesalahurutan (misordering).

Dalam  kategori  komparatif,  kekhilafan  dalam  belajar  bahasa kedua dibedakan menjadi empat, yaitu:

a.   Kekhilafan interlingual/interferensi, yaitu kekhilafan yang bersumber akibat  pengaruh  dari  bahasa  pertama  (B1)  terhadap  bahasa  kedua (B2).

b. Kekhilafan intralingual, yaitu kekhilafan yang bersumber dari penguasaan B2 yang belum memadai.

c.   Kekhilafan ambigu, yaitu gabungan dari kekhilafan interlingual dan

 

intralingual.

 

d.  Kekhilafan   unik,   yaitu   kekhilafan   tidak   dapat   dideskripsikan berdasarkan tataran kekhilafan interlingual dan intralingual.

Sedangkan  berdasarkan  kategori  efek  komunikasi,  kesalahan dalam  belajar  B2  dapat  dibedakan  menjadi    kesalahan    lokal    dan kesalahan    global.    Kesalahan    lokal    adalah    kesalahan    konstruksi kalimat    yang    ditanggalkan  (dihilangkan)    salah    satu    unsurnya. Akibatnya  proses komunikasi   menjadi terganggu.  Misalnya:   penutur menggunakan kalimat  atau  tuturan  yang  janggal atau  nyeleneh” saat berkomunikasi.   Adapun   kesalahan   global   adalah   tataran kesalahan bahasa  yang menyebabkan seluruh  tuturan  atau  isi  yang disampaikan di dalam  komunikasi,  baik  lisan  maupun  tulis,  menjadi  tidak  dapat


 

 

 

dipahami. Akibat  frase  ataupun kalimat  yang digunakan oleh  penutur berada di luar kaidah bahasa manapun baik B1 maupun B2.   (Indihadi,

1997: 6-9)

 

3.  Sumber kekhilafan dalam belajar bahasa kedua

 

Kekhilafan dalam belajar bahasa kedua bersumber dari adanya transfer bahasa pertama ke dalam bahasa kedua. Sehingga pembelajar B2 akan mendapat kemudahan apabila terdapat kesamaan antara B1 dengan B2. Begitu juga sebaliknya, pembelajar B2 akan mendapat kesulitan apabila terdapat perbedaan antara B1 dan B2.

Proses belajar si pembelajar B2 juga dapat menjadi sumber kekhilafan dalam belajar bahasa kedua. Hal ini sering disebut kekhilafan perkembangan. Selain itu, sumber kekhilafan yang lain adalah kesalahn teknik mengajar atau materi pelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran B2. (Sudiana dalam Nurhadi, 1990: 50)

 

C.   Analisis Kekhilafan dalam Belajar Bahasa Kedua

 

1.  Pengertian analisis kekhilafan

 

Analisis kekhilafan merupakan studi tentang kekhilafan ucapan- ucapan  yang diproduksi oleh kelompok pembelajar bahasa jedua pada suatu tingkat karir belajarnya. Analisis kekhilafan hanya berfokus pada kekhilafan-kekhilafan yang diperbuat oleh pembelajar bahasa kedua dalam bahasa targetnya.

Menurut Sudiana dalam Nurhadi (1990: 48), studi kekhilafan mengandung tiga aspek utama, yaitu: description, grading, dan therapy. Sementara itu, Rossipal dalam referensi yang sama mendeskripsikan kekhilafan menjadi beberapa hal, yaitu: tipe-tipe kekhilafan, frekuensi kekhilafan,   titik-titik   kesulitan   di   dalam   bahasa   target,   penyebab kekhilafan, tigkat distribusi kekhilafan, dan terapi.


 

 

 

2.  Batasan analisis kekhilafan

 

Analisis kekhilafan membatasi kajiannya pada perbedaan- perbedaan cara pembelajar bahasa kedua menggunakan bahasa target dengan cara yang digunakan oleh penutur asli (native speaker). Hammarberg secara tegas mengatakan Error analysis only is concerned with error.

