BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran
sastra di lembaga pendidikan formal dari hari ke hari semakin sarat dengan
berbagai persoalan. Tampaknya, pembelajaran sastra memang pembelajaran yang
bermasalah sejak dahulu. Keluhan-keluhan para guru, siswa, dan sastrawan
tentang rendahnya tingkat apresiasi sastra selama ini menjadi bukti konkret
adanya sesuatu yang tak beres dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan
formal (Nestapa, 2005).
Beberapa
keluhan dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal jika mau
dipetakan barangkali berkisar pada hal-hal berikut. Pertama, pengetahuan dan
kemampuan dasar dalam bidang kesastraan para guru sangat terbatas (Alpansyah,
2005; Wahyudi, 2007). Materi kesastraan yang mereka peroleh selama mengikuti
pendidikan formal di perguruan tinggi (PT) sangat terbatas. Materi kuliah
kesastraan yang mereka peroleh lebih bersifat teoretis, sedangkan yang mereka
butuhkan di lapangan lebih bersifat praktis. Kedua, buku dan bacaan penunjang
pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SLTP dan SMU juga terbatas (Rosidi
1997:19-25). Lain halnya, keterbatasan buku penunjang ini sedikit terjadi di SD
karena hampir semua SD, di daerah perkotaan khususnya, setiap tahun menerima
kiriman buku bacaan dari Proyek Perbukuan Nasional Depdikbud. Cuma saja,
pemanfaatan buku bacaan tersebut tampaknya belum maksimal karena ada faktor
lain yang berkait dengan ini, yaitu faktor minat siswa atau subjek didik. Minat
belajar dan minat membaca para siswa masih sangat rendah. Faktor ketersediaan
waktu, manajemen perpustakaan sekolah, dan dorongan dari guru menjadi ikut
menjadi penyebab dalam hal ini.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang maka masalah yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.
Comments