Skip to main content

PEMBENTUKAN MENTAL DAN KEPRIBADIAN BANGSA DALAM KAITAN BIDANG LINGUISTIK INTERDISIPLINER

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang maha Esa dan tiada satupun yang menyamaiNya “laisa kamislihi syai’un”. Tuhan yang Maha pemberi yang berfirman melalui Al-Qur’an dan menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya.

Berbicara Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.

Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehari-hari. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan.

Bahasa adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan kita, dengan bahasa kita dapat berkomunikasi satu sama lain, dengan bahasa dapat mengantarkan kita ke berbagai belahan dunia. Ada ucapan yang berbunyi “manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”. Karena bahasa milik manusia itu dipelajari, maka ada ilmunya, yaitu ilmu bahasa yang disebut ilmu linguistik.

Untuk itu, Makalah ini sengaja ditulis demi memberikan pemahaman tentang ilmu linguistik dalam kaitannya pembentukan mental dan kepribadian. Yang mudah-mudahan dapat membantu para pembaca dalam memahami ilmu linguistik interdisipliner.

 

Text Box: 1
 


B.    Rumusan masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

1.     Bagaimanakah ilmu lingustik itu?

2.     Apakah yang dimaksud dengan pembentukan mental dan kepribadian?

3.     Bagaimanakah bidang linguistik interdisipliner?

 

C.    Tujuan penulisan

Dalam penulisan beberapa masalah di atas bertujuan:

1.     Untuk mengetahui apa itu linguistik sebenarnya.

2.     Untuk mengetahui penbentukan mental dan kepribadian.

3.     Untuk mengetahui bidang linguistik interdisipliner

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A.    Pengertian linguistik

Linguistik adalah ilmu bahasa. Kata linguistik sendiri berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia “linguistik” adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistik atau linguistik.

Menurut pendapat saya pribadi Linguistik adalah ilmu bahasa atau kajian bahasa tentang bagaimana bahasa itu dimengerti dan digunakan.  Linguistik modern berasal dari sarjana Swis Ferdinand de Saussure yang menulis buku berjudul cours de linguistique generale (mata pelajaran linguistik umum) terbit tahun 1916.  Menurut F.de Saussure, lague adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa prancis, bahasa Indonesia, bahasa korea dll) sebagai suatu system.

Sedangkan  langege berarti bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan “manusia memiliki bahasa, akan tetapi hewan tidak memiliki bahasa. Dalam ilmu linguistik dikenal pula istilah parole atau tuturan adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret: logat, ucapan, perkataan.  

Objek linguistik adalah bahasa, maksud bahasa disini adalah bahasa harfiah atau bahasa yang dituturkan, perlu diperhatikan bahwa bahasa tubuh, bahasa tari, bahasa alam tidaklah termasuk objek dari kajian ilmu linguistik. Untuk itu objek yang menjadi sasaran ilmu linguistik hanyalah bahasa harfiah saja.  Linguistik dapat pula berhubungan dengan ilmu lain. Ilmu tersebut antara lain adalah psikologi, sosiologi, dan antropologi. Ahli bahasa dapat memanfaatkan psikologi untuk menganalisis perolehan bahasa dan akibat gangguan psikologi. Perhubungan ini melahirkan psikolinguistik. Hubungan dengan sosiologi melahirkan sosiolinguistik. Subdisiplin ini dikaji hubungan bahasa dengan pembicara, bahasa apa atau variasi bahasa, apa yang dibicarakan, kepada siapa, dan kapan terjadi pembicaraan.Dengan kata lain, sosiolinguistik menganalisis hubungan antara aspek sosial dengan kegiatan berbahasa. Pemanfaatan antropologi menghasilkan anropolinguistik atau etnolinguistik. Subdisiplin ini mempelajari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.

Text Box: 3
 


B.    Subdisiplin Linguistik

Subdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan:

1.     objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu,

2.     objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, 

3.     objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa,

4.     tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori atau untuk terapan, dan

5.     teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.


Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Umumnya atau Bahasa Tertentu

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu.

Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Masa Tertentu atau Bahasa Sepanjang Masa

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik (linguistik deskriptif) dan linguistik diakronik (linguistik historis komparatif). Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan atau mengkaji bahasa Inggris pada zaman William Shakespeare. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai masa sekarang. Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.


Berdasarkan Objek Kajiannya adalah Struktur Internal Bahasa itu atau Bahasa itu dalam Kaitannya dengan Berbagai Faktor di Luar Bahasa

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin yaitu:

·        Fonologi: menyelidiki tentang bunyi bahasa. 

·        Morfologi: menyelidiki tentang morfem.

·        Sintaksis: menyelidiki tentang satuan-satuan kata.

·        Semantik: menyelidiki makna bahasa.

·        Leksikologi: menyelidiki leksikon atau kosakata.

Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:

  • Sosiolinguistik: mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaian di masyarakat. 
  • Psikolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dana kal budi manusia.
  • Antropolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan budaya.
  • Filsafat bahasa: mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.
  • Stilistika: mempelajari bahasa dalam karya sastra.
  • Filologi: mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan tertulis.
  • Dialektologi: mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah.

 

Berdasarkan Tujuan Pengkajiannya Apakah untuk Keperluan Teori atau Untuk Terapan

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan bahasa untuk kepentingan memecahkan masala-masalah praktis yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, untuk pengajaran bahasa, penyusunan kamus, dan pemahaman karya sastra. 

 

Berdasarkan Teori atau Aliran yang Digunakan untuk Menganalisis Objeknya

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi tradisional, linguistik struktural, linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.

 

C.    Pengertian mental

Pengertian “mental” secara definitif belum ada kepastian definisi yang jelas dari para ahli kejiwaan. Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.

James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind” maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri.

Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani (badan).

Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau metis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.

 Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi ada perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, mendefinisikan mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi mental.

 Pengertian lain “mental” didefinisikan yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, serakah, sok, tidak dapat mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil, antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.

Dari sini dapat ditarik pengertian yang lebih signifikan bahwa mental itu terkait dengan, akal (pikiran/rasio), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta tingkah laku). Satu kesatuan inilah yang membentuk mentalitas atau kepribadian (citra diri). Citra diri baik dan jelek tergantung pada mentalitas yang dibuatnya.

Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya. Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami berbagai gangguan-gangguan kejiwaan, yang berpengaruh pada kondisi kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies.

Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi yang normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang dari tingkah laku pada umumnya dimana seorang individu itu tinggal, dan pribadi yang normal akan menunjukkan tingkah laku yang serasi dan tepat (adekuat) dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum, dimana sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup lingkungannya. Secara sederhana individu tersebut mampu beradaptasi secara wajar.

Jadi pribadi yang normal dan metal yang sehat ini bisa dirasakan pada kondisi diri kita atau kondisi perasaan kita yang cenderung stabil, tidak banyak memendam konflik internal, suasana hati yang tenang, dan kondisi jasmani yang selalu merasa selalu sehat. 

Sementara itu yang perlu mendapatkan perhatian dan perlu diwaspadai oleh setiap individu ialah kondisi mental yang tidak sehat, karena kondisi mental yang tidak sehat itu akan membentuk suatu kepribadian yang tidak sehat pula (abnormal).   

Pribadi yang tidak sehat (abnormal) ialah adanya tingkah laku seseorang atau individu yang sangat mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum yang ada di lingkungannya, atau disebut juga dengan perilaku-perilaku yang menyimpang (abnormal). Secara umum bentuk mental yang tidak sehat yaitu secara relatif bisa dilihat  pada individu jauh dari kemampuan beradaptasi atau selalu mengalami  kesulitan dalam beradaptasi, dan memiliki ciri bersikap  inferior dan  superior.

Yang menjadi barometer setiap kelainan tingkah laku individu ialah kondisi mentalnya. Mental yang sehat itulah yang menentukan tanggapan atas dirinya terhadap setiap persoalan, dan kemampuan untuk beradaptasi, dan mental yang sehat pulalah yang menentukan apakah seseorang atau individu memiliki gairah hidup atau justru mereka pasif dan tidak bersemangat bahkan memiliki ketakutan untuk hidup.

Pada dasarnya untuk mengetahui apakah seseorang atau individu sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) tidaklah mudah diukur atau diperiksa dengan alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani, akan tetapi yang menjadi ukuran adalah merasakan diri kita sejauh mana kondisi perasaan kita apakah sudah melampaui batas kewajaran atau tidak seperti, rasa bersedih, kecewa, pesimis, rendah diri dan lain sebagai. Dan seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya, bisa dilihat pada tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya, karena seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.

Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula. 

Sigmund Freud memberikan definisi bahwa kepribadian yang sehat adalah adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan dan motif-motif tiap bagian jiwa dalam pemuasannya. Begitu juga Arthur Gorden melihat bahwa kemampuan mengharmoniskan dorongan-dorongan psikis dengan realitas dengan sendirinya akan terbentuk kepribadian yang sehat dan akan melahirkan tingkah laku yang sehat pula (normal).

 

D.    Definisi kepribadian

1.     Pengertian kepribadian

Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehari-hari. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang kuat.

Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seseorang itu punya kepribadian baik, kuat dan menyenangkan, sedangkan ada pula orang yang mengatakan bahwa mempunyai kepribadian lemah, tidak baik atau buruk dan sebagainya. Sehingga dengan kata lain pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang.

Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mencoba mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita dan perasaan-perasaan yang dihadapi seseorang. Pandangn konvergensi mengatakan kepribadian seseorang pada suatu saat (misalnya pada saat sedang diperiksa) adalah produk (hasil) dari suatu proses yang dimulai pada saat orang itu lahir dengan membawa bakat-bakatnya yang berlangsung terus melalui pengalaman sampai pada saat tersebut.[2] Dalam pemeriksaan psikologis, kita mencoba untuk menganalisis dan membuat kesimpulan-kesimpulan dari riwayat hidup seseorang melalui wawancara dan hasil psikotesnya, sehingga kita dapat mencoba mengenal seseorang dengan baik dan tepat.

Untuk mengetahui lebh jelas bagaimana perkembangan kepribadian manusia, ada beberapa ahli yang berpendapat tentang perkembangan kepribadian yaitu sebagai berikut : Freud berpendapat bahwa kepribadian sebenarnya pada dasarnya telah berbentuk pada akhir tahun kelima dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu.[3] kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar pengalaman-pengalamannya dalam melakukan psikoanalisis. Freud beranggapann bahwa kanak-kanak adalah ayahnya manusia (the child is the father of man).

Dalam menyelidiki masa anak-anak ini, Freud tidak langsung menyelidiki, akan tetapi membuat rekonstruksi atas dasar ingatan orang dewasa mengenai masa kanak-kanaknya. Kepribadian itu berkembang dalam hubungan dengan 4 macam sumber tegangan pokok, yaitu :

1.     Proses pertumbuhan psikologis.

2.     Frustasi.

3.     Konflik.

4.     Ancaman.

Dari 4 sumber tegangan mengalami peningkatan ketegangan, maka orang harus terpaksa belajar cara baru untuk mereduksi tegangan tersebut. Belajar yang menggunakan cara baru dalam mereduksi ini adalah yang disebut sebagai perkembangan kepribadian.

1.     Jung dalam pembahasannya tentang perkembangan kepribadian, dia lebih suka berbicara tentang perkembangan umat dan manusia. Orang-orang menuju ke taraf yang lebih sempurna. Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis makhluk selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Adapun tujuan yang harus ditempuh itu dapat disimpulkan sebagai aktualisasi diri yang berarti diferensiasi sempurna dan saling hubungan selaras seluruh aspek kepribadian manusia.

2.     Menurut Lewin hakekat perkembangan adalah perubahan-perubahan tingkah laku (behavioral changes).

a.      Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku.

b.     Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.

c.      Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas.

d.     Perkembangan berarti makin terdiferensiasinya tingkah laku.

e.      Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas.

f.      Perkembangan berarti diferensiasi dua stratifikasi.

 

3.     Menurut Murphy usaha utamanya adalah untuk merumuskan hipotesis-hipotesis yang cukup tepat namun cukup merangkum mengenai bagaimana kepribadian itu berkembang. Murphy menggambarkan perkembangan itu di dalam fase-fase perkembangan. Secara garis besar ada 3 fase perkembangan yaitu :

a.      Fase keseluruhan tanpa diferensiasi, individu berbuat lebih sebagai keseluruhan terhadap keseluruhan situasi. Hal ini dapat disaksikan pada babi.

b.     Fase diferensiasi, fungsi-fungsi khusus mengalami diferensiasi dan muncul dari keseluruhan.

c.      Fese integrasi, fungsi-fungsi yang sudah mengalami diferensiasi itu diintegrasikan dalam suatu unitas yang berkoordinasi dan terorganisasi.

Dalam pengertian itu perkembangan kepribadian, dapat dikatakan bahwa suatu perkembangan kepribadian adalah perubahan jiwa dalam hal ini adalah perilaku seseorang secara terus menerus dengan mengalami berbagai kekurangan atau menjadikan lebih sempurna di dalam kehidupan individu sesuai dengan berjalannya masa. Proses Perkembangan Kepribadian Sebelum membahas tentang proses perkembangan kepribadian, maka terlebih dahulu penulis jelaskan tentang pengertian perkembangan dan pengertian kepribadian. Perkembangan berarti masalah perkembangan sering kali tidak dapat dilepaskan dari masalah pertumbuhan. Keduanya memang memiliki kesamaan dan ada hubungannya. Suatu pertumbuhan pada akhirnya akan “selesai” semua organisme mencapai fisik murni, namun perkembangan berlangsung terus menerus sepanjang hayat.

Dengan demikian, maka perkembangan adalah merupakan suatu proses terjadinya perubahan-perubahan psikologis (sifat-sifat khas) secara terus menerus menuju ke suatu arah yaitu organisasi atau struktur tingkah laku pada tingkat integrasi yang lebih tinggi melalui proses belajar.

2.     Kepribadian menurut beberapa ahli

Kepribadian Mendefinisikan kepribadian sebenarnya bukan hal yang mudah karena kepribadian merupakan sesuatu yang abstrak. Disini penulis akan mencoba untuk mengemukakan beberapa pengertian kepribadian sebagai berikut :

a.      G.W. Allport berpendapat “Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal sistem, that determines his unique adjusment to his environment”. Artinya : personaliti itu adalah suatu organisasi psichophysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b.     May berpendapat bahwa “kepribadian adalah suatu aktualisasi dari proses hidup dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki satu perasaan cemas dalam batin, yang berhubungan dengan religiusitas.

c.      Pengertian kepribadian menurut Withington adalah “Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang melekat dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama suatu kulturil.

d.     Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

e.      Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku.