Secara tradisional, semua bentuk yang menyimpang atau tidak sesuai dengan norma-norma bahasa target digolongkan sebagai kekhilafan (kesalahan).   Namun, dengan berkembangnya studi pemerolehan bahasa kedua, tidak semua bentuk penyimpangan itu dianggap sebagai kekhilafan. Penyimpangan bahasa pembelajar bahasa kedua dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang mencerminkan tingkat perkembangan berbahasa pembelajar tersebut. Bahasa pembelajar bahasa kedua ini dianggap sebagai bahasa yang khas dari pembelajar tersebut, yang memiliki gramatika yang khas pula. Bahasa pembelajar ini disebut dialek idiosonkranik atau kompentensi  transisional  atau  interlanguage.  (Sudiana  dalam  Nurhadi,

1990:49; Indihadi, 1997:3)

 

Istilah kekhilafan (error) perlu dibedakan dengan istilah kekeliruan (mistake), walaupun keduanya menunjukkan penyimpangan dalam berbahasa. Kekhilafan dikaitkan dengan kegagalan kompetensi, dan kekeliruan dikaitkan  dengan  kegagalan performansi. Dengan kata  lain, kekhilafan berkaitan dengan pengetahuan gramatika tentang bahasa yang ada dalam benak atau mental leksikon seseorang. Misalnya adanya perbedaan antara B1 dengan B2. Sedangkan kekeliruan berkaitan dengan penyimpangan yang  terjadi karena kesalahan dalam merealisasikan bunyi atau melakukan parole. Misalnya karena terkilir lidah (slip of the tongue), salah tulis (slip of the pen). (Sudiana dalam Nurhadi, 1990:49; Indihadi,

1997:5-6)


 

 

 

3.  Tujuan analisis kekhilafan

 

Secara umum, tujuan analisis kekhhilafan dalam belajar bahasa kedua  adalah  untuk  menganalisis  kekhilafan-kelkhilafan  yang  dialami oleh pembelajar bahasa kedua. Adapun tujuan khusus dalam analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua adalah untuk membantu guru di dalam hal:

a.   Menentukan urutan bahan pengajaran;

 

b. Memutuskan pemberian penekanan, penjelasan, dan praktik yang diperlukan;

c.   Memberikan remidi dan latihan-latihan; dan

 

d.  Memilih butir-butir bahasa kedua untuk keperluan tes pembelajar.

 

Sementara  itu,  Nurhadi  dalam  Indihadi  (1997:  25) mengungkapkan bahwa analisis kesalahan dalam belajar bahasa kedua memiliki beberapa tujuan, yaitu:

a.   Sebagai umpan balik (feedback) bagi guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur pengajaran serta penilaian yang sudah dilaksanakannya.

b. Sebagai  bukti  bagi  peneliti  (penelitian)  dalam  mengetahui pemerolehan dan pembelajaran bahasa bagi siswa (anak).

c.   Sebagai input (masukan) penentuan sumber atau tataran unsur-unsur kesalahan berbahasa pada siswa (anak) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua.

4.  Metodologi analisis kekhilafan

 

Menurut Tarigan dalam Indihadi (1997: 26), analisis kekhilafan berbahasa adalah salah satu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kekhilafan memiliki langkah-langkah kerja tertentu. Langkah-langkah tersebut, yaitu:

a.   mengumpulkan data,

 

b.  mengidentifikasi kekhilafan,

 

c.   merangking atau memperingkat kekhilafan, d.  menjelaskan keadaan,


 

 

 

e.   memprediksi tataran kebahasaan yang rawan kekhilafan, dan f.   mengoreksi kekhilafan.

5.  Model analisis kekhilafan

 

a.  Model analisis kekhilafan dalam bidang fonologi

 

Menurut   Indihadi   (1997:   27),   ada   berbagai   kekhilafan berbahasa dalam belajar bahasa kedua dalam bidang fonologi. Kekhilafan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya  adalah  perubahan  pengucapan  fonem.  Misalnya  kata akan diucapkan an menunjukkan penyabab kesalahan karena fonem

/a/ diucapkan /e/. Kata fasih diucapkan faseh menunjukkan penyebab kesalahan karena fonem /i/ diucapkan /e/. Contoh lain terdapat pada pengucapan dengan menjadi déngan, kokoh menjadi kukuh, pantai menjadi pante, saya menjadi sayah, dan lain-lain.

Penyebab lain dalam kekhilafan dalam belajar B2 adalah penghilangan atau penambahan fonem tertentu. Misalnya misalnya kata gaji, silakan, dan biji diucapkan dan ditulis menjadi gajih, silahkan, dan bijih (besi). Atau kata hilang, haus, dan hembus diucapkan dan ditulis menjadi ilang, aus, dan embus.

Selain itu, kesalahan dalam meletakkan jeda dalam kelompok kata atau kalimat juga menjadi penyebab timbulnya kekhilafan dalam belajar B2. Misalnya kata belajar mendapat penjedaan be-la-jar, bela- jar, atau be-lajar.

b.  Model analisis kekhilafan dalam bidang morfologi

 

Menurut Indihadi (1997: 51), kekhilafan   berbahasa   bidang morfologi    dapat dikelompokkan menjadi    kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. Kesalahan berbahasa  dalam  tataran  afiksasi  dapat  disebabkan  oleh berbagai hal. Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya  bentuk  gramatik  himbau,  lola,  dan lanjur dianggap sebagai  bentuk asal. Padahal bentuk asal  yang benar adalah imbau, kelola, dan anjur.   Kedua, fonem   yang   seharusnya   luluh   dalam


 

 

 

proses  afiksasi  tidak  diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata tulis yang mendapat awalan me menjadi me-nulis bukan me-tulis.  Ketiga, fonem  yang  seharusnya  tidak luluh  dalam  proses  afiksasi  justru diluluhkan.  Misalnya  fonem  /f/  dalam  kata fitnah yang mendapat awalan  mem  menjadi  memfitnah  bukan  memitnah  atau  fonem  /c/ dalam kata cinta yang mendapat awalan men dan akhiran i menjadi mencintai  bukan  menintai.  Keempat,  penulisan  klitika  yang  tidak tepat,   penulisan   kata   depan   yang   tidak   tepat, dan   penulisan partikel yang tidak tepat.

Kekhilafan  berbahasa  dalam  tataran  reduplikasi  disebabkan oleh  hal-hal berikut  ini.  Pertama,  kekhilafan berbahasa  disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar  yang diulang. Misalnya bentuk  gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi. Kedua, kekhilafan berbahasa terjadi karena bentuk dasar   yang diulang seluruhnya hanya sebagian yang diulangi. Misalnya bentuk gramatik kaki tangan diulang menjadi kaki- kaki   tangan   yang   seharusnya   diulang   seluruhnya,   yakni   kaki tangan-kaki tangan. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu   panjang.   Misalnya   bentuk gramatik   orang   tua bijaksana   diulang   hanya sebagian   yakni, orang-orang   tua   bijaksana.   Seharusnya   perulangannya   penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua bijaksana.


 

 

 

BAB III PENUTUPAN

 

A.   Kesimpulan

 

Berdasarkan kajian tentang analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedua ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.  Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah menguasai bahasa pertama (bahasa ibu). Bahasa kedua diperoleh melalui pembelajaran. Ada dua tipe pembelajaran bahasa kedua, yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas.

2.  Kekhilafan atau kesalahan berbahasa (error) adalah salah satu bentuk penyimpangan dalam berbahasa yang disebabkan karena penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (branches of code).

3.  Analisis kekhilafan merupakan studi tentang kekhilafan ucapan-ucapan yang diproduksi oleh kelompok pembelajar bahasa jedua pada suatu tingkat karir belajarnya. Analisis kekhilafan hanya berfokus pada kekhilafan-kekhilafan  yang  diperbuat  oleh  pembelajar  bahasa  kedua dalam bahasa targetnya.

 

B.   Saran

 

Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai analisis kekhilafan dalam belajar bahasa kedu


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Hartati, Tatat. 1997. Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak

 

Indihadi, Dian. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa

 

Kotegawa. 2012. Pembelajaran Bahasa. Online: http://lightzs.blogspot.com/2012/

04/pembelajaran-bahasa.html/ Diakses pada 30 Mei 2014 pukul 19.22 wita

 

Musfiroh, Tadkiroatun. 2004. Pemerolehan Bahasa Kedua (Kasus Berbahasa Jawa di TK)

 

Nurhadi.  1990.  Kumpulan  Artikel  tentang  Pemerolehan  dan  Pembelajaran

Bahasa

 

Suryadi, Adhy. 2013.  Teori  Kontrastif dalam  Belajar  Bahasa  Kedua.  Online: http://adhysuryadifbs.blogspot.com/2013/01/teori-kontrastif-dalam-belajar- bahasa.html/ Diakses pada 30 Mei 2014 pukul 19.25 wita

 

Comments

Popular posts from this blog

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak