Skip to main content

The reason Jokowi was not welcomed by top US officials when he arrived in Washington

President Joko Widodo's visit to the United States on Tuesday this week was widely discussed. One of them was because the number one person in Indonesia was not greeted by Uncle Sam's officials when he arrived at the Andrews Military Base. However, a spokesman for the Indonesian Ministry of Foreign Affairs, Teuku Faizasyah, said it was nothing extraordinary. Because, according to Faizasyah, President Jokowi's visit to Washington D.C this time was to attend the ASEAN-US Summit, not a bilateral visit. "The visit of the President of the Republic of Indonesia to Washington DC is not a bilateral visit, but in the context of attending the ASEAN-US Special Summit," said Faizasyah when contacted by CNNIndonesia.com, Wednesday (12/5).
The President said that currently Indonesia is the coordinator of the ASEAN-US partnership for the period 2021-2024. Indonesia hopes that this Special Summit will result in cooperation that can contribute to peace, stability and prosperity in the region. The series of meetings included a meeting with members of Congress, a meeting with America's top CEOs, a meeting with US Vice President Kamala Harris and the US Climate Change Team, and a High Level meeting of ASEAN Leaders and President Biden. The President said that currently Indonesia is the coordinator of the ASEAN-US partnership for the period 2021-2024. Indonesia hopes that this Special Summit will result in cooperation that can contribute to peace, stability and prosperity in the region. Regarding Jokowi and his entourage not getting on the Indonesian Presidential plane, read on the next page... Reasons for Not Boarding the Presidential Plane
President Jokowi and his entourage did not use the presidential plane to arrive in Washington. (Archive of the Presidential Secretariat Press Bureau) Previously, Jokowi and his entourage did not board the presidential plane to Washington to attend the ASEAN-US Special Summit. The group used a Garuda Indonesia Boeing 777-300 aircraft on their visit to the United States (US). Jokowi and his entourage did not use the presidential plane. Regarding this matter, Head of the Presidential Secretariat (Kasetpres) Heru Budi Hartono explained that the presidential plane could not accommodate the number of entourage that traveled to the United States. "The presidential plane only fits 48 people, the team has 62 people. And the distance is very far," said Heru, to reporters, Tuesday (10/5). Heru explained that flights using the Presidential Plane also take quite a long time. Because the plane had to make two transits before arriving in the US. "It's a very long trip if you use the presidential plane, you can make two transits. Now this [Garuda] only has one [transit]," he said. According to him, using a Garuda Indonesia plane would be more time efficient to go to the US. Moreover, there will be a team of technicians who will join the group back to Indonesia. "And all ministers who participate can get one PP plane. And the advance team will come back with the plane so that it is more efficient," said Heru.

Comments

Popular posts from this blog

KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG

  KRITIK PENGHAKIMAN DAN IMPRESIONISTIK DALAM NOVER MEMORI IN SORONG   A.     SINOPSIS NOVEL   Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ajeng yang memiliki 3 orang kakak yang saling berbeda sifat satu sama lain, yang pergi ke Sorong untuk urusan pekerjaanya menjadi reporter dan penyiar salah satu televise swasta yang bernama SENADA, sekaligus untuk mencari tahu tentang sosok perempuan yang sempat mendampingi ayahnya saat bertugas di Sorong selama dua tahun pada dua puluh Sembilan tahun yang lalu.             Awal keberangkatannya ke Sorong, ia berkeinginan untuk segera bertemu dan bertanya kepada anneke, sosok orang yang sempat mendampingi ayahnya yang merupakan seorang tentara yang sangat mencintai keluarganya. Selama di sorong ajeng tinggal di rumah sepupunya yang menjadi direktur di salah satu bank milik pemerintah di kota Sorong. Dua hari semenjak ajeng datang ke Sorong, ia di sambut dengan banyak sekali keributan yang terjadi, sehingga ini menjadi sebuah keberuntunga

KRITIK PENGHAKIMAN Karya Sastra JUDICIAL CRITICISM

Kritik penghakiman (judicial criticism) ialah kritik sastra yang berusaha menganalisis karya sastra dan menerangkan efek-efek sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, tekniknya, dan gayanya, serta mendasarkan pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluar-biasaan karya sastra. Contoh kritik penghakiman dapat dilihat pada uraian berikut ini. Membaca baris permulaan roman singkat Hamidah barangkali orang akan menyangka, inilah satu di antara pengarang sebelum perang yang menulis dengan teknik lain. Tetapi ternyata setelah kita lanjutkan membaca beberapa kalimat, teknik penulisannya seperti pada umumnya karya-karya masa itu: merupakan garis lurus dari awal sampai akhir. Hanya pengarang menggunakan kalimat-kalimat yang boleh menjadi kalimat akhir cerita sebagai pembuka cerita. Plot lurus seperti ini, tanpak kecakapan pengarang akan mengundang kelemahan-kelemahan, di antaranya faktor rasa ingin tahu pembaca kurang terpusa

ANALISIS PUISI “GAJAH DAN SEMUT” KARYA SUTARDJI CALZOUM BACHRI

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi merupakan karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas Suminto (dalam Diah Eka, 2016: 01). Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyairtentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.  Apresiasi puisi tidak