 

3.     Tentang Proses Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian seseorang mengalami suatu tahapan-tahapan yang diawali dari struktur fisik yang tumbuh dan berkembang. Bersamaan dengan itu berkembang pula tingkat kecerdasan atau kebodohan psikis individu menentukan penyesuaian diri di lingkungan kepemilikan bakat akan mempengaruhi tendensi bertingkah laku.

Hal yang bisa memengaruhi proses perkembangan kepribadian adalah dari adanya emosi kepribadian yang berhubungan dengan kejiwaaan seseorang. Di samping itu adanya lingkungan sebagai pembentuk pola tingkah laku, juga pengaruh rumah serta pengalaman di sekolah. Adapun kepribadian adalah tingkah laku yang berarti moral alam diri seseorang yang dapat mencerminkan baik suatu individu. Dapat dikatakan bahwa kepribadian individu itu berakar pada kemampuan fisik dan psikisnya karena faktor-faktor biologis itu berinteraksi dengan pengaruh sosial atau lingkungan, kemudian terjadi pola kepribadian dengan tingkah laku diatur atau ditentukan oleh adanya kekuatan ciri-ciri tertentu.

Proses diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud proses dalam perkembangan anak adalah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang anak baik jasmaniah maupun rohaniah. Proses perkembangan kepribadian anak adalah :

a.      Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dan hal yang penting adalah keteladanan itu sendiri.

b.     Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku seseorang yang menjadi idolanya.

c.      Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral semacam coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.

Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan didiri siswa dapat dilihat dari realita sekolah sebagai tempat yang harus dihadiri setiap hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan konsep diri, anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dari pada di rumah. Di samping itu sekolah memberi kesempatan siswa untuk meraih sukses serta memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.

Adapun proses perkembangan kepribadian sebagai runtutan atau tahapan awal dalam pencapaian sempurnanya jiwa yang dilakukan dengan menilai dari pembentukan akhlak terlebih dahulu yang mewujudkan ketaqwaan terhadap Tuhan.

4.     Aspek-aspek Kepribadian

Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek keharmonisan yang luhur.

 

 

a.      Aspek Kejasmanian

Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar.

1)     Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengerjakannya.

2)     Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua, memnuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebaginya.

 

b.     Aspek kejiwaan

Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Seperti : mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan memberi karena Allah SWT, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf, tidak mendendam, tawadhu’ dan lain-lain.

c.      Aspek kerohanian yang luhur

Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Yoesoef  Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam empat daerah bagian atau aspek, yaitu :

1)     Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.

2)     Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak.

3)     Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.

4)     Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.[19]

 

5.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian

Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan dan citra diri (self concept).[20]

a.      Pembawaan (hereditas) Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi tertentu.

Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang diinginkan.

1)     Pertumbuhan fisik

Seorang anak yang kuat dan sehat lebih beruntung dibanding dengan anak yang kecil dan ringkih, ia lebih banyak mengikuti aktivitas-aktivitas sesuai dengan tahap perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan pengalaman baginya yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya.[23] Sedangkan seorang anak yang struktur tubuhnya lebih atau kurang dari temannya, misalnya terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu kurus akan menjadi objek gangguan dan cemoohan tema-teman, hal tersebut dapat mempengaruhi pembentukan sikap dan kepribadiannya.

2)     Kemampuan mental dan bakat khusus

Seorang anak yang pandai pada umur yang muda sudah dapat mengenal hubungan antara dirinya dan benda-benda lingkungannya. Sesuai dengan cara bagaimana seorang anak sejak kecil dianjurkan untuk mengadakan penyesuaian yang pantas, maka ia juga akan cepat mengerti bentuk penyesuaian yang tepat yang seimbang dengan masa kematangan dan tuntutan yang dihadapinya.

b.     Lingkungan Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group) interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses ini mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya.

Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.

Meskipun kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan. Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah rumah, sekolah dan teman sebaya.

 

1)     Rumah

Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.

Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa, sehingga memberi rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.

2)     Sekolah

Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu. Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

3)  Teman sebaya

Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga. Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.

E.    Kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik

Neurolinguistik adalah salah satu bidang kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji hubungan antara otak manusia dengan bahasa. Gangguan pada kemampuan berbahasa karena kerusakan otak manusia disebut afasia, yaitu (gangguan bicara karena mengalamigegar/trauma otak).

Orang yang menderita kerusakan bahasa ini dapat diamati dari ketidakmampuannya berbahasa secara normal. Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi.Fungsi pengaturan bertanggungjawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses berlokasi di belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan penyimpanan. Konteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan sensorik seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan diformulasikan. Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal, bertanggung jawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk mengaktifkan otak untuk pengaturan atensi dan konsentrasi.

1.   Evolusi Otak dan Perkembangan Otak Manusia.

Evolusi otak manusia telah berlangsung sekitar 3 juta tahun, dan membesar dari ukuran semula,  400 mg menjadi 1400 mg. (Holloway 1996;74;Rumbaugh; 1991) . dari 1,7 Juta tahun yang lalu otak manusia berkembang dari 800 mg menjadi 1500 mg.

Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut Volpe (1987) terdiri atas enam tahap, yaitu :

a.      Pembentukan Tabung Neural

b.     Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia.

c.      Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks,

d.     Deferensasi selular menjadi neuron spesifik

e.      Perkembangan akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps (Perkembangan dendrite tergantung fungsi daerah tersebut)

f.      Eliminasi selektif neuron, Sinaps, dsb untuk spesifikasi.

 

Perkembangan tahap 1 s/d 4 pada masa kandungan dan tidak dipengaruhi oleh dunia luar, sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir, dan dipengaruhi oleh dunia luar atau keadaan seitarnyna (Goodman, 1987). Ada dua masa dalam perkembangan ini yaitu antara bulan kedua dan bulan keempat masa kandungan (Yakni terjadinya pembelahan sel). Dan antara bulan kelima kandungan sampai usia 18 bulan pasca kelahiran (Yakni terjadinya pertambahan oligodendroglia). Oleh karena itu, dua tahun pertama kehidupan disebut juga sebagai masa kritis perkembangan yang paling maksimal.

 

2.     Otak Manusia vs Otak Binatang.

Volume otak menusia lebih besar dibandingkan otak binatang. Selain itu otak manusia juga lebih berat dibandingkan binatang. Selain itu fungsi dan strukturnya pun berbeda. Sebagai pembeda adalah dalam penggunaan bahasa.

 

 

 

a.      Otak Manusia

Berat Otak Maunusia 1-1,5kg (Steinberg dkk 2001 : 311 ; Dingwall 1998 ; 60) dengan rata-rata 1330 gram (Holloway 1996:77 dan menyedot 15% dari seluruh peredaran darah dari jantung dan 20% dari sumber daya metabolic manusia. Sistem syaraf Manusia terdiri dari 2 bagian utama yaitu 1. Tulang Punggung (Spiral Cord), 2. Otak : Batang Otak, Korteks Selebral. Tulang punggung dan korteks selebral merupakan sistem syaraf sentral bagi manusia.

 

b.   Otak Hewan

Evolusi otak manusia dan binatang tampak berbeda antara lain korteks selebral tidak tampak pada binatang. Manusia menggunakan sebagian besar otaknya untuk kebutuhan fisik. Itulah sedikit alasan yang menyebabkan manusia dapat berbahasa dan binatang tidak. Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Seperti hewan yang dilatih untuk mengerti perintah dan dapat berbahasa itu dikarenakan oleh respon yang dikondisikan.

 

3.   Kaitan Otak dan Bahasa

Permukaan otak disebut sebagai Korteks Serebral, bantuknya tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (Sulkus) dan benjolan (Girus). Korteks ini mempunyai peranan penting baik pada fungsi elementer seperti pergerakan, perasaan, dan panca indera, maupun pada fungsi yang lebih tinggi lagi dan kompleks yaitu fungsi mental dan fungsi luhur atau kortikal. Fungsi ini meliputi pikiran, ingatan, emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga fungsi bahasa.

Otak memegang peranan penting dalam berbahasa (Geschwind : 1981) Apabila Input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di Lobe Temporal (Korteks Primer Pendengaran). Input tadi diolah secara rinci sekali. Misalnya, apakah bunyi sebelum bunyi /o/ yang didengar itu memiliki Vot +60 md, +20 md, atau di antara kedua angka itu. Setelah diterima, dicerna dan diolah bunyi tadi dikirim ke Wernicke untuk diinterpretasikan menjadi suku kata, kata, frasa, klausa dan akhirnya kalimat. Setelah dipahami isinya maka ada dua jalur kemungkinan. Bila masukan tadi hanya sekedar informai yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam memori. Jika masukan tadi ditanggapi secara verbal maka interpretasi itu dikirim ke Broca melalui Arkuat.

Proses penanggapan dimulai di Broca. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya.  Proses pelaksanaan di korteks motor juga tidak sederhana. Untuk satu ujaran ada minimal 100 otot dan 140.000 rentetan neoromuskuler yang terlibat. Motor korteks juga harus mempertimbangkan tidak hanya terlibat. Motor korteks juga hartus mempertimbangkan tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan. Ambillah perkataan dia pada kalimat :

Dia belum pulang.

Karena bunyi /d/ mempunyai fitur [+vois], disamping fitur-fitur lain seperti [+konsontal], [-bilabial], [+alveolar], [-nasal], maka korteks motor harus memerintahkan pita suara untuk bergetar 30 md lebih awal daripada perintah-perintah yang lain. Hal ini disebabkan karena pita suara letaknya paling jauh dibandingkan dengan alat-alat penyuara yang lain. Sebalkiknya, untuk bunyi /p/ pada kata pulang pada kalimat di atas, pita suara harus diperintahkan untuk bergetar paling awal 25 md setelah bunyi /p/ itu diucapkan. Ini untuk menjamin bahwa bunyi bilabial yang keluar itu benar-benar/p/ dan bukan /b/.

Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan kemudian ke /a/ untuk kata dia juga memerlukan koordinasi yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada daerah alveolar di mulut untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah bentuk menjadi lengkung dan tinggi depan untuk /i/. misalnya harus dikoordinasi dengan rapi sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan bunyi yang natif. Tanpa ketepatan ini maka pembicara akan kedengaran seperti orang asing.

Bila input yang masik bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukkan tidak ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tapi oleh korteks visual di Lobe Osipital. Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati arus regular yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah Osipital. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yakni input tadi dipahami oleh daerah Wernicke, kemudian dikirim daerah Broca bila perlu tanggapan verbal. Bila tanggapannya juga visual, maka informasi itu dikirm ke daerah parietal untuk proses visualisasinya.

 

4.   Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir kanan.

Hemsifir kiri adalah yang bertanggung jawab tentang ikhwal kebahasaan. Dibuktikan dalam penelitian  wada (1949) yang memasukkan cairan ke kedua hemsifir. Bila hemisfir  kiri ditidurkan maka terjadi gangguan wicara.

Dichotic Listening test oleh Kimura (1961) mencoba memberikan input melalui telinga kiri dan kanan. Dan terbukti input melalui telinga kanan lebih akurat (Hemisfir kiri) dari pada telinga kiri. Tapi hemisfir kanan pun ikut berperan.

Pada saat manusia baru dilahirkan kedua hemisfir itu belum ada lateralisasi (Pandangan tugas). Terbukti anak umur <13 tahun yang hemisfir kirinya cedera dapat memperolah bahasa seperti anak normal. Dan orang-orang yang hemisfir kanannya terganggu kemampuan mereka dalam menyusun cerita menjadi kacau. Dan dapat disimpulkan bahwa semua faktor itu dipengaruhi oleh faktor medis dan faktor lingkungan.

 

5.   Fungsi Kebahasaan Otak.

Hemisfir kiri memeng dominan untuk fungsi bicara bahasa, tapi tanpa adanya aktifitas hemisfir kanan, maka pembicara seseorang akan menjadi monoton, tak ada prosadi, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.

Hasil penelitian tantang kerusakan otak oleh Broca dan Wernicke serta penelitian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfir kiri dilibatkan dalam hubungannnya dengan fungsi bahasa. Krashen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan tersebut, seperti :

a.      Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfir kiri daripada hemisfir kanan.

b.     Ketika hemisfir kiri dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada.

c.      Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahsa secara bersamaan dalam tes dikotik ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telinga kanan itu karena hubungan telinga kiri dengan hemisfir kanan.

d.     Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata penglihatan kanan lebih cepoat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfir kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfir kanan.

e.      Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfir kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfir kanan. Hal inidiketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfir yang lebih aktif lebih sedikit dalamn menghasilkan gelombang alpha.

 

6.   Gangguan Wicara

Gangguan wicara dikelompokkan menjadi : 1) Gangguan wicara yang berimplikasi pada gangguan organik. ; 2) Psikogenik. Gangguan Psikogenik merupakan ungkapan dan gangguan dibidang mental.

Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah / kurangnya oksigen pada otak. Selain itu juga ditentukan oleh letak kerusakan pada hemisfir yang bersangkutan. Jika hemsisfir kiri terganggu maka terjadi gangguan wicara (Afasia). Afasia terdiri dari beberapa macam, antara lain :

a.      Afasia Broca (Lesion), terjadi di sekitar Broca

b.     Afasia Wernicke, terjadi di sekitar Wernicke

c.      Afasia Anomik, terjadi di bagian depan dari Lobe Parietal (Antara Lobe Parietal – Lobe temporal)

d.     Afasia Global, terjadi tidak di satu atau dua tempat saja, tetapi di beberapa daerah lain (Komplikasi)

e.      Afasia Konduksi, terjadi pada fiber-fiberyang ada pada fsaikulus arkuat yanbg menghubung Lobe Frontal dengan Lobe Temporal.

f.      Disartria adalah Lafal yang tidak jelas tetapi ujarannya utuh.

g.     Agnosia / Dimensia  adalah gangguan pada pembuatan ide.

h.     Aleksia adlah hilangnyav kemampuan untuk membaca.

i.       Agresia adalah hilangnya kemampuan untuk menulis dengan huruf normal.

Perbedaan antara orang yang normal dengan yang  abnormal seperti idiot, tuna rungu (Yang mempunyai gangguan wicara) bukan pada struktur otaknya yang tidak lengkap melainkan pada salahsatu fungsi bagian otaknya yang tidak bekerja dengan baik.

 

7.   Hipotese Umur Kritis

Sebelum mencapai umur 12 tahunan, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa mana pun yang disajikan padanya secara natif, hal ini tampak terutama pada aksennya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese umur kritis (Lenberg 1967). Pada esensinya Hipotese ini mengatakan bahwa antara umur 2 sampai 12 tahunan seorang anak dapat memperoleh bahasa mana pun dengan kemampuan seorang penutur asli.

Hipotese ini banyak dibincangkan orang dan dianut banyak orang. Namun demikian , ada pula yang menyanggahnya. Krashen (1972), misalnya beranggapan  bahwa lateralisasi itu sudah terjadi jauh lebih awal, yakni sekitar umur 4-5 tahun.

 

8.   Otak Pria dan Otak Wanita.

Adakah kaitannya antara otak di satu pihak dengan jenis kelamin di pihak lain? Ada yang beranggapan bahwa ada perbedaan antara otak pria dan otak wanita dalam hal dan bentuknya. Yakni hemisfir kiri wanita lebih tebal dibanding hemsifir kanannya (Steinberg dkk 2001:319). Menurut Paul Broca Otak pria lebih besar dibandingkan otak wanita, mempunyai fungsi lebih baik, lebih cerdas, dan memiliki kelebihan lainnya daripada wanita (Awuy, 1999). Meskipun ada perbedaan dalam pemrosesan bahasa antara pria dan wanita, perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh budaya daripada pengaruh genetik. Menurut Dr. Raquel Gur, Psikiater dari Universitas California menyatakan Otak wanita lebih seimbang. Sedangkan menurut Dr Thomas Crook dan sejumlah ahli (Femina, 17-23 Juni 1999) menyatakan otak waniyta lebih tajam. Bukan hanya pada inderanya tapi juga pada perasaannya.

 

 

9.   Bahasa Sinyal.

Bahasa sinyal diperuntukkan bagi orang yang tidak dapat berkomunikasi. Bahasa ini mempergunakan tangan dan jari untuk membentuk kata dan kalimat. Karena hemisfir kanan lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-pola visual maka kita mengharapkan hemisfir inilah yang juga mengurusi bahasa sinyal. Namun dari hasil penelitian mengatakan tidak benar, karena orang yang tuna rungu yang hemisfir kirinya terkena stroke ternyata juga mengalami gangguan bahasa seperti yang dialami oleh penderita  afasia Broca atau Wernicke yang normal. Dan orang yang hemisfir kanannya rusak pada umumnya tidak terjadi gangguan dalam bersinyal, tatabahasanya masih utuh dan tidak terbata-bata.

 

10.  Metode Penelitian Otak.

Broca dan Wernicke melakukan penelitian mengenai otak manusia tentunya belum menggunakan peralatan canggih, mereka melakukan operasi setelah pasiennya meninggal. Ada juga yang melakukan pemisahan hemisfir kiri dengan hemisfir kanan pada pasien ayan. Bahkan Penfield di tahun 50-an mengoperasi pasiennya hanya dengan anatesi local sehingga pasien itu masih sadar. Dengan mamakai sebatang electrode yangberaliran listrik kecil, bagian-bagian tertentu pada otak ituditekan pelan-pelan, sementara pasien disuruh melakukan sesuatu, misalnya mengatakan gambar yang dilihatnya, menulis, menghitung atau membaca. Kegiatan itu akan terhenti  atau terganggu bila daerah pengontrol di otaknya kebetulan ditekan.

Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah terdapat CT atau CAT (Computerized Axial Tomography) yang menggunaka sinar-X, ada juga PET (Positron Emission Tomography) yang mempertunjukkan otak secara langsung denga menngukan radio aktif, ada juga  MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah pada daera-daerah otak yang aktif dan ada ERPs (Event Related Potentials) yang dapat mengukur perubahan voltase pada otak.

 

a.      Teori Laterisasi

Dari Teori Broca dan Wernicke sebenarnya sudah dapat ditarik kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja pada daerah-daerah otak manusia. Teori yang dapat ditarik secara jelas adalah bahwa Hemisfir kiri bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi bahasa alamiah. Dalam linguistik ini disebut teori Lateralisasi.

 

1)     Tes Menyimak Rangkap (Dichotonic Listeniang).

Diperkenalkan oleh Broadbent (1954), kemudian dilakukan oleh Kimura (1963, 1964) dan Ling (1969). Teori ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata seperti Pria dengan Wanita, Kucing dengan Anjing. Jika diperdengarkan ke telinga kiri Objek. Kata Wanita dan pada telinga kanan kata Pria. Ternyata kata Pria yang diperdengarkan ke telinga kanan dapat diulangi dengan baik. Dan tes ini dilakukan kepada Objek yang berbeda dan hasilnya sama.

 

2)     Tes Stimulus Elektris

Pertama kali dilakukan oleh Penfielad dan Rasmussen (1951) kemudian Penfield dan Robert (1959). Tes ini berpusat pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui Talamus Lateral Kiri (Talamus = Struktur jaringan jauh di dalam otak) sehingga menimbulkan anomia. Tes ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfir kiri untuk bahasa telah merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dibantah.

 

3)     Test Grafik Kegiatan Elektris

Tes ini dilakuakn untuk mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sednag bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Tes ini diperkenalkan oleh Schafer (1967) dan digunakan pertama oleh Whitaker (1971).

 

4)     Tes Wada

Diperkenalkan oleh J Wada (1959). Dalam tes ini obat Sodium Amysal diinjeksikan ke dalam sistem peredaran darah pada otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini akan lumpuh sementara.

5)     Tes Fisiologi Langsung

Dilakuakn oleh Cohn (1971) untuk memperkuat hasil-hasil yang dilakukan dengan teknik psiko-fiiology, yaitu tes menyimak rangkap. Tes ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara electro-encephalo-grapky.

 

6)     Tes Belah Dua Otak

Kedua hemisfir sengaja dipisahkan, sehingga hemsifir tersebut tidak terhubung lagi. Kemudian Objek ditutup matanya dnegan kain. Pada tangan kiri Objek diletakkan sebuah benda dan ternyata Objek mengenal benda itu, tapi tidak mengenal benda itu. Dengan teori itu dihasilkan bahwa objek tidak lagi mempunyai satu akal melainkan dua.

 

b.   Teori Lokalisasi

Teori ini bisa disebut pandangan lokalisasi. Berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada didaerah Broca dan daerah Wernicke.Selain laporan medis Broca dan Wernicke yang menyatakan bahwa pusat bahasa terdapat di Hemisfir kir juga dikuatkan laporan medis Geschwind (1968).

 

1)     Teknik Stimulus Elektrik.

Dengan teknik ini ditemukan hanya tiga bagian saja yang terdapat kelainan yang merusak bahasa seperti : Broca, Wernicke dan Korteks Motor.

 

2)     Teknik Perbedaan Anatomi Otak

Geschwind dan Levistscky (1968) menganalisis 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal, ditemukan bahwa Planun Temporal yaitu daerah di belakang Girus Heschl jauh lebih besar pada hemisfir kiri.


 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.    SIMPULAN

Dari makalah diatas dapatlah kita simpulkan bahwa Linguistik adalah ilmu bahasa atau kajian bahasa tentang bagaimana bahasa itu dimengerti dan digunakan. Dalam mempelajari linguistik tentu linguistik mempelajari di bidang kepribadian yaitu Neurolinguistik adalah salah satu bidang kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji hubungan antara otak manusia dengan bahasa.

 Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seseorang itu punya kepribadian baik, kuat dan menyenangkan, sedangkan ada pula orang yang mengatakan bahwa mempunyai kepribadian lemah, tidak baik atau buruk dan sebagainya. Sehingga dengan kata lain pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang.

Seseorang sedang menderita penyakit  kerusakan bahasa ini dapat diamati dari ketidakmampuannya berbahasa secara normal.oleh sebab itu kita harus mempelajari linguistik di bidang Neurolinguistik atau ilmu kedokteran yang mengkaji hubungan antara otak manusia dengan bahasa.

 

B.    SARAN

Setelah mempelajari tentang  Neurolinguistik, Penulis menyarankan adalah  sebagai berikut :

1.     Melihat peran otak bagi kegidupan manusia maka makanlah makanan yang mengandung nutrisi bagi pertumbuhan otak seperti seafood, sayuran dan sebagainya.

2.     Diharapkan ada penemuan piranti atau metode terbaru untuk meneliti otak.

 

 

 

Text Box: 28
 


DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad, Fauzi. 1999, Psikologi Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung.

 

Agus, Sujanto. 1989, Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara, Jakarta.

 

Anwar. 2008. Djasminar. English Fakultas Tekhnik II. Jakarta.

 

Alwi, Hasan.1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

 

Abdullah, Alex. 2012. Linguistik umum. Erlangga.

 

Chaer, Abdul. 2003, Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

 

Dakir, 1993, Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

 

Dardjowidjojo, Djono. 2005. Psikolinguistik Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 

Hasan Langgulung, 1992, Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna.

 

IKIP Semarang, 1989, Psikologi Perkembangan, Semarang, IKIP Semarang Press.

 

James Draver,1999, A Dictionary of Psychology, (New York: Pengin Books, t.th.)

 

Kartini Kartono dan Jenny Andari, 1989, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung.

 

Kridalaksana, Harimurti.1989 Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.Jakarta : Gramedia.

 

Moeljono Notosoedirjo, 2001, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah.

 

Rakhmat. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

 

Sumadi Suryabrata, 1982,Psikologi Kepribadian, Rineka Cipta, Jakarta.

 

Tim Penyusun Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka.

Text Box: 29
 


Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Vreeland, N. (et al.). 1977. Area Handbook for Malaysia. Edisi ke-3. Glen Rock NJ : Microfilming.

 

Yudibrata, dkk. 1998. Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP Setara D-III.

 

Zakiah Daradjad. 1978, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta,

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